16

312 36 5
                                    

20.00

Ruangan yang sama, Yoongi sudah bangun lebih dulu, berbeda dengan Jieun yang masih bergelung di balik selimut. ia memandang ponselnya sambil memainkan lagu yang sedang diputar.

Tak lama, suara notifikasi menginterupsi musik Yoongi. Sebuah pesan baru masuk dari nomor yang tidak dikenalnya.

Yoongi membuka pesan itu. Wajahnya mengerut saat membaca teks yang singkat, namun sedikit ada ancaman di sana.

"Bawa Jieun pulang atau kau akan menyesal. Ini peringatan terakhirku."

Yoongi terdiam sejenak, matanya menatap pesan itu. tanpa mencari tahunya pun ia tahu siapa pengirimnya.

Baru saja ingin membuat balasannya, ponsel Yoongi bergetar. Kali ini, sebuah panggilan dari nomor yang sama. Yoongi mengambil napas dalam-dalam, menjawab panggilan tersebut.

"Kau tahu apa yang harus dilakukan, bawa Jieun pulang sekarang jika kau ingin tetap aman." Suara Han Gongju terdengar dingin dan tegas.

"Kenapa? Apa karena pertunangan Sunghoon dan Jieun tidak jadi?" jawab Yoongi dengan suara yang tetap tenang meski emosinya bergejolak.

"Aku sudah bilang, bawa dia pulang sekarang atau kau akan menyesal" suara di seberang semakin mendesak.

“Pak Han, dengan segala hormat, Jieun bukan anak kecil lagi. Dia punya hak untuk memutuskan apa yang dia mau."

Aku tidak peduli apa yang dia inginkan. Bawa dia pulang sekarang atau kau akan menyesalinya, Min Yoongi!"  Lagi-lagi ancaman yang sama menyapa rungunya.

Yoongi memejamkan matanya sejenak, mencoba menenangkan diri sebelum berbicara lagi. "Pak Han, aku tidak akan memaksanya. Jika dia mau pulang, dia akan pulang dengan keinginannya sendiri. Tapi jika tidak, aku tidak akan membiarkan siapa pun menekan atau menyakitinya. Termasuk Anda."

Sambungan telepon terputus begitu saja. Yoongi menatap layar ponselnya, napasnya berat. Dia tahu ini tidak akan mudah, dan ancaman itu bukan hanya sekadar kata-kata.

Yoongi menoleh ke arah Jieun yang masih terlelap di sampingnya, terlihat begitu damai di balik selimut. Ia harus mengambil keputusan—apakah ia akan terus melindungi Jieun di sisinya atau mengikuti ancaman ayahnya dan mengirim Jieun pulang, meski itu akan menghancurkan perasaannya.

Karena sibuk dengan pikirannya sendiri, Yoongi menjadi tidak sadar jika Jieun sudah bangun dan memandanginya.

Gadis itu menyentuh lengannya. Keduanya saling pandang beberapa saat sebelum Jieun bangkit untuk duduk menghadap Yoon-gi langsung.

"Yoongi, ada apa?" Jieun bertanya dengan raut khawatir.

Yoongi diam sejenak, kemudian menggenggam tangan Jieun, menatapnya dalam-dalam. "Aku terima pesan dari ayahmu. Dia memintaku membawamu pulang" ujarnya sembari tersenyum tipis.

Ancaman itu cukup dirinya saja yang tahu, ia tidak ingin membuat Jieun khawatir.

"Aku tidak mau pulang, Yoon." Jieun menggeleng tidak mau.

"Tapi kita tidak bisa terus seperti ini, Jie. Ayahmu akan menyakitimu jika aku bersamamu. Untuk sekarang kita mengalah dulu, ya?" Yoongi mencoba terlihat tenang, walau kenyataannya tidak seperti itu.

Tampak jelas wajah Jieun menahan tangis. Jieun masih bertahan dengan keinginannya. "Aku hanya membutuhkanmu, Yoongi. Aku tidak akan pulang."

"Kumohon, Jieun. kali ini kita mengalah pada ayahmu dulu." Dengan tatapan memohonnya itu, Jieun akhirnya menurut dengan penuh pertimbangan.

PrivilegeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang