05.

7 2 0
                                    

Pagi yang cerah menyambut Atria, begitu dia membuka jendela kamarnya. Gadis itu menutup mata sembari menghirup udara pagi yang jauh lebih segar daripada udara di kota besar tempatnya tinggal dulu. Atria tersenyum senang, dia telah selesai mandi, tapi masih memakai pakaiannya kemarin termasuk hoodienya.

Setelah bersiap dan memandangi kota sejenak dari jendela kamarnya, Atria segera turun ke lantai dasar karena kamarnya berada dilantai dua. Setelah sarapan dia akan berjalan-jalan sebentar mencari informasi dunia ini sekaligus membeli beberapa pakaian, karena tidak mungkin dia memakai pakaian yang sama terus.

Namun, sebelum itu mari lakukan rencana yang sudah dipikirkan Atria sejak semalam. Atria berdehem untuk menetralisir rasa gugup dan malunya, sementara wanita yang menjaga meja resepsionis hanya tersenyum menatapnya.

"Ada yang bisa saya bantu Nona?"

"Emm, itu ... apa kau tau toko pakaian didekat sini?" Atria merutuki mulutnya, padahal bukan itu yang ingin dia tanyakan, tapi tak apalah dia juga butuh informasi tentang toko pakaian.

"Tentu Nona. Sekitar seratus meter sebelah kanan penginapan ini ada sebuah toko pakaian yang cukup terkenal di ibu kota. Setelah keluar dari penginapan anda cukup berjalan lurus ke arah kanan," jawab wanita resepsionis itu.

Atria menganggukan kepalanya paham, dia akan segera ke toko pakaian itu sebentar lagi. Atria kembali berdehem, dia menatap sekeliling kemudian mencondongkan tubuhnya ke arah wanita itu. Wanita bernama Heze itu terlihat bingung, tapi tak urung juga ikut mencondongkan badannya.

"Ada apa Nona?"

"Apa kau bisa membaca?"

Heze mengernyit kemudian segera mengangguk. "Bagus, kalau begitu ... maukah kau mengajariku membaca?"

Heze merapatkan bibirnya berusaha menahan agar tawanya tidak meledak saat itu juga. Pelanggan barunya ini bertingkah seolah akan membicarakan sesuatu yang amat sangat rahasia sehingga orang lain tidak boleh mendengarnya, tapi ternyata malah sesuatu yang cukup tidak terduga. Heze menggelengkan kepalanya, sudah sebesar ini, tapi belum bisa membaca, kenapa bisa?

"Jangan menertawakanku! Kalau kau mau membantuku akan kuberi kau satu koin emas. Bagaimana?" Atria merasa wajahnya panas, sudah pasti warna merah memenuhi wajahnya sekarang. Sudah dia bilang rencana ini agak memalukan.

Heze tersenyum lalu mengangguk, dia mengajak Atria ke suatu ruangan dan mulai mengajari Atria dimulai dari Abjad. Untung saja Atria ini cukup pintar, sehingga dalam waktu satu jam sudah bisa menghafal dan menulis ulang abjad. Bahkan sudah bisa membaca. Hebat! Heze memuji pelanggannya itu, selain karena kemampuan belajarnya cepat tulisan Atria juga rapi dan indah.

Tidak tau saja bahwa Atria tengah merasa dongkol setengah mati karena menulis menggunakan tinta dan kuas kecil yang cukup menyulitkan. Untung saja Atria seorang pelukis---walau tidak berbakat---jadi tidak terlalu kaku saat memegang kuas. Namun, tetap saja agak susah untuk Atria menulis menggunakan kuas apalagi harus terus mencelupkannya ke dalam cangkir kecil berisi tinta.

'Semangat Atria! Demi masa depan cerah!'

* > _< *

Senyum Atria mengembang, sambil memegang tali tasnya Atria melangkah menuju toko pakaian yang dikatakan oleh resepsionis wanita yang baru Atria ketahui namanya, yaitu Heze. Tas yang Atria pakai adalah sejenis slingbag, tempat Atria menyimpan make up sebelumnya. Sekarang beralih fungsi menjadi tempat Atria menyimpan uang koinnya dan barang lainnya yang tidak dia jual waktu itu.

Langkah Atria terhenti, dia menatap bangunan cukup mewah didepannya yang bertuliskan 'Toko Pakaian Centauri'. Atria cukup puas karena dia akhirnya bisa membaca tulisan yang terpajang itu dengan baik. Begitu masuk ke dalam toko, Atria dapat melihat berbagai jenis gaun yang terlihat begitu indah, tapi juga ... ribet.

Accidentally entered another worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang