Danau Dengan Alasannya

843 157 82
                                    

Di mulai dari harapan apakah bisa menumbuhkan benih cinta? Atau harus menunggu waktu mengikuti alur permainan takdir supaya rasa itu bisa tumbuh? Tapi, kembali lagi pada kenyataan kalau semua ini adalah fiksi. Semua yang Anna alami adalah fiksi. Bukan Tuhan yang menentukan takdir mereka melainkan penulis. Jadi jika Anna ingin merubah takdirnya maka yang ia lawan adalah penulis.

Kembali pada pertanyaan Anna kemarin tentang Jeka yang akan datang ke istana Selir setelah tidur dengan Anna. Nanti malam rencananya Jeka memang akan mengunjungi Selova. Sekarang malam purnama, bulan bersinar cantik jika dilihat dari danau. Pantulan cahaya bulan terlihat cantik dipadukan dengan air danau yang bergerak tenang di tiup angin. Siapa yang tidak ingin melewatkan malam itu dengan orang yang dicintai?

"Apakah nanti malam jadi?" Tanya Hendrik pada Jeka.

"Tentu saja."

"Yang Mulia Ratu sudah tahu?"

"Memangnya itu penting?"

"Siapa tahu kau ingin memberitahu Yang Mulia Ratu." Jawab Hendrik.

Jeka menutup buku bacaannya. "Dimana dia sekarang?"

"Tadi aku melihat Yang Mulia duduk di pinggir danau bersama para pelayannya."

Jeka mengusap dagunya pelan lalu berpikir sejenak untuk menentukan keputusan dari pertanyaan Hendrik. Lalu Jeka bangkit dari duduknya pergi menuju jendela dan berdiri disana menghadap ke danau.

"Dia melupakannya begitu saja." Gumam Jeka.

"Memangnya kau masih mengingatnya?" Tanya Hendrik.

Jeka langsung tercekat dan menatap sinis ke belakang. "Kau diam saja!"

"Aku mendengar teriakannya sampai aku tidak bisa tidur. Kau tidak menyiksanya kan?" Hendrik melayangkan pertanyaan frontal itu begitu santainya.

Jeka berbalik menatap Hendrik nanar. "Kau berdiri di luar pintu sampai kami selesai?"

"Tidak juga. Aku pergi saat aku mendengar teriakan Yang Mulia Ratu. Sebenarnya aku takut juga siapa tahu kalian membuat kamar berantakan."

"Dasar kau!" Cibir Jeka lalu kembali membalikkan tubuhnya menatap Anna yang sedang duduk di atas rumput beralaskan karpet kecil yang entah didapatkan Anna dari mana.

Jeka terus saja memperhatikan Anna dari kejauhan, mengamati aktivitas Anna sampai pada saat dimana Anna sedang berjalan-jalan di pinggir danau Anna terpeleset jatuh ke danau dan mengundang kepanikan semua pelayan juga penjaga yang ada disana. Jeka tidak luput dari kepanikan juga.

"Anna!" Jerit Jeka langsung berlari keluar ruangan.

"Kenapa? Yang Mulia Ratu kenapa?" Panik Hendrik mengikuti Jeka dari belakang.

-

-

Dari kejauhan Veen berjalan seorang diri mencari udara segar setelah berdebat dengan kakaknya. Ia muak berada di lingkungan yang ia benci tapi ini adalah pilihannya. Ia berjalan melihat-lihat alam sekitar dekat danau dan menemukan Anna sedang berada di sana. Veen tidak bisa mendekati Anna jadi ia hanya bisa melihat dari kejauhan.

"Aku merasa dia telah berubah tapi raut wajahnya ketika sedang melamun tidak pernah berubah." Gumam Veen sendirian memperhatikan Anna.

Veen berjalan lebih dekat lagi karena Anna sekarang sedang berjalan di pinggir danau dan sedikit menjauh dari jaraknya berdiri. Tapi tidak lama setelah itu Anna terpeleset jatuh ke danau yang membuat semua orang disana kaget sekaligus panik. Veen juga ikut panik dan tanpa berpikir panjang lagi ia membuang pedangnya ke bawah lalu menceburkan diri ke dalam danau berenang mencari Anna.

Rewrite Destiny [M] II JKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang