"BURUNG tidak bernyanyi mereka hanya jatuh dari langit, dia bercanda denganmu karena dia sunyi, bukannya karena.."
tanganku lincah menulis puisi yang mencurah-curah dari idea penulisanku yang datang dari lubuk jiwa dan pola pemikiranku serta memori yang berlaku kelmarin.
"Jasmine...!"
Jasmine... suara itu lagi. Masih memanggil dengan cara yang sama seolah-olah aku yang akan pergi dahulu.
"Bidadari, maaf ganggu masa lenggangmu. Ini aku perkenalkan sepupuku, Danish"
Lelaki gila membawa sepupunya
Jumlahnya, dua lelaki gila.
"Danish ni Jasmine yang aku ceritakan tu, dia menyukai puitis dan bahasa sastera. Oh dan juga kalau dia sedang dilamun cinta dia akan menulis perihal seseorang itu dalam bukunya "
"Mikael!"
Terus melihat Danish untuk memastikan air mukanya tidak berubah dan kemudian dia berpaling sejurus saja kami bertentangan mata.
Sudah
Tolong jangan fikir yang aku ini kuat berangan.
"Jadi apa pendapat kau tentang Danish, muka kami seiras kan?"
Seiras?
Mata hitam pekatku meneliti mereka berdua yang sedang berdiri di hadapanku, serta ditemani bunga anggerik,kasturi dan melati di sekeliling.
Ya
Seiras, seperti pelanduk dua serupa.
Mikael, sosok yang kupuja. Matanya cantik sekali di bawah sinarnya Matahari. senyumannya itu manis sehingga menampakkan lengkuk bianglalanya. Rambutnya pula umpama pawana di Bumantara. Terus kalau dia marah, rahangnya akan bikinnya tegas terus kayak lelaki. Kadang-kadang itu aku berpikir bagaimana orang yang sempurna sepertinya tidak tahu cara untuk dekatin seesorang yang dia suka. Yang paling lucu, terus nanyain aku soal itu "bagaimana ya cara untuk aku dekatin orang yang aku puja itu, dia seolah-olah membenciku. Aku jadi buntu terus aku mikirin kammu?" gila. Sepertinya dia kalau buntu terus jadi pikirkan aku.
Jadi kalau buntu 24 jam?
.........
Danish pula,
Mukanya seiras Mikael. jika dia tiada bangs di dahinya. Dan mukanya seperti kali pertama aku bertemu dengan Mikael di perhentian bas pada waktu hujan senja.
Suci dan tidak bernoda, kulitnya putih mulus seperti bayi.
"hampir seiras, jika dia sisirkan bangsnya kebelakang" tutur aku kepada Danish yang terus memegang anak rambutnya.
Aku keliru
Dia memegang anak rambut dibelakang kepalanya padahal yang aku maksudkan itu rambut di dahinya yang panjang hampir menutupi keningnya.
Mungkin dia tidak tahu apa arti bangs atau mungkin dia tahu tetapi untuk hilangkan rasa gugup gara-gara ditegur oleh gadis dia memegang anak rambut di belakangnya.
Sejujurnya
Dia tiada tarikan dimataku.
Ciri-ciri tipe pendiam dan pasif
seperti bintang di langit yang bersembunyi dari pandanganku.
Sama ada lari untuk bersembunyi kerana aku akan menangkapnya atau sebenarnya aku yang sedang bersembunyi.
"Jasmine, Danish juga akan satu kelas dengan kamu. Dia ambil sastera. Mohon jangan keras padanya. Soalnya dia ini punya masalah berkomunikasi dengan makhluk Tuhan. Mohon bantuin ya."
"beri 10 sebab mengapa aku harus tolong kamu"
aku boleh saja tolong dia tetapi aku mahu bermain-main denganya dulu kerna tidak semudah itu untuk...
"Sebab
Kamu cantik
Kamu sempurna
Kamu Matahari
Kamu manis
Kamu suka marah-marah
Kamu sok tahu
Kamu juara nombor satu mencintai seseorang dalam diam
Kamu bidadari aku
Kamu gak ada tandingnya dengan gadis-gadis lain di sini
Kamu...""DIAM!"
"kamu nirmala"
Aku paling lemah dengar perkataan nirmala.
"okey okey aku tolong kamu jaga Danish"
Jantung aku hampir meletup gara-gara mulut manis lelaki gila ini!.
"bukan jaga, lihat-lihat saja. Yang kamu jaga itu seharusnya pacarmu"
"Aku nggak punya pacar"
"suatu hari nanti kamu akan punya juga. Jadi jangan selingkuh di belakangnya. Faham?"
"Ya, aku faham"
"bagus!"
Aku musykil
Dia bukan pacarku jadi kenapa rahangnya harus tegas?
........
laki-laki gen z aneh sekali