"Permisi, Kak!" Seru laki-laki yang tadi Hana temui di bis.
Hana yang saat itu sedang termenung mengambil air dari dispenser, seketika tersadarkan, dan bergeser menjauhi dispenser. Matanya tertuju pada id card yang menggantung di dada laki-laki magang tersebut, sekilas ia membaca nama yang tertera Sakhi Motaz.
Melihat nama tersebut, Hana seakan ditarik ke masa lalu, nama yang sama persis dengan temannya waktu kecil, teman bermain dan sekolah.
Hana ingin menanyakan apakah betul laki-laki tersebut adalah teman masa kecilnya, tetapi ia urungkan niat tersebut. Hana sudah tidak perduli dengan teman masa kecilnya, ia tidak mau fokusnya untuk membahagiakan adik dan ibunya terganggu karena kehadiran teman masa kecilnya. Dan ia sangat yakin teman masa kecilnya yang bernama Motaz pun sudah melupakan nya.
Hana pun berlalu pergi tanpa sepatah katapun, dan Motaz hanya memandang sekilas ke arah Hana, "hadeh gini rasanya jadi karyawan baru, dicuekin senior, bahkan dikasih muka galak" ucap Motaz dalam hati.
Motaz, karyawan yang masih magang Itu pun mengangkat bahunya tanda tidak peduli sembari menghela nafas "huu", ia pun menuju kursinya kembali untuk bekerja.
********Selepas pulang kerja, Hana sengaja melewati tempat yang penuh kenangan bersama ayahnya, tempat itu adalah danau yang sering dijadikan tempat memancing bersama ayahnya.
Terbayang bagaimana bahagia dirinya saat memancing dengan ayah dan adiknya, ayahnya selalu membawa dua alat pancing, satu untuk Hana, satu untuk adiknya. Ayah Hana yang selalu menyiapkan umpan untuk di kaitkan kemata kail mereka, ayahnya akan memancing jika Hana dan adiknya merasa lelah.
Tatapan Hana kosong, cinta terhadap ayahnya membuat rindu yang tak bisa terobati ketika ayahnya harus pergi untuk selamanya.
"Ayah, tak ada yang bisa menggantikan posisi ayah dihati Hana. Cinta ayah selalu di hati Hana. Hana tidak pernah lupa bagaimana ayah mengajarkan Hana bermain sepeda, bermain layangan. Hana harap ayah merasa bahagia di sana, ayah tak perlu mengkhawatirkan Ibu dan Rafa" ucap Hana sembari mengusap air matanya.
" Ya, Allah, ku titipan ayah di sana" bisikan Hana di dalam hati."Tidak baik seorang wanita sendiri di tempat seperti ini, Kak!" Ujar Motaz yang tiba-tiba suaranya mengejutkan Hana.
Hana menoleh ke arah Motaz, sembari mengusap air matanya, ia tidak menyangka kalau Motaz bisa tiba-tiba datang, "Kamu sendiri sedang apa di sini?" Tanya Hana mencoba menutupi rasa kagetnya dengan bertanya ketus.
"Disini bukan tempat kerja, Kak. Tidak perlu ketus seperti itu kepada saya" ucap Motaz, "Saya di sini sedang menelusuri kenangan yang pernah saya lewati bersama sahabat kecil saja" lanjut Montaz
"Ooh!" Hana menanggapi dengan ketus, dan berlalu pergi.
Hana berjalan seakan-akan kesal melihat kehadiran Motaz, padahal hati kecil Hana merasa cukup senang. Berbeda halnya dengan Motaz yang merasa kesal karena sikap Hana, yang menurutnya menyebalkan.
Motaz tak sadar orang yang membuatnya kesal, adalah orang yang ia cari, Motaz tidak pernah membayangkan bahwa Hana yang tubuhnya dulu montok menjadi kurus kering seperti tidak berdaging. Sedangkan Motaz masih sama fisiknya, kurus, sehingga mudah untuk dikenali oleh Hana.
Tiba-tiba hujan turun deras, Motaz yang sendirian teringat masa kecilnya sering bermain hujan bersama Hana, "Hana, walau kita kenal ketika kecil. Entah kenapa hati ini merasa engkaulah jodohku" Motaz menghela Nafas.
"Dulu kamu yang selalu mengalahkan anak-anak yang selalu mengganggu ku. Kini aku sudah dapat melawan orang-orang yang berbadan besar, aku yang sekarang bisa melindungimu. Aku berhasil melawan rasa takutku, Hana" gumam Motaz seakan-akan berbicara dengan derasnya air hujan
"Hati ini tak akan berubah haluan Hana, selama belum ada laki-laki disampingmu, maka tidak akan henti aku menggelarkan sejadah dan memanjatkan doa agar engkau menjadi pendamping hidupku, selamanya" ucap Motaz penuh kesungguhan
****Hana yang melangkah pergi meninggalkan Motaz, tidak pernah tahu apa yang diucapkan Motaz saat itu, namun ada rasa sesak di hati Hana karena tidak menyampaikan kebenarannya, "maafkan Aku, Motaz ..." ucap Hana penuh penyesalan.
Hana tidak pernah membayangkan bahwa Motaz masih mengingatnya sampai saat ini.Hana tetap melanjutkan langkahnya walau hujan membasahi seluruh tubuhnya, "astagfirullah!" Ucap Hana tiba-tiba ketika ia mengingat masa kecilnya bermain hujan bersama Motaz.
Ketika kecil Hana dan Motaz adalah sahabat yang tidak bisa dipisahkan.
"Maafkan Aku, Motaz. Aku bukan aku yang dulu lagi, aku sudah berubah. Aku tak mau hati ini terikat, aku harus fokus kepada adik dan ibuku yang butuh biaya, semoga suatu saat engkau dapat memahaminya, walaupun terlambat" ucap Hana lirih, sembari mengingat masa kecilnya.
Hana sendiri tidak yakin dalam hatinya, jika suatu saat nanti, motaz dapat mengenali dirinya, Motaz dapat memahaminya.
Ia teringat ketika kecil, Motaz pindah ke luar kota, ia merasa sedih dan terpukul.
"Hana, ayahku pindah kerja ke Blitar, aku harus ikut pindah" ucap Motaz kecil lirih, Hana mengira apa yang dikatakan Motaz adalah bercanda, sehingga Hana tak menghiraukannya.
Ketika pagi hari, Motaz dan orangtuanya berpamitan kepada keluarga Hana, Hana baru sadar bahwa apa yang dikatakan Motaz bukan candaan.
Motaz kecil mendekati Hana kecil, dan berkata "Aku pergi ya, Hana. Nanti kalau aku sudah besar sudah punya uang sendiri, aku akan datang untuk mencarimu."
Hana yang saat itu sangat sedih, tidak dapat berkata apa-apa, Hana langsung menuju kamarnya dan menangis, ia akan kehilangan sahabat terbaiknya.
"Hana, Motaz mau pamitan, ayo ke sini!" Seru ibunya. Tetapi, Hana tidak berani bertemu Motaz, Ia melihat kepergian sahabatnya itu dari jendela kamarnya. "Selamat tinggal sahabatku, semoga kita bisa bertemu lagi"ucap Hana sambil menangis.
Seharian, Hana kecil tidak mau keluar, ia merasa sangat sedih atas kepergian Motaz.
******Motaz dewasa yang penasaran dengan Hana, akhirnya bertekad untuk mencoba datang ke rumah Hana. Walaupun tempat yang dulu sudah sangat berbeda dengan sekarang, tetapi Motaz tidak mau menyerah, ia mencoba mengingat kembali setiap jalan yang dilalui dan bagaimana bentuk rupa rumah Hana, walaupun itu sudah beberapa puluh tahun yang lalu.
Ternyata tempat main ia dan Hana dulu hampir 90% berubah, begitupun tata rupa tempat, hal ini membuat Motaz bertanya kesetiap orang yang berada di tempat tersebut. Setelah keringat menetes dari dahi, tenggorokan kering, akhirnya Motaz dapat menemukan rumah Hana.
"Akhirnya ..." ucap Motaz
Walaupun ia sudah dapat menemukan rumah Hana, tetapi Ia tidak mau menemui Hana secara langsung, ia mau melihat kondisi Hana saat ini, apakah Hana sudah memiliki suami atau kekasih, walaupun hati kecil Motaz sangat ingin bertemu, tetapi ia harus kuat untuk menunda itu.
Melihat warung kopi yang tidak jauh dari rumah Hana, ia pun masuk ke warung tersebut, sambil memesan kopi, Motaz memperhatikan setiap lalulalang orang yang berada di sana.
Walaupun banyak yang berlalu lalang, Motaz sibuk dengan pikirannya, menikmati setiap kenangan yang ada di ingatannya, senyum Hana kecil masih terasa tidak asing.Tetiba, kenangan itu buyar, ketika ada seorang wanita masuk ke dalam rumah. "Siapakah wanita itu?" Ucap motaz penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hana
Genel KurguMenjadi tulang punggung keluarga, membentuknya menjadi gadis yang keras. Hana harus memilih mengubur mimpi dan menjadi gibahan semua orang hanya untuk kebahagiaan keluarganya. Ketika ia membuka hati, ternyata cinta yang salah yang ia dapati. Aka...