☆☆☆
Suara denting peralatan masak terdengar, aroma masakan telah menyeruak hampir ke seluruh ruangan.
"Sudah semua?"
"Tinggal beberapa menu lagi buk."
Dapur dengan desain mewah tampak ramai karena keberadaan para maid, tidak hanya mereka saja. Ada majikan yang selalu turun tangan langsung memeriksa makanan yang disediakan para maid.
Wanita cantik yang usianya tak muda lagi itu mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, "Kok saya gak liat Sari dari tadi?" Nyonya di rumah ini bertanya ketika ia baru saja menyadari ada yang kurang.
"Saya nanya loh, kenapa semuanya diam?"
Para maid saling menatap takut, bibir mereka gemetar dan tak mampu berucap. Pertanyaan ini terlalu horor untuk ditanyakan pada pukul 04.45 dini hari.
"Bik Siti mana? Tolong panggilin."
"Iya Buk, saya disini." Bik Siti yang sengaja bersembunyi di balik punggung maid lain itu akhirnya maju beberapa langkah ketika sang majikan memanggil namanya.
"Sari mana?"
Bik Siti menggaruk tengkuknya, "E-eh... i-ini buk."
Wanita itu menghelah napasnya, jika sudah seperti ini ia bisa jamin hanya satu jawaban, "Di apain anak saya? Gak usah takut, kasih tau saya."
"Di peca-"
"PECAT?" Wanita itu melotot ketika merasa tebakannya benar ditambah dengan anggukan kepala bik Siti, tidak berselang lama ia memijit pelipis nya karena merasakan pusing yang tiba-tiba melanda.
Bik Siti mendekat dan memegangi pergelangan tangan wanita itu, "Ibu gak apa-apa?"
Sang majikan memaksakan senyumnya dan menepuk nepuk pergelangan tangan bik Siti, "Saya gak apa-apa bik, makasih."
Pecat lagi? Astagah, ia sudah susah payah mencari dan menyeleksi. Tapi lagi-lagi anaknya itu berulah, entahlah. Ia tidak tau harus bagaimana lagi mencari pengganti, bukan hanya Sari saja tapi sudah banyak yang menjadi korban pemecatan anaknya itu meskipun tanpa persetujuannya.
Apakah anaknya itu tidak tahu untuk mengurus rumah sebesar ini membutuhkan banyak orang dan itu tidak hanya sekedar mencari dan langsung menerimanya kan.
"Kejadiannya kapan? Bukannya Sari baru pindah ke rumah ini kemarin sore?"
"Iya buk, Sari pindahan sore sekitar jam empat. D-di pecatnya sekitaran jam enam sore juga buk."
Bekerja baru dua hari dirumah itu, pindahan juga baru sekitar dua jam. Tapi dengan mudah anaknya memecat, "Oh astagaaah, kamu keturunan siapa sih nak." Batin wanita itu.
"Kronologinya gimana?"
Flashback on
12 jam yang laluTrash...trash..trash...
Bunyi percikan air pertanda orang tengah asik berenang. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 dan hampir setengah jam ia menghabiskan waktu di kolam renang.
"Permisi den, ibu minta aden buat siap-siap untuk makan malam." Bik Siti mengingatkan anak dari majikannya, laki-laki itu mengangguk dan bergegas keluar dari tempat favoritnya.
Saat melangkah masuk ke dalam rumah dan menuju tangga, tiba-tiba ia menjauh saat salah satu maid hampir menyentuh tubuhnya yang shirtless.
"Ma-maaf tuan." ucap maid itu. Misi yang gagal, tidak sesuai harapan. Harusnya ia jatuh ke pelukan laki-laki tampan yang tidak lain adalah tuan muda dirumah mewah itu.
"Astagaaah Sari." Bik Siti yang merupakan maid tertua di rumah itu membantu Sari saat tak kunjung beranjak karena malu jatuh begitu saja dilantai, "Maaf den, Sari gak sengaja." di rumah mewah ini hanya bik Siti yang tidak memanggil anak dari majikannya dengan sebutan tuan.
"Baru?" Tanya laki-laki itu tanpa menatap mereka, ia sibuk menggosok kepalanya untuk mengeringkan rambut yang basah.
Satu persatu maid dirumah itu berkumpul tak jauh dari TKP, menunduk dan siap mendengar ucapan laki-laki itu.
"I-iya den, baru bekerja beberapa hari ini." Jawab bik Siti gemetar, ia tau pertanyaan itu sangat familiar.
"Pecat!" Titahnya tanpa mau dibantah. Laki-laki itu melenggang pergi dan tidak menghiraukan tangis Sari yang sudah menjadi jadi, tentu saja ia tidak peduli karena ia yakin maid baru itu sengaja mencari perhatian.
Selain itu, ia tahu jelas seorang maid akan benar-benar di terima jika sudah setuju dengan persyaratan dan aturan di rumah ini. Terutama larangan yang berhubungan dengan anak sang majikan, maka dari itu tidak seharusnya ia mencoba hal yang sudah diperingati para maid yang lain.
"Maaf Sari, saya gak bisa berbuat apa-apa." Bik Siti membantu Sari menuju kamarnya yang baru beberapa saat lalu ia bereskan.
Flashback off
Bik Siti selesai menceritakan kronologi pemecatan maid baru, beberapa menit kemudian sang pelaku sampai dirumah.
Melepaskan helm dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, pemandangan yang paling di sukai para maid yang masih singel. Tidak terang terangan, tentu mereka hanya bisa mencuri curi menatap pemandangan indah itu. Ingat, jika ketahuan kata pecat yang akan menghampiri kehidupan mereka.
Bekerja dirumah ini memang suatu kebanggaan untuk mereka, jarang mendapatkan seorang majikan yang baik dan tidak pernah neko neko. Ketika ijin pulang saat ada hal mendesak pun mereka tidak pernah dilarang atau sekedar di potong gaji. Di tambah lagi mereka selalu mendapatkan sesuatu yang harganya tidak seberapa saat sang majikan pulang dari luar negeri. Masalahnya memang cuma satu dan itu terletak pada anak sang majikan.
Laki-laki itu melangkah mendekati sang ibu, wanita itu mulai meneliti anaknya dengan berkacak pinggang. Bukan karena anaknya pulang subuh, itu sudah biasa. Tapi soal pemecatan itu ia masih tidak habis pikir, mau sampai kapan seperti ini.
Bukannya takut dengan tatapan sengit itu, ia dengan santainya menyalami sang ibu.
"Duduk, ada yang mau mami bicarain."
"Aku gak suka, makanya gak perlu lagi dia disini."
Lihat ?! Belum sang mami memulai interogasi tapi anaknya itu dengan cepat bisa menebak isi pikirannya.
"Tapi nak, kamu gak boleh terus terusan mecat orang dengan cara seperti itu."
"Dia beruntung bisa pulang dengan baik-baik tanpa harus di tarik dan di lempar keluar pagar... udah, aku mau ke atas. Siap-siap ke sekolah."
Wanita itu hanya bisa mengangguk pasrah, "Udah... naik sana, stres mami ngomong sama kamu."
☆☆☆
Gimana guys chapter pertamanya? 😍
Oh iya, jangan lupa tinggalin jejak dengan like, comment & vote ya 🥰 thankyou guys 🤍Publish : 190823
KAMU SEDANG MEMBACA
MISIDENTIFY (MoxQue)
RomanceSEBELUM BACA, FOLLOW DULU YUK !!! . . . "Ayo, gue antar." "Gak." "Naik gue bilang." "Modus penculikan ya? Sana ih, aku teriak nih." "Ok" ▪︎ "Ayo." Gadis yang duduk di halte tak jauh dari sekolah itu kembali menghelah napasnya, "Kemana?" "Antar lo pu...