CHAPTER 6-.

336 33 0
                                    

"LUKISAN YANG INDAH"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"LUKISAN YANG INDAH"

~🖤~

Hari pertama pembersihan tembok, cat dasar, serta pola rancangan sudah selesai mereka buat. "Ada setengah jam lagi nih sebelum jam 4" beritahu Elena.

"Yaudah warnain komponen kecil aja dulu terus kita lanjutin besok" saran Diana.

Semuanya mengangguk sedangkan keempat laki-laki yang berada disamping mereka lukisannya sudah hampir selesai. Hanya tinggal menambahkan hiasan pendukung untuk memperindah.

"Muka lo kayak nggak asing" ucap Meira pada satu diantara mereka.

"Kalau nggak salah waktu smp kita sekelas" beritahunya.

"Bentar lo Rafa kan?" tebak Diana.

"Iya gue Rafa, masih ingat ternyata."

"Gue lupa-lupa ingat sih. Dulu pas SMP perasaan lo nggak tinggi-tinggi banget" ejek Meira.

"Kan masa pertumbuhan ra" jawab Sisi.

"Kita kenapa ngestlak disini terus ya perasaan tingginya."

"Lebih ke bantet sih. Kalian kan kaum rebahan" ejek Dara membuatnya mendapatkan tatapan tajam.

"Olahraga kayak gue sama Tika. Iya nggak Tik" kata Rafa.

"Yoi."

"Iya tau kok kalian anak basket. Diem aja mah kami yang mageran ini".

"Kalau kalian berdua siapa namanya?" tanya Dara pada kedua laki-laki yang berada di samping Rafa.

"Gue Andri, Kalau gue Gio" ucap mereka bergantian.

"Oke salam kenal tetangga mural" ujar Dara. Ada satu orang yang terus melukis tanpa menghiraukan obrolan yang dibicarakan. Entah siapa laki-laki itu tapi yang jelas seperti nya dia tak menyukai orang baru.

"Kalian anak perbankan bukan?" tanya Sisi.

"Iya kelas kita juga sampingan" jawab Gio.

"Baru nyadar kalau tetanggaan kelas juga" sempil Diana.

"Makanya jadi manusia itu jangan mageran na, keluar kek jalan-jalan keliling sekolah kayak kita ya Dara" ujar Sisi.

"Males".

"Kalau jajan nomor satu dia mah" sindir Meira.

Diana hanya menampakkan barisan gigi setelah Meira mengatakan itu, tepat sekali.

"Sudah jam 4, lebih baik kita lanjutkan besok" beritahu Elena.

"Baiklah, kita bersihkan kuas lalu taruh di kelas sebelum pulang" usul Meira.

***

Keesokan paginya mereka kembali melanjutkan lukisan setengah jadi itu. Masih banyak komponen yang belum diwarna serta ada tambahan dari guru bahwa cat dasar tembok tidak boleh warna putih. Mau tidak mau mereka harus mengecat kembali tembok dasar daripada tidak dapat nilai. Sedangkan ketiga laki-laki yang baru mereka kenal kemarin tak henti-hentinya selalu mengomentari lukisan mereka. Gradasi pohon nya yang aneh lah, gambar bumi yang tidak bulat, bahkan tulisan yang miring. Sungguh Diana sangat tidak suka dengan laki-laki yang mulutnya seperti wanita, cerewet.

"Minimal kalau mau kasih tanggapan dilihat juga lukisan kalian, butuh cermin?" tembak Tika yang mulai muak.

"Sudah Tik terserah mereka saja yang penting lukisan kita hari ini harus selesai biar besok bisa istirahat" sela Diana.

Besok hari Minggu dan Senin sudah penilaian. Tidak mungkin hari Minggu mereka harus ke sekolah kembali untuk menyelesaikan lukisan ini tubuh mereka juga perlu istirahat sebab masih ada dua ujian praktik yang harus mereka jalani. Kalian bertanya tentang sosok itu? Iya dinding miliknya hanya berjarak dua dinding saja dari dinding milik Diana. Diana terlalu fokus sampai tidak sadar bahwa orang yang selalu ia cari 2 tahun silam berada tak jauh darinya saat ini.

Waktu terus berjalan sampai tak terasa jam menunjukkan pukul setengah 5 sore dan target mereka sudah tercapai. Akhirnya lukisan mereka selesai.

"Alhamdulillah akhirnya" syukur Diana.

"Kita foto dulu yuk buat kenangan" ajak Dara. Mereka semua setuju lalu mengambil posisi masing-masing di samping dinding yang telah dilukis.

"Rafa tolong fotoin" pinta Sisi.

Rafa pun mengangguk lalu mengambil handphone yang Sisi berikan. "Satu dua tiga".

Beberapa foto telah diambil dengan berbagai macam gaya yang mereka buat. Terlihat sangat menyenangkan.

Hari mulai gelap pertanda malam akan tiba mereka akhirnya memutuskan pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat. Senin mereka akan kembali ke sekolah untuk mempresentasikan makna lukisan yang telah dibuat.

***

Pagi itu entah kenapa perasaan Diana sangat tidak enak. Jantung nya berdetak tak karuan. "Huft apa gue gugup karena presentasi ya" imbuhnya.

Diana akan merasa cemas jika sesuatu yang penting akan ia lakukan. Panik attack nya selalu kambuh jika terlalu gugup. Ia berusaha mengatur nafas sejenak sambil menunggu kelima temannya datang. Tak lama Meira datang dan langsung menghampiri Diana.

"Lo kenapa kek sesak nafas gitu?" tanyanya khawatir.

"Gak papa kok. Kita keliling yuk lihat lukisan yang lain, mumpung masih sepi" ajak Diana agar rasa gugupnya itu berkurang.

"Ide bagus, yok lah sekalinya bawa aja alatnya buat rapiin lukisan kita".

"Iya. Bilang digrup sama yang lain biar nggak nyariin".

Meira mengangguk. Setelah mengabarkan yang lain mereka berkeliling sejenak. Banyak sekali lukisan indah yang mereka lihat dari komponen warna serta gradasi yang membuat seperti hidup. Tak jarang juga mereka melihat lukisan yang rada aneh. "Ini konsepnya apasih" ujar Meira menyemburkan tawanya melihat satu lukisan.

"Gak boleh gitu ra. Tapi gue juga bingung ini tulisannya berbagai macam keberagaman agama di Indonesia".

"Iya ini maksudnya agama Buddha kan tapi kenapa ada rambutnya kayak upin" ujar Meira tak habis pikir.

"Udah ra masih pagi loh ini mules gue ketawa" keluh Diana.

"Atau jangan-jangan upin pindah agama na" celetuknya lagi.

"Gak tau gue tanya aja nanti sama mereka yang lukis".

"Sungguh imajinasi tanpa batas" puji Meira.

"Ini daun-daun nya keren sumpah" tunjuk Diana pada lukisan disebelah nya.

"Eh iya cuy gradasi nya bikin hidup".

"Punya anak perbankan juga" ujar Diana setelah melihat kelas yang tertulis di pojok lukisan.

"Itu mereka" ujar Meira tiba-tiba mengalihkan perhatian Diana.

"Cepetan sini bentar lagi presentasi" teriak Dara.

Mereka berdua pun menghampiri teman-temannya membawa dua ember kecil berisi sisa cat dan kuas. "Nih kita rapiin sebentar sebelum presentasi".

"Syap" kata mereka kompak.

~🖤~

"Pengagum tanpa nama"

Info update dan spoiler chapter baru bisa lihat di sosmed aku ya, see you next time semua👋👋👋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Info update dan spoiler chapter baru bisa lihat di sosmed aku ya, see you next time semua👋👋👋

Pengagum tanpa nama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang