11

421 38 7
                                    

"sudah, berhenti menangis"

Yoongi tengah menenangkan Jieun yang terisak dalam dekapannya, lalu menangkup wajah gadis itu agar menatapnya.

"Sekarang katakan, apa yang terjadi? kenapa menangis?" Tanpa basa basi lagi Yoongi pun bertanya. sejak tadi ia sudah penasaran mengapa gadisnya ini menangis.

dengan wajah sembab Jieun menggeleng. apakah dirinya harus jujur? bahwa ayahnya baru saja menjodohkan dirinya bersama laki-laki bernama Sunghoon itu. tidak, tidak, Yoongi pasti akan marah setelah ini.

"Baiklah. jika tidak ada jangan menangis, oke? aku traktir es krim bagaimana?" tawar Yoongi. ia tidak akan memaksa Jieun bercerita, membiarkannya moodnya membaik adalah hal yang terpenting saat ini.

Jieun mengangguk pelan. tangkupan di pipinya terlepas dan ia mengusap air matanya memandang Yoongi yang sudah beranjak menuju minimarket yang tak jauh dari tempatnya.

Jieun dan Yoongi saat ini tengah berada di taman. selang beberapa menit, Yoongi kembali membawa dua eskrim lalu menyerahkannya pada gadis itu.

Jieun mengambil dan menyantap es krim coklatnya, begitu pula dengan Yoongi. Keduanya menikmati es krim masing-masing dengan tenang, sesekali Yoongi melirik ke arah Jieun.

"Aish, makan dengan benar kau bukan anak kecil lagi" tegur Yoongi sambil mengusap noda es krim di ujung bibir Jieun. Tanpa ragu, ia mengisap ibu jarinya, bekas menghapus noda krim di bibir Jieun tadi.

"Kau tampak berbeda hari ini" ujar Jieun menelisik penampilan Yoongi. ia sadar Yoongi terlihat jauh lebih tampan dengan jaket kulit hitamnnya.

"Apanya?" Yoongi seketika melihat dirinya sendiri. Apa ada yang salah kali ini?

"Kau tampan" kemudian Jieun tertawa pelan. melihat bahasa isyrat gadis itu Yoongi tidak bisa menahan diri untuk tersenyum.

"Terima kasih, cantikku. kau juga terlihat cantik hari ini, sepertinya ada pertemuan khusus di restoran, ya?" puji Yoongi sekaligus bertanya. Jieun keluar sambil menangis di restoran tidak mungkin tanpa sebab meski gadis itu menolak bercerita padanya.

Jieun tertegun beberapa saat, lalu mengangguk sebagai jawabannya.

"apa?"

"Hanya pertemuan keluarga, kok"

"Ohh, hanya itu saja? Jangan-jangan kau menangis karna merindukan ibumu lagi?" Kali ini Jieun mengangguk lagi, berbohong untuk kesekian kalinya.

"Jangan menangisi seseorang yang sudah pergi. aku tahu kau menyayanginya, tapi menangisinya tidak akan membuatnya kembali. simpan dalam hatimu dan doakan ibumu, kau tahu? jika kau menangis ibumu juga pasti sedih." Yoongi yang sudah hafal sifat sesintif gadis itu merangkul bahunya.

"Ada aku di sini, tidak akan pergi meski kau sendiri menolakku nanti" lanjutnya.

Es krim di tangan Jieun seketika jatuh ke tanah. terkejut karena jarak wajah Yoon-gi yang begitu dekat. sial. ketampanannya menjadi berkali-kali lipat.

"A stop. kau menjatuhkan es krimku." Wajahnya Jieun terlihat kecewa. sambil mendorong dada Yoongi agar menjauh, ia menatap nanar es krimnya yang jatuh. Yoongi terkekeh kecil dan menyodorkan es krim miliknya.

"Ambil saja milikku." Jieun menggeleng tak mau.

"Yasudah, jika tidak mau liat saja aku kalau begitu." Yoon-gi pun tak memaksa dan memilih menyantap es krimnya dengan nikmat, seperti mengejek gadis itu.

"Uhh enaknya."

Jieun mendengus sebal dan memukul pelan bahu Yoongi. ia sepenuhnya tak marah kok, justru merasa gemas dengan Yoongi menikmati es krimnya.

PrivilegeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang