09

147 13 3
                                    

"kalian itu mau jadi apa besar nanti kalau sekolah saja sering telat," pak Zidan selaku wakil kesiswaan sedang menceramahi murid-murid yang telat, tak lupa juga dengan penggaris besar yang selalu beliau bawa.

"Kamu kenapa telat?" Tanya pak Zidan pada salah satu siswanya.

Siswa itu hanya menunduk tidak menjawab apa yang pak Zidan tanyakan, kemudian pak Zidan bergeser ke siswa di sebelahnya. Pria paruh baya itu menggeleng begitu melihat penampilan salah satu muridnya ini.

"Faizan Afifudin, kemarin kamu bolos mata pelajaran saya sekarang kamu telat, ini kenapa memar pipi kamu? Habis berantem di mana? Rambut juga basah sekali habis berenang di mana kamu?"

"Satu-satu pak kalau nanya, saya kan bingung mau jawab yang mana dulu," jawaban izan membuat pak Zidan langsung memukul pundaknya dengan penggaris yang ia bawa.

"Tidak disiplin!"

"Aduh sakit pak!" Rintih izan, masih dengan wajah tengilnya.

"Kalian di sini sampai bel istirahat, pulang sekolah bersihkan kamar mandi samping masjid, awas kalau kabur! Saya tidak akan segan memanggil orang tua kalian! Dan kamu Izan, istirahat nanti langsung ke ruangan saya!" Titah pak Zidan membuat murid-murid yang ada di sana langsung mengeluh meminta keringanan namun guru bagian kesiswaan itu tak mendengarkan mereka semua dan pergi menuju kantor guru.

"Nah loh Zan, ngapain di suruh keruangan si Zidan?" Tanya Ghaisan, salah satu teman sekelas izan yang ikut telat juga.

"Positive thinking aja mungkin mau di ajak nongki bareng," sahut Ahmad membuat yang lain tertawa.

Izan tak menghiraukan perkataan mereka, cowok itu langsung mengambil tas nya dan berjalan pergi.

"Woy Zan! Ke mana lu?"

"Kabur," jawab izan santai membuat Ahmad dan Ghaisan saling menatap, percayalah mereka juga ingin kabur seperti izan namun nyali mereka tak sebesar izan apalagi mereka tahu bahwa guru kesiswaan itu serius dengan ucapannya.

....

Di kelas, pelajaran pak putra sedang berlangsung, iya, pelajaran bahasa indonesia. suasana kelas mendadak seperti di gurun, sangat panas padahal masih pagi. Setelah memberikan tugas untuk siswa tadi pak putra sudah pergi, alasannya karena ingin keluar sebentar, mungkin saja beliau juga tidak kuat dengan panasnya kelas.

"Buset dah, ini kelas banyak setannya apa ya? panas banget njir," Celetuk Awan sembari membuka kemejanya, sekarang yang tersisa hanya kaos hitamnya saja.

"Pinjem dong ser, kipasnya," Hanan menghampiri Sera dan langsung merebut kipas yang sera pegang.

"Aelah nan, masih gue pake," kesal sera mulai merebut kipasnya dari hanan tetapi karena tinggi hanan yang melampaui sera membuatnya susah untuk mendapatkannya.

"Tangkap aja kalau bisa," Hanan berjinjit membuat sera berseru kesal.

Dan diantara mereka bertiga ada faiza yang duduk diam memperhatikan mereka, terkadang juga ikut tertawa melihat sera dan hanan yang masih memperebutkan kipas. Sejujurnya ini pertama kalinya faiza seperti ini, duduk di sebelah sera terkadang ada untungnya juga.

"Si izan masih di jemur dia?" Tanya sera, gadis itu kembali duduk karena sudah menyerah dengan hanan.

"Tau sendiri kali, mana mau dia di jemur dua jam, udah kabur duluan tuh anaknya," Jawab awan.

"Terus, kok ga masuk kelas?"

"Bentar lagi juga masuk," jawab hanan santai.

brak...(pintu kelas terbuka)

FAZANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang