01

211 17 1
                                    


Aku adalah si penyimpan rasa yang nggak tahu caranya bersua.
__Izan.


Harusnya hari Minggu adalah hari yang sangat ditunggu bukan, menikmati hari tanpa dilanda kesibukan. Berbeda dengan Izan, entah kenapa hari ini terasa sangat membosankan. Izan adalah tipe manusia yang nggak betah walau sehari aja di rumah.

Izan tadi ngirim pesan ke teman-temannya dan belum dibalas, jadilah sekarang dia rebahan di sofa nunggu keajaiban datang padanya.

"IZANNNN MAIN YUK." Teriak seseorang dari arah pintu.

"Iya, sebentar," Dengan semangat Izan langsung bangkit membukakan pintu buat orang itu, tapi wajahnya kembali lesu setelah tahu siapa di baliknya.

"Kenapa muka lo ditekuk gitu Zan?" Cewek itu masuk tanpa dipersilahkan. Duduk di sofa sambil makan beberapa cemilan yang ada di sana.

"Ngapain sih lo ke sini, ganggu hari gue aja." Ucap Izan dengan malas.

Gadis itu nggak menanggapi, dia sibuk ngunyah cemilan yang dipegangnya.

"Eh ada Sera, udah lama banget Umi nggak lihat kamu main ke sini." Wanita paruh baya datang, itu adalah Umi Aisyah.

"Hehe iya nih Umi, Izan suka nggak bolehin Sera main ke sini, padahal Sera kangen sama Umi," Sera bangkit dari tempat duduknya dan langsung menyalami tangan Umi Aisyah dengan sopan.

"Bawa apa tuh Umi?" Tanya Sera lagi.

"Oh ini kue, Umi mau ngasih ke Teh Amanda, katanya Faiza udah pulang dari pesantren jadi Umi mau ketemu."

Denger kata Faiza, Izan langsung bangkit dari sofa buat Sera dan Umi menoleh bareng-bareng.

"Kenapa Zan?"

"Izan boleh ikut nggak Mi?" Tanya Izan dengan penuh harap.

"Boleh atuh, eh kamu udah lama ya nggak ketemu sama Faiza, terakhir tuh pas masih kelas enam SD, Umi ingat banget waktu kamu nangis pas Faiza berangkat ke pondok." Umi terkekeh geli mengingat memori itu.

"Udah ah Umi nggak usah diingetin lagi, malu tahu."

"Faiza itu siapa Mi?" Tanya Sera penasaran.

"Temen Izan waktu kecil."

"Ceritain dong Mi orangnya kayak gimana sih, sampai buat Izan nangis gitu."

"Panjang atuh kalau diceritain mah keburu kuenya nggak enak lagi."

"Kue buatan Umi pasti enak dong." Izan ngambil kue dari tangan Uminya, bantu untuk membawakan.

Ngeliat Izan yang begitu semangat bikin Sera keheranan, padahal tadi pas Sera datang, Izan kelihatan sangat malas.

~✿

Izan dan Umi Aisyah sampai di depan rumah berwarna biru muda, Sera nggak ikut dan langsung pulang tadi.

Setelah ngucapin salam, sang tuan rumah persilakan mereka masuk.

Udah lama Izan nggak datang ke rumah ini, terakhir mungkin pas umurnya sepuluh tahun, ternyata suasananya masih sama terasa nyaman dan aman.

Izan senyum ngeliat beberapa foto yang berjajar rapi di dinding, ada fotonya di sana bareng seorang gadis yang nyimpen banyak cerita di hatinya.

"Ini diminum dulu tehnya." Wanita paruh baya datang dan nyediain mereka minum.

Umi nyenggol lengan Izan ngasih kode buat salaman sama wanita di depannya.

Izan salaman sama wanita itu, tapi salamannya ditolak mentah-mentah, wanita itu cuma ngatupin kedua tangannya di dada, meski bingung akhirnya Izan pun ngelakuin hal yang sama.

FAZANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang