♡ CHAPTER 02

573 46 2
                                    

☆☆☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☆☆☆

Merasa tidak begitu disukai banyak orang, akan membuat kita tidak nyaman berada diantara kerumunan atau sekedar berlama lama di dalam kelas. Sama halnya dengan gadis cantik dengan balutan hijab dan memiliki sepasang mata indah ini.

Saat jam pelajaran kosong ia lebih memilih ke tempat yang jarang dikunjungi beberapa murid dan pilihannya selalu jatuh pada satu ruangan yang tampak tenang.

Saat ini ia duduk di paling ujung dan tengah sibuk membaca lembar demi lembar dari sebuah buku sampai akhirnya tidak berselang lama terdengar bunyi bel pulang sekolah.

"Yes pulang," ujarnya riang.

Ia mulai mengemasi barangnya, mengembalikan beberapa buku dan melangkah keluar dari sebuah ruangan. Sudah cukup waktu yang ia habiskan disini dan sudah saatnya ia kembali pulang.

"Ahk." Ringisnya pelan, ia jatuh begitu saja saat tak sengaja melewati lantai yang basah. Ternyata menghabiskan waktu di perpustakaan itu tidak bisa menjauhi ke usilan teman-temannya.

Jika ditanya seperti apa perasaannya saat ini, tentu saja ia akan menjawab dengan lantang bahwa ia benar-benar lelah dengan semuanya. Hampir setiap hari ia di perlakukan seperti ini, tapi kata menyerah tidak pernah singgah dalam benaknya.

Semuanya masih bisa ia terima, pasalnya baru enam bulan yang lalu ia pindah ke sekolah ini. Tidak mungkin pindah lagi, apalagi sebentar lagi ia akan masuk ke SMA.

"Yah baju lo basah, gimana dong?" Ejek beberapa murid yang baru saja datang menghampirinya.

Bukannya marah, gadis itu tersenyum, "Gak apa-apa kok, udah jam pulang juga kan."

Setiap hari ada saja yang mereka lakukan, itu sudah menjadi makanan sehari harinya.

"Aku duluan ya." Perlahan ia melangkah meninggalkan kerumunan, ia tahu hal itu akan lebih menambah rasa tidak suka tapi ia juga tidak terlalu peduli.

"Udah mati rasa kali ya, masa gak pernah ngadu atau balas dendam gitu." Kesal salah satu murid.

Tentu saja mereka kesal, karena memang bukan seperti itu reaksi yang mereka inginkan. Yang seharusnya mereka ingin lihat adalah tangisan atau perlawanan, tapi tidak dengan gadis itu. Karena sudah terbiasa di perlakukan seperti itu makanya ia juga sudah terlatih untuk mengabaikan kenakalan mereka.

Beberapa saat kemudian seorang gadis dengan permen kaki di sudut bibirnya dan memiliki wajah menjengkelkan itu melewati kumpulan pembuli dan menyeringai mengejek, tentu saja ia senang ketika murid baru yang selama ini mereka bully itu tidak pernah memberi reaksi apapun.

MISIDENTIFY (MoxQue)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang