09

400 33 3
                                    

Jieun baru saja sampai di rumah tepat pukul lima sore. Gadis itu hendak ke kamarnya, tetapi suara bariton Ayahnya menghentikan langkah gadis itu. Jieun pun menatap sang Ayah walau ada rasa sedikit gugup.

"Jieun, berapa kali ayah harus beritahu? Jangan pernah menemui laki-laki itu."

Ayah Jieun sejak tadi berada di rumah. Pulang lebih awal ketika istrinya mengirimi pesan jika Jieun belum pulang. Tentu Ayah Jieun menduga jika Jieun bersama pemuda bernama Yoongi itu.

Dan benar saja. Ketika sampai di rumah dan berdiri santai di balkon kamar, Ayah Jieun melihat putrinya pulang bersama pemuda itu setelah menunggu lima menit di sana. Melihat interaksi keduanya dari jauh, Ayah Jieun semakin membenci sikap Yoongi.

Tanpa pikir panjang, Tuan Han segera turun menemui Jieun.

"Ayah, kenapa? Kenapa ayah selalu melarang ku menemui Yoongi?" Tatapan Jieun seperti meminta penjelasan pada sang ayah.

Tuan Han hanya diam. Alasannya hanya satu, ia benci Jieun memiliki hubungan bersama pemuda bermarga Min itu.

Melihat Ayahnya diam saja, Jieun kembali menggerakkan tangannya. "Aku tidak akan menjauhi Yoongi."

Setelah itu, Jieun berlalu dari hadapan ayahnya menuju kamarnya. Gongju hanya menatap punggung putrinya itu dari tempatnya ia berdiri.

Merebahkan tubuhnya di atas kasur setelah melempar tas sekolahnya sembarang. Jieun menatap langit-langit kamarnya ketika memikirkan perkataan ayahnya yang terus menyuruhnya menjauh dari Yoongi tanpa alasan yang jelas.

Jieun menyukai Yoongi, bahkan di antara laki-laki di sekolahnya hanya Yoongi yang mau berteman dengannya. Bahkan jauh sebelum berpacaran pun, Yoongi sering menolongnya sekecil apapun itu.

"Jieun, ini Ayah." Gadis itu langsung menoleh ke arah Pintu. Dengan malas karena moodnya terlanjur memburuk, Jieun bangkit membukakan pintu.

Tuan Han menatap Jieun yang tengah menekuk wajahnya. Mungkinkah putrinya ini merajuk? Sepertinya begitu.

"Ayah boleh masuk?" tanya Tuan Han. Itu hanyalah sekedar basa basi membujuk putrinya.

Jieun menggeser tubuhnya kesamping, memberikan ruang pada sang ayah agar masuk. Sembari mengangguk, Jieun membuka lebar pintu kamarnya.

Gongju pun masuk, kemudian duduk di tepi tempat tidur. Jieun ikut mendudukkan dirinya juga tepat di samping sang ayah.

"Marah pada Ayah?" Tuan bertanya dalam bahasa isyrat. Jieun tak langsung menjawab isyrat ayahnya.

Gongju kemudian mengusap kepala Jieun begitu lembut. "Ayah peduli padamu, ayah tidak ingin nasibmu seperti ibumu, sayang."

Mendengar itu, alis Jieun mengkerut heran. Apa maksudnya?

Ayah Jieun menatap lurus ke arah jendela kamar gadis itu. "Kau dan ibumu sama-sama terlahir bisu, tapi ibumu bisu sekaligus tuli."

Ayah Jieun mulai bercerita. Jieun seperti tertarik mendengarnya, pikirannya pun mulai berkelana tentang ibunya ketika masih ada di dunia ini.

"Ayah dan ibumu menikah karena bukan cinta. Meski begitu Ayah mencintai ibumu" lanjut Tuan Han.

"Kau juga lahir di luar rencana Ayah dan ibu, Jieun. Ayah menikahi ibumu dengan syarat dan kehadiranmu sebenarnya kesalahan ibu dan Ayah"

PrivilegeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang