☆☆☆
"Gimana sekolah kamu nak?"
"Alhamdulilah baik bunda."
"Baik? Terus kenapa gak enak gitu wajah nya?"
"Bunda maaf, olimpiade kemarin aku gak berhasil ada di posisi pertama." Ujarnya sedih.
"Gak apa-apa, bunda ngerti kok sama kamu. Semangat terus belajarnya, olimpiade berikutnya gak boleh kalah ya."
"Iya bun, aku bakal usahain. Bunda juga gak usah khawatir, di sekolah aku gak pernah di anggap sebelah mata kok sama yang lain. Aku masih di hormati seb-"
"Bunda gak butuh penilaian orang lain apalagi jabatan kamu, bunda cuma gak mau kamu kalah dari komplotan anak-anak sombong itu."
"Bun, mereka gak sombong kok."
"Oh ya? Apa kamu udah benar-benar temenan sama mereka? Kamu lebih milih percaya mereka ketimbang bunda kamu sendiri?"
"Gak gitu bun."
"Jangan suka membantah, sekarang makan dan gak usah bahas komplotan anak nakal dan gak punya hati itu."
"Bunda, tap-"
"Stop, kamu itu gak tau apa-apa tentang mereka. Kalau kamu tau alasannya, pasti kamu gak bakal terima sama kayak bunda lakuin saat ini."
"Alasan apa bun? Tentang apa? Selama ini, kata itu yang selalu keluar dari mulut bunda tapi aku gak tau maksud bunda apa."
"Cari tahu sendiri, kamu itu cerdas."
"Oke, aku bakal cari tau dan bunda harus janji satu hal. Kalau sampai alasannya itu gak sesuai atau gak masuk di akal sama sekali, aku mau bunda ijinin aku buat temenan sama mereka."
"Bukannya kamu sekarang temenan sama mereka?"
"Iya bun, tapi itu bunda yang minta. Ini buka real pertemanan bun, aku berasa di paksa dan aku takut terlalu dekat dengan mereka karena aku punya niat yang gak baik karena bunda."
"Makanya cari tahu alasannya biar kamu paham kenapa bunda sampai berbuat kayak gini."
"Aku gak ngerti lagi sama bunda." Ia meletakan sendok yang sudah ia genggam tadi, "Aku pamit."
"Mau kemana?"
"Kerja."
"Makan dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
MISIDENTIFY (MoxQue)
RomanceSEBELUM BACA, FOLLOW DULU YUK !!! . . . "Ayo, gue antar." "Gak." "Naik gue bilang." "Modus penculikan ya? Sana ih, aku teriak nih." "Ok" ▪︎ "Ayo." Gadis yang duduk di halte tak jauh dari sekolah itu kembali menghelah napasnya, "Kemana?" "Antar lo pu...