"Selamat malam semua. Saya Atria Alpheratz memberi salam kepada semuanya, semoga kalian berumur panjang." Atria memberi salam kepada seluruh bangsawan dengan mengangkat dua sisi gaunnya sembari menunduk dengan anggun, lalu dia berusaha untuk tersenyum walaupun pandangan bertanya-tanya mereka membuatnya sangat risih. Terutama pandangan tiga orang yang berada diatas singgasana, keluarga kerajaan.
"Gila! Gue belum pernah berhadapan langsung sama orang-orang penting kayak gini, dulu mentok-mentok sama Rektor. Sekarang Raja! Apa gue harus bangga?"
"Siapakah dirimu wahai gadis muda? Cukup mengejutkan bagi kami semua melihatmu berambut hitam dan memakai pakaian yang serasi dengan para Scheat," ujar Raja diatas singgasananya.
Atria cukup gugup untuk menjawab secara langsung pertanyaan dari Raja, sehingga Mimosa yang mewakilkan secara langsung untuk menjawab pertanyaan Raja.
"Salam kepada Matahari Kerajaan. Izinkan saya menjawab pertanyaan anda Yang Mulia."
"Tidak perlu begitu kaku Adikku. Aku menanti jawabanmu," ucap Raja membuat Atria cukup terkejut.
Melihat raut terkejut Atria, Albari pun berdiri dibelakang gadis itu lalu sedikit merendahkan tubuhnya dan berbisik ditelinga Atria. "Ibuku adalah adik kandung Yang Mulia Raja, dan aku adalah keponakan kesayangan Raja. Apakah penjelasanku cukup memuaskanmu, Nona?"
Tubuh Atria menegang, rasanya bulu kuduknya berdiri semua. Napas Albari yang menerpa lehernya membuat dia benar-benar merinding, ditambah lagi suara laki-laki itu yang begitu rendah dan berat. Melihat reaksi Atria, Albari jadi terkekeh lalu dia kembali ke posisi awal yaitu disamping Ayahnya.
"Seperti mendengar bisikan hantu!"
"Baik Kakak." Mimosa tersenyum dengan begitu lembut, dia merangkul Atria kemudian memperkenalkan gadis itu kepada semua yang hadir di pesta perayaan pernikahannya. "Gadis cantik ini adalah tamu spesial kami, dia adalah kerabat jauh Scheat. Dia berasal dari benua yang sama dengan Duke Scheat yang pertama. Saya harap pernyataan saya bisa menjawab pertanyaan anda sekalian, terutama anda Kakak," ucap Mimosa dengan senyumannya yang merekah.
"Pantas saja dia berambut hitam, ternyata kerabat jauh Duke Scheat."
"Dia berasal dari benua yang begitu jauh, pantas saja wajahnya terlihat berbeda dengan kita."
"Iya, lihatlah wajahnya, terlihat bulat dan begitu menggemaskan. Aku bahkan tidak bosan menatap wajahnya sedari tadi."
"Kau benar. Aku pernah melihat lukisan Duke Scheat pertama, dia begitu tampan dengan wajah bulatnya yang juga terlihat sangat manis."
"Aku jadi penasaran, penghuni benua itu begitu indah bagaimana dengan benua itu sendiri?"
"Mendengar perkataanmu aku juga ikut penasaran."
Atria mendengar semua pujian itu, dia rasanya seperti akan melayang saat itu juga. Dia jarang mendengar pujian saat masih didunianya, itu sebabnya dia merasa begitu senang sekarang ini. Ah, memangnya siapa yang tidak suka pujian? Atria juga jadi penasaran seperti apa wajah Duke Scheat yang pertama?
Setelah perkenalan singkat Atria, pesta kembali berjalan dan sekarang Atria tengah duduk sendirian sambil menyantap hidangan yang disediakan pada pesta malam ini. Seluruh anggota Scheat tengah sibuk menjamu tamu lainnya sambil membicarakan banyak hal. Atria sendiri tidak ingin mengganggu mereka, jadi dia memilih mencoba semua hidangan.
"Kapan lagi bisa makan enak sebanyak ini, hehe."
Saat tengah asik menyantap puding, seseorang tiba-tiba menghampiri mejanya. Atria menatapnya bingung dan bertanya-tanya siapakah laki-laki ini, tapi tidak lama dia ingat bahwa laki-laki ini adalah salah satu orang yang duduk diatas singgasana bersama Raja tadi. Yang berarti dia seorang ... Pangeran! Atria langsung berdiri dari kursinya kemudian memberikan salam kepada Pangeran itu.
"Salam kepada Yang Mulia Pangeran," ucap Atria dengan salam ala seorang Lady.
Izar Rho Zubenelgenubi, pangeran pertama Kerajaan Corvus sekaligus Pangeran Mahkota Kerajaan Corvus.
"Tidak perlu begitu sopan Nona Alpheratz. Anda kerabat Scheat, itu berarti anda juga kerabat kami," ujar Izar dengan senyumannya yang merekah, begitu mirip dengan senyuman Mimosa. Pangeran itu duduk lalu mengulurkan tangannya mempersilahkan Atria untuk ikut duduk juga.
"Saya benar-benar merasa tidak pantas menjadi kerabat anda Pangeran. Duduk bersama anda dimeja ini saja merupakan sebuah kehormatan besar bagi saya, saya tidak berani mengharapkan lebih," ujar Atria dengan penuh kehati-hatian.
Senyuman Izar memang terlihat seramah Mimosa, tapi tidak dengan matanya. Matanya bahkan jauh lebih menakutkan daripada Albari, bahkan tatapan Raja tadi tidak semenyeramkan tatapan pangeran ini. Atria diam-diam menarik napas, dia berusaha menenangkan dirinya dari tekanan yang diberikan oleh pangeran didepannya.
"Ada ditempat orang, maka harus menguatkan mental. Lo pasti bisa Atria!"
Mendengar ucapan Atria, Izar terkekeh. "Anda begitu rendah hati, Nona. Saya senang anda tidak keberatan dengan keberadaan saya dimeja anda, tapi ... apakah anda juga tidak keberatan apabila saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada anda?"
Atria berkedip bingung, hal apa yang membuat pangeran ini penasaran sehingga menghampirinya untuk bertanya secara langsung? Atria mengangguk pertanda dia setuju.
"Silahkan Pangeran, saya akan dengan senang hati menjawab pertanyaan anda."
"Apakah anda benar-benar kerabat Scheat yang berasal dari benua yang jauh?"
"Iya Yang Mulia Pangeran, itu benar."
Izar tersenyum lalu menatap Atria tepat pada mata gadis itu. "Hubungan anda begitu dekat dengan Grand Duke, bahkan saya melihat sendiri Grand Duke tersipu karena anda. Bahkan seumur hidup saya, saya tidak pernah melihat sepupu saya itu tersipu sampai seluruh wajahnya memerah. Apa anda yakin hubungan kalian hanya sebatas kerabat?"
Atria terdiam, pandangannya semakin turun sehingga yang dilihatnya hanyalah puding didepannya. Jawaban seperti apa yang harus dia berikan agar pangeran ini tidak curiga? Atria menghela napas, apa dia jujur saja? Sungguh Atria tidak pandai berbohong, tapi tentu saja dia tidak akan membocorkan semuanya.
"Kami memang sering bersama sejak saya mengunjungi benua ini, sehingga kami menjadi cukup dekat. Namun, kami tidak memiliki hubungan yang lebih dari sebatas saudara, Yang Mulia," jelas Atria membuat Pangeran Izar menganggukan kepalanya pelan.
"Walaupun anda mengatakan tidak lebih dari sebatas saudara, Grand Duke sepertinya tidak berpikir seperti itu. Karena jelas tatapan Grand Duke menatap anda sebagai seorang perempuan bukan sebagai saudara. Bukankah itu menarik, Nona?"
Atria langsung mendatarkan tatapannya, seketika ekspresi canggungnya menghilang setelah mendengar kalimat Pangeran Mahkota dan melihat senyumannya yang bahkan semakin melebar setelah menyadari perubahan ekspresi Atria. Atria tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari bahwa ada sesuatu dibalik kalimat dan senyuman Pangeran Mahkota itu.
"Terimakasih atas waktu anda, saya senang bisa berbicara dengan anda Nona Alpheratz, dan saya berharap kedepannya semoga kita semakin akrab bahkan lebih."
Usai mengucapkan itu, Pangeran Izar langsung pergi meninggalkan Atria dengan sejuta pertanyaan dalam benak gadis itu. Atria menelan salivanya.
"Apa Pangeran ... ngincar gue?"
Bersambung ....
Kenapa rasa malas itu susah untuk dilawan, yah?
Terharuu akhirnya ada yang komen 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally entered another world
FantasyMendaki gunung sampai puncak ❌ Mendaki gunung sampai dunia lain ✔ Gara-gara teman jahil yang mengganti petunjuk jalan, Atria malah sampai ke dunia lain. Begitu sampai disana malah bertemu makhluk sombong yang suka menghina, bahkan mengaku sebagai ma...