[1] the Darkest love

25.9K 720 23
                                    


Short Story 2/1


Akhirnya aku bisa up lage.
Miss u luv (⁠ʃ⁠ƪ⁠^⁠3⁠^⁠)

Kalo tembus 250🌟 aku up midnight😚

Happy Reading luv 💅




Jika ada yang membicarakan kartel mafia terbesar di Singapura, sudah pasti nama Jessen Elias akan terseret tanpa diminta. Bos muda seribu daya pikat itu menunjukkan pengaruh yang kuat setelah kematian Sang Ayah.

Namanya menggelegar di seluruh penjuru negeri memberikan intimidasi yang tidak main-main secara tidak langsung. Membuktikan bahwa power yang dia pegang jauh lebih besar dari yang diharapkan para anggota untuk menggantikan posisi pimpinan organisasi gelap itu.

Jika dari sisi yang lebih positif, Jessen terkenal sebagai pengusaha yang sukses membuat perusahaannya berkembang menjadi perusahaan raksasa dalam waktu yang singkat. Track record Jessen menghancurkan perusahaan lain sudah bukan hitungan jari lagi.

"Tuan muda, Tuan Hadsan belum memberikan jawabannya." Laporan dari personal assistance nya itu membuat Jessen tersenyum miring.

Pria itu memutar kursi kebesarannya dengan lihai, membuat pandangannya beralih pada pemandangan gedung-gedung pencakar langit kota yang begitu indah dari lantai teratas perusahaannya itu.

"Bagaimana dengan wanita itu?" Berucap datar, Jessen bangkit dan berdiri tegak dengan kedua tangannya di kedua saku celana bahannya.

"Bagaimana dengan wanita itu?" Berucap datar, Jessen bangkit dan berdiri tegak dengan kedua tangannya di kedua saku celana bahannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Saya sudah mengarahkan beberapa anak buah kita untuk mengawasinya."

Jessen tersenyum tipis, sepintas bayangan wanita yang dia maksud itu tersenyum di benaknya membuat pria itu mengepalkan tangannya dengan erat. Mata pria itu menyorot tajam, menampilkan sisi dingin yang tak tersentuh.

"Chérie." Jessen bergumam kecil.

"Daxe, hancurkan saja."

Jessen menoleh kecil pada asistennya dan dengan santai pria itu mengeluarkan rokok dari saku jasnya dan menyelipkan satu batang di bibirnya.

"Baik Tuan muda." Daxe mengangguk patuh.

"Lakukan dengan cepat, jangan sisakan apapun." Sambung Jessen sambil menghembuskan asap rokoknya dengan tenang.

"Siap Tuan muda, saya akan memberikan laporannya nanti." Balas Daxe tegas sebelum menunduk hormat dan beranjak dari ruangan itu.

Sedangkan Jessen yang menikmati hisapan bibirnya pada batang kecil yang mengepulkan asap itu berdiri dengan tenang. Menyilangkan kedua tangannya, pria itu memperlihatkan cetakan otot liatnya yang menggoda di balik setelan jas kerjanya.

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang