15

311 34 3
                                    

"APA?" Gongju tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya setelah mendengar perkataan Sunghoon.

"Jadi, Yoongi membawa Jieun ke apartemennya?"

"Iya, bahkan memukulku ketika aku melarangnya" jawab Sunghoon di seberang sana. Gongju dan Sunghoon saat ini sedang berbicara melalui telepon, menanyakan keberadaan Jieun yang belum pulang.

"Kurang ajar, akan kuberi dia pelajaran. Baiklah, Paman tutup teleponnya, sore ini jemput Jieun dan Yoongi biar paman yang urus."

Mendengar itu, Sunghoon merasa senang. Tuan Han benar-benar mempercayainya. sebagai calon tunangan Jieun tentu senang dengan kepihakkkan Ayah gadis itu, dengan begitu ia tak perlu repot melakukan banyak hal.

"Baik, Paman" jawabnya singkat sebelum panggilan berakhir. Gongju menahan amarah, tidak menyangka putrinya menginap di apartemen Yoongi lagi. Jieun benar-benar tidak memikirkan perasaan ibunya, terutama mengingat masa lalu kelam antara ibunya dengan si bajingan itu.

Ia bertekad memberi pelajaran pada Jieun dan Yoon-gi.

Ibu tiri Jieun lantas mendekat, ketika melihat ekspresi geram suaminya.

"Suamiku, kau harus menghukum Jieun. Jika tidak, dia akan terbiasa melakukan ini. Bayangkan jika mereka melakukan hal yang tidak pantas, kita yang akan menanggung malu."

Kata-kata itu semakin memperkeruh hati Gongju. Ia sudah menentang keras hubungan Jieun dengan Yoongi sejak awal. Ia tak akan membiarkan putrinya jatuh bersama pemuda itu.

Mempercepat pertunangan Jieun dengan Sunghoon adalah satu-satunya cara. Gongju tak peduli jika Jieun menolak.

"Siapkan acara pertunangan Jieun dan Sunghoon besok. Aku tidak peduli bagaimana caranya, segera hubungi Pak Lee dan istrinya untuk menemuiku" desak Tuan Han. Ia segera meninggalkan ibu tiri Jieun yang tertegun.

"Tapi, bukankah ini terlalu mendadak? Menyiapkan acara seperti ini membutuhkan banyak waktu." Wanita itu mencoba bernegosiasi. Ia tahu putrinya, Soohyun akan marah jika mendengar rencana ini.

"Aku tidak peduli, siapkan sekarang. Acaranya tidak perlu meriah, yang penting Jieun dan Sunghoon bertunangan."

"Tapi, sayang..."

"Kau tidak dengar? Siapkan sekarang!"

Gongju tetap teguh dengan keputusannya, membuat wanita itu terpaksa menurut meski dalam hati kesal.

"Selalu saja membantah!" gumamnya.

.

Jam istirahat adalah waktu yang paling di nantikan seluruh murid. Kali ini Yoongi, Namjoon, Hoseok dan beberapa temannya yang lain, memutuskan berkumpul di lapangan basket untuk bermain.

"Kapan terakhir kali kita bermain, ya?" salah satu teman Yoongi menyeletuk.

Yoongi terlihat berpikir. "Satu bulan yang lalu saat kita bertanding melawan sekolah sebelah, kalian ingat ketua basketnya?"

"Jaewon bukan sih? Dia sampai ingin menghantammu" Imbuh yang lain. Sedetik kemudian, mereka tertawa mengingat bagaimana tim sekolah itu kalah saat bertanding.

"Dia memang pengecut" balas Yoongi di akhir tawanya.

Dengan cuaca yang benar-benar mendukung, tanpa basa basi mereka langsung ke tengah lapangan memulai permainannya. Murid-murid yang kebetulan lewat, langsung saja mencari tempat duduk sekedar menyaksikan mereka bermain.

Permainan pun di mulai dari Yoongi menggiring bola, melawan salah satu temannya. Yoongi melempar bolanya ke arah Namjoon yang sudah sigap.

Hap! Namjoon berhasil menangkapnya. Ia segera mendekat ke arah ring dan dengan heboh teman lawannya sendiri mencoba menghalangi.

PrivilegeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang