CHAPTER 2-.

826 63 1
                                    

"SEHARUSNYA AKU TIDAK JATUH DALAM TATAPAN ITU"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"SEHARUSNYA AKU TIDAK JATUH DALAM TATAPAN ITU"

~🖤~

Pagi ini seorang gadis sedang bersiap menuju ke sekolah dengan seragam rapi yang sudah melekat di tubuhnya. Ya gadis periang itu memiliki nama lengkap Diana Maheswara, dia sedang bergelut dengan alat masak didapur menyiapkan sarapan untuknya sekaligus bekal yang akan ia bawa, tujuan nya tentu saja untuk menghemat uang jajan. Aroma nasi goreng dapat tercium di seluruh penjuru rumah menandakan masakan itu sudah matang. Diana menyusun sedemikian rupa nasi goreng itu didalam kotak bekal dengan telur ceplok sebagai pelengkap serta beberapa irisan timun. "Selesai" ujarnya puas dengan hasil masakannya pagi ini. Mengambil sepiring nasi goreng kemudian menikmati untuk mengisi tenaga, mencuci piring lalu memasukkan bekal tadi ke dalam tas. Merasa jam sudah menunjukkan pukul enam ia bergegas memasang tali sepatu tak lupa pamit kepada sang ibu.

"Ma Diana berangkat sekolah dulu."

"Abah mana?"

"Diluar udah nungguin di atas motor."

"Kebiasaan, yasudah hati-hati bilangin sama Abah bawa motornya pelan-pelan."

"Siap ma, Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Diana menaiki motor memberi tahu pada ayahnya bahwa dia sudah siap. Jarak dari rumah Diana ke sekolah hanya memakan waktu 15 menit cukup dekat jika menggunakan motor namun saat menggunakan sepeda bisa memakan waktu setengah jam memang melelahkan pikirnya oleh sebab itu orang tuanya berusaha mengantar jemput saja karena Diana masih dibawah umur untuk mengendarai motor sendiri. "Sampai" beritahu sang ayah.

"Oke bah."

"Belajar yang rajin."

"Pasti Diana masuk dulu ya" anggukan sebagai jawaban.

Udara pagi ini rasanya begitu menyegarkan suasana lapangan sekolah yang masih cukup tenang mendukung sekali, berbeda jika sudah masuk waktu makan siang sudah panas banyak aktivitas yang harus dilakukan namun bagi Diana itu menyenangkan. Dilihatnya bahwa sepatu para sahabat sudah menempati rak sepatu dengan rapi itu tandanya mereka sudah datang lebih dahulu. Berharap ketenangan di kelas tentu tidak akan pernah terjadi padahal ini masih pagi sudah seperti pasar yang melakukan banyak transaksi, berisik.

"Pagi na" sapa gadis yang memiliki nama lengkap Meira Cenara salah satu sahabat baik Diana, jika melihat wajahnya memang sangatlah polos namun sifat aslinya sama sekali tidak bisa ditebak. Wajah polos itu hanya sekedar topeng untuk seorang pemain.

"Pagi juga ra, itu key kenapa?" heran Diana pada sahabatnya yang lain Keyla Radisti, orangnya selalu cerewet tapi pagi ini dia seperti tidak memiliki semangat hidup.

"Biasalah na" jawan Meira seperti sudah tahu bahwa Diana akan mengerti tanpa harus dijelaskan.

"Dio lagi?"

"Yaps, katanya Dio lagi deket sama cewek lain."

"Bukannya kemarin deket sama key kok?" protes Diana.

"Lo kayak gatau Dio aja na manusia dengan kepribadian friendly nya."

"Huft susah memang kalo terlalu friendly, key juga mau aja di gantung sama tu cowok."

"Ya gimana lagi na sudah cinta" lebay Meira.

"Cinta cinta kalian gak capek apa dengan hal yang namanya cinta itu, gue aja yang tiap hari denger cerita cinta kalian capek."

"Yee lo belum ngerasain aja, jangan-jangan lo gak normal makanya gak bisa jatuh cinta" tuduh Meira asal.

"Tuh mulut ngajak berantem pagi-pagi, mau gue tabok hm?"

"Eh eh maaf, emang mulut gue suka asal makanya ini disekolahin."

"Terserah lo aja."

Bel masuk berbunyi tanda pelajaran akan segera dimulai semua murid mengeluarkan buku pelajaran dan meletakkannya di atas meja masing-masing sambil menunggu guru masuk tapi untuk suara masih belum bisa diam alias ribut. Jam pelajaran pertama diisi oleh guru yang terkenal galak, melihat bayangannya saja dari pintu membuat suara riuh tadi seketika senyap. Masing-masing fokus mendengarkan penjelasan karena tak mau cari gara-gara.

Singkat cerita waktu berlalu begitu cepat di jam dinding sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Istirahat kedua ini dikenal dengan nama ishoma (istirahat, sholat, makan) ya ketiga kalimat itu disingkat agar tidak terlalu panjang penyebutan nya. Ketiga sahabat itu segera menuju musholla sekolah agar tak terlalu sesak karena terlambat sedikit saja mereka tidak akan dapat tempat. Untung saja tepat waktu masih ada tempat yang kosong. Ketiganya keluar untuk mengambil wudhu setelah itu masuk kembali untuk melaksanakan kewajibannya.

"Kalau udah sholat rasanya tenang" ujar Diana.

"Iya waktu itu kita makan dulu baru sholat, sumpah perut rasanya begah" sahut Meira.

"Lo waktu itu mukbang ra, gimana gak begah" protes Keyla.

Ketiganya tertawa sambil memasang tali sepatu di teras musholla sampai tiba-tiba arah mata Diana menangkap sosok laki-laki yang sedang berjongkok memasang sepatu juga bersama ketiga temannya. Tatapan Diana sepertinya tidak dapat beralih dari sosok itu.

"Eh lo liat apa?" tegur Keyla membuat Diana tersadar.

"Bukan apa-apa" imbuhnya. Saat ia kembali melihat sosok itu ternyata sudah pergi.

"Siapa dia? tapi lucu saat tertawa matanya menyerupai bulan sabit" imbuh Diana kagum dalam hatinya.

"Ayo ke kelas, waktunya kita isi tenaga" ajak Meira.

Ketiganya bergandeng tangan seperti anak kecil sambil melempar candaan. Hari itu adalah awal Diana melihat dirinya. Awal tentang dia dimulai.

~🖤~

"Pengagum tanpa nama"

Info update dan spoiler chapter baru bisa lihat di sosmed aku ya, see you next time semua👋👋👋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Info update dan spoiler chapter baru bisa lihat di sosmed aku ya, see you next time semua👋👋👋

Pengagum tanpa nama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang