[13] ▪︎WILAYAH UTARA

32 3 1
                                    

Happy Reading and Vote Comment

Jakarta, Indonesia

Siang ini, Jaya berjalan di lobi sebuah restaurant untuk menemui seseorang yang menghubunginya tadi malam.

"oh Jaya?!" seru Eric yang tidak sengaja berpapasan dengan Jaya di lobi. "kamu ngapain disini? mau makan siang ya?"

Jaya terdiam, dirinya sesekali menoleh ke arah pintu masuk.

"kenapa? kamu lagi tunggu seseorang?" tanya lagi Eric, dimana Jaya memilih untuk menghelakan nafasnya dengan mimik wajah yang terlihat cukup cemas.

"hei, jawablah. kitakan teman dek—"

"kita berdua cuma sebatas teman bisnis, ga lebih" potong Jaya yang membuat Eric langsung tertegun akan argumen Jaya.

"kalau gitu aku duluan" pamit Jaya yang melanjutkan jalannya untuk menuju meja yang sudah ia booking.

Sementara Eric masih terdiam sambil memperhatikan punggung Jaya yang terlihat cukup tegak dari belakang.

Selang beberapa menit, Eric yang sedang menunggu mobilnya datang dari parkiran bawah tanah langsung mengubah pandangannya ke arah seseorang yang terlihat cukup familiar di depan pintu masuk restaurant.

"oh?" Eric mengerutkan keningnya ketika melihat Ava sedang terburu-buru untuk masuk ke dalam restaurant.

Eric mengingat sambil mengukir senyuman kecut ketika mengingat tadi ia bertemu dengan Jaya. Di pikirannya saat ini, apakah Jaya sedang ada janji pertemuan dengan Ava?

Tepat sekali!

Mereka berdua memang sedang ada janji untuk bertemu satu sama lain di restaurant ini.

Ava mendudukkan dirinya, namun dengan mimik wajah yang terlihat berbeda dari biasanya.

"kamu yang beritahukan ke media tentang lokasi mere—"

"bukan" sanggah Jaya dengan cepat. "tapi informasi datang dan menyatakan ada seseorang nelayan yang menemukan bongkahan badan pesawat di pesisir laut siberia timur"

Ava mengerutkan keningnya. "nelayan?" ulangnya yang diangguk oleh Jaya.

"Azka" panggil Egam dimana kedua tangannya yang sedang memegang stir kapal perlahan melambatkannya.

Azkala yang merasa terpanggil segera menoleh ke arah Egam yang sedang menunjuk sesuatu di depannya. Bukan hanya Azkala yang menoleh, namun ketiga orang yang ada di dekatnya termaksud Marcel.

"benar itu pulaunya kan?" tanya Marcel dimana kedua bola matanya mulai menatap fokus sebuah pulau yang sebentar lagi kapal mereka akan berhenti disana.

Pulau yang terlihat cukup besar namun dinyatakan tak berpenghuni oleh Pemerintah Rusia. Namun banyak rumor yang beredar bahwa pulau itu merupakan pulau pangkalan para militer rahasia Rusia yang sampai sekarang Pemerintah Rusia masih belum mengkonfirmasi kalau pangkalan militer itu miliknya dan belum memberitahu kalau pulau itu tempat persembunyian para teroris.

"Azka, ini beneran kita masuk kesana?" tanya Egam yang sedikit merasa cemas.

"benar" angguk Azkala dimana tatapannya kini beralih melihat Marcel yang berdiri tepat disampingnya.

Beberapa jam yang lalu, keduanya sempat bertengkar karna Marcel merasakan kalau Komandannya Azkala lebih tepatnya Bara sedang membohonginya atau menjebaknya. Namun selang beberapa menit, keduanya mulai berbaikan akibat usaha dari Egam dan kedua anggota operasi gabungan.

THE LOST BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang