09.

6 1 0
                                    

"Jika kau ingin tau alasan kedatanganmu, maka temuilah penyihir agung."

Atria mencengkeram tali slingbag-nya, sekarang dia tengah dalam perjalanan menuju Kediaman Grand Duke Scheat. Setelah kemarin menginap beberapa hari di Kediaman itu, Atria memutuskan kembali ke penginapannya untuk mengambil barang-barangnya. Tadinya Atria cukup menyayangkan kamar yang sudah dia sewa, baru lima hari, tapi dia langsung pergi padahal masih tersisa lima hari lagi

"Gapapalah, ikhlasin aja. Siapa tau ntar rezeki gue jadi berkali-kali lipat, hehe," gumam Atria membuat laki-laki disampingnya mengernyit.

Atria diantar oleh salah seorang kesatria Kediaman Scheat untuk mengambil barangnya. Kesatria itu bernama Iota Centauri, laki-laki berambut ungu muda dengan mata semerah darah. Dia sangat tampan untuk ukuran kesatria, makanya Atria jadi sangat betah bersama kesatria itu. Selain itu, Iota orang yang cukup ramah, mereka akrab dengan begitu cepat.

"Apa kau mengatakan sesuatu?" tanya Iota. Gumaman Atria cukup kecil sehingga dia tidak dapat mendengarnya dengan jelas, selain itu kata-katanya cukup asing bagi Iota.

"Ah, tidak, tidak ada." Atria menyengir sambil menggelengkan kepalanya, Iota pun hanya membalasnya dengan senyum. Walaupun dia yakin Atria tadi mengucapkan sesuatu, tapi dia tidak boleh memaksa.

***

"Kau yakin tidak mengubah keinginanmu?"

Atria diam-diam berdecak dalam hati, si Grand Duke muda itu terus saja mengulang pertanyaan yang sama sejak Atria mengatakan keinginannya. Yakni menjadi kesatria di kediaman Scheat.

"Saya sangat yakin Yang Mulia Grand Duke," jawab Atria dengan mantap.

Albari menghela napas. Kesatria wanita di kerajaan ini sangatlah langka, bahkan mungkin tidak ada. Albari juga tidak pernah mendengar ada kesatria wanita di kerajaannya, Albari juga yakin bahwa kerajaan lain tidak memiliki kesatria wanita.

"Menjadi seorang kesatria tidaklah mudah Nona. Anda harus menguasai teknik berpedang dan seni beladiri. Apalagi dengan tubuh kecil anda, dan fakta bahwa anda adalah seorang perempuan, saya rasa akan cukup sulit untuk anda Nona," ujar Albari.

Atria ikut-ikutan menghela napas, susah sekali sepertinya membujuk Grand Duke satu ini. Mau tidak mau, Atria harus merubah rencananya kalau tidak Grand Duke akan terus menahan dan membujuknya sehingga terus-menerus menunda latihannya. Seharusnya Atria sudah memulai latihan sejak dua hari yang lalu, tapi Albari terus menahannya dan membuat pelatihannya batal.

"Baiklah, saya akan mengubah keinginan saya. Saya tidak akan menjadi kesatria."

Albari menjadi sumringah saat mendengarnya. Dia akan merasa sangat bersalah jika gadis yang telah dia perlakukan kasar malah tersiksa dengan menjadi kesatria kediaman ini padahal Albari berniat membuatnya senang dengan mengabulkan permintaannya. Pelatih kesatria dikediamannya adalah orang yang benar-benar kejam, itulah yang ditakutkannya.

"Dengan syarat." Albari mengangguk, syarat yang diberikan Atria pasti tidak berat. "Saya tidak akan menjadi kesatria, tapi saya tetap akan belajar berpedang dan juga memanah. Syarat lainnya ...."

"Apa syarat lainnya?" Albari cukup terkejut mendengar bahwa Atria tetap akan mempelajari berpedang dan memanah, tetapi dia juga penasaran, apa syarat lain Atria.

"Syaratnya ... pertemukan saya dengan penyihir agung."

Albari mengernyit, benaknya jadi bertanya-tanya apa alasan gadis didepannya ini ingin bertemu penyihir agung? Namun, hal itu bisa dia tanyakan nanti karena hal paling penting adalah mengabulkan keinginan Atria sebagai permintaan maafnya.

Albari merasa amat menyesal karena telah memperlakukan seorang wanita dengan kasar, padahal dia seorang yang sangat menghormati wanita. Bahkan Ibunya memarahinya saat tahu bahwa dia menarik bahkan terkesan menyeret Atria, walaupun dia sudah berusaha menahan diri agar tidak terlalu kasar. Saat itu dirinya sangat marah karena mengira ayahnya mengkhianati ibunya.

Accidentally entered another worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang