08

425 46 11
                                    

Privilege, 08

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Privilege, 08

Jieun tengah menimang bayi saat ini, di ruang tamu panti asuhan yang tengah ia kunjungi bersama Yoongi dan ibunya. Gadis itu tampak tenang dan penuh kasih, sesekali tersenyum melihat bayi yang terlelap dalam gendongannya.

Ruang tamu yang terlihat ceria hanya menyisakan Jieun dan bayi mungil itu. Yoongi dan ibu duduk tidak jauh, berbincang dengan wanita pemilik panti dan sesekali melirik ke arah Jieun.

Yoongi yang melihat pemandangan manis itu lantas tersenyum dan berdiri dari tempatnya mendekati Jieun.

"Bayinya belum tidur?" Menoleh ke arah Yoongi sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir, Jieun meminta Yoongi memelankan suaranya. Suara Yoongi barusan terdengar agak keras dan bayi di gendongannya baru beberapa menit terlelap.

Jieun khawatir si bayi terbangun. Yoongi langsung mengatup bibirnya rapat-rapat sambil menatap bayi mungil itu.

"Bayinya cantik, rupanya kau ahli juga menidurkan bayi ya" puji Yoongi dengan suara berbisik, matanya masih terpaku pada wajah mungil yang sedang terlelap.

Jieun hanya tersenyum lembut.

Suasana ruangan itu seolah terasa hangat. Jieun, dengan lembut dan hati-hati meletakkan bayi itu kembali ke dalam box bayi. Si bayi tampak nyaman dan damai, kembali tidur dengan tenang di tempatnya.

Kemudian Jieun dan Yoongi duduk bersila bersama di lantai. Gadis itu menghela nafas panjang hingga menarik atensi Yoongi.

"Ada apa? Lelah, ya?" tanya Yoongi sembari menyelipkan rambut Jieun ke belakang daun telinganya. Jieun menggeleng. Ia lelah bukan karena menjaga bayi mungil itu justru ia merasa bahagia dengan hanya menidurkannya.

"Kenapa seseorang bisa setega itu? Membuang bayinya di sini"

Yoongi memperhatikan gerakkan bahasa isyrat gadis itu menepuk lembut pucuk kepala Jieun sebelum menjawab pertanyaannya. Sepertinya Jieun salah paham.

Sembari tersenyum simpul Yoongi menjawab, "bayi itu hanya di titipkan ibunya bukan di buang. Ibu panti bilang kalau ibunya tidak punya waktu mengurusnya. Jika kau mau kita bisa mengadopsinya, kok."

"Tidak mungkin, kita masih sekolah. Bagaimana bisa mengadopsinya?" tampaknya Jieun terlihat panik setelah mendengar kalimat terakhir Yoongi barusan. Ide itu tidak terlalu cocok.

"Kenapa tidak? Pulang sekolah kita bisa kemari. Akhir pekan membawanya ke taman bersama, bukankah itu menyenangkan?"

Jieun terdiam. Perkataan Yoongi ada benarnya, tapi itu masih meragukan. Ia tak yakin dengan mengadopsi bayi sedang dirinya masih duduk di bangku SMA, meskipun sebentar lagi akan lulus.

PrivilegeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang