Twelfth.

14.3K 1.1K 31
                                    

Paris-prancis 20.20.

"Hah ...."

Lunara kini tengah memandang hamparan taman rumah Arnold di dalam kamarnya.

"Aku bosan." Keluhnya sambil menopang dagu di jendela.

Setelah berbincang cukup lama, Cakra pulang dengan membawa nomer telpon Lunara. Cukup terlihat jelas sekali, walaupun hanya membawa itu, Cakra sangat antusias.

Namun, setelah kepulangan Cakra, Lunara merasa kosong, selama dirinya hidup, dia belum pernah merasa seperti ini.

Bukan karena Lunara menyukai Cakra, hanya saja saat Cakra pulang tiba-tiba hidupnya terasa kesepian.

Sejak dulu, Lunara tidak pernah sedikitpun ditinggal sendirian oleh mamanya. Sehingga jika tidak ada yang menemaninya, Lunara langsung merasa kosong.

Padahal rumah Arnold memiliki banyak pegawai.

"Apa Arnold belum pulang?" tanyanya sendiri sambil berjalan keluar kamar.

Lunara menoleh menatap dimana kamar Arnold berada.

Di ujung, dimana kamar Arnold terletak dengan pintu tertutup seolah tidak ada kehidupan di dalamnya.

Lunara melangkah mendekati kamar Arnold.

"Hei, kau belum pulang? ayo bertengkar, aku bosan." Keluhnya di depan kamar Arnold.

Lunara bergeming, saat tak mendapati jawaban sang pemilik kamar.

"Hei!" Seru nya sambil mengetuk pintu kamar Arnold keras.

"Apa kau sudah tidur?" tanyanya lagi sambil memukul pintunya sedikit kencang

Lunar terkesima saat pintunya terbuka ketika ia ketuk. "Oh pintunya terbuka!" pekiknya pelan.

Lunara mendorong pintu kamar Arnold lebih lebar. Badannya ia condongkan agar kepalanya bisa melihat ke dalam kamar Arnold.

"Oh belum pulang." Ucapnya lalu masuk kedalam kamar Arnold setelah melihat tidak ada orang yang melihatnya masuk.

Nuansa hitam adalah hal yang pertama bisa di lihat, dengan pencahayaan yang hanya berasal dari jendela, membuat kamar Arnold terlihat sedikit hidup.

Lunara terus menelusuri kamar Arnold, "Curang sekali, di kamarnya ada banyak buku sementara di kamar Lunara tidak ada satupun." Keluhnya melihat tiga lemari besar yang di penuhi buku di hadapannya.

Lunara terus menelusuri rak buku itu, sampai dimana fokusnya diam kepada note book sampul cyan diantara buku hitam.

"Apa dia salah menyimpannya?" gumamnya menghampiri rak buku tersebut.

"DNara's?" gumam Lunara membaca judulnya saat akan memindahkan buku tersebut ke tempat buku berwarna cerah

"Nara? Lunara?" Ucapnya berfikir.

Lunara membuka buku tersebut, dan yang pertama kali ia baca adalah namanya. Lunara Hobart.

"Ini milik Lunara, mengapa pria itu menyimpannya. Tidak sopan." Ucap Lunara sambil membuka lembaran kedua.

Hidup ini petualangan. Yang di mana didalamnya terdapat banyak tantangan.

Namun disebut apakah takdir yang datang dan menghampiri kita yang layaknya sebuah pedang?

Tajam, dan mematikan.

Aku tidak pernah menyangka, aku, kamu, kita akan terjebak dalam kemalangan ini.

The main villain's wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang