"Yang Mulia Grand Duke, Tuan Besar Scheat dan Nyonya Besar Scheat memasuki ruangan!"
Atria tersenyum menatap karpet merah yang disiapkan untuk menyambut bintang pesta kali ini. Ditangannya telah dia siapkan sebuah buket bunga yang berukuran cukup besar. Atria merangkai buket itu sendiri, dan dia menjadikan buket itu sebagai hadiah darinya untuk pasangan Scheat itu.
Albari, Zosma dan Mimosa melangkah dengan penuh wibawa ditengah-tengah para tamu tepat diatas karpet merah. Mimosa berada ditengah, Zosma berada dikanan dan Albari dikiri. Hampir semua tamu memandang dengan takjub keluarga inti Scheat. Memandang kagum pada keindahan para Scheat yang tidak pernah berhenti membuat orang-orang berdecak kagum.
Atria juga menatap kagum para bangsawan baik hati itu. Mata Atria tidak lepas dari tiga orang itu, lalu setelahnya Atria menyadari. Ternyata gaunnya dengan gaun yang dipakai Mimosa begitu mirip, hanya saja warna gaun Mimosa merah sedangkan Atria putih. Namun, motif bunga mungil merah muda mereka sama.
"Gila, gue couplean sama Nyonya Besar," gumam Atria sambil menggelengkan kepalanya. Atria senang karena dia merasa Mimosa begitu mengistimewakannya sampai memberikan gaun yang sama dengannya. Namun, hal itu justru membuatnya sangat disorot melebihi beberapa saat yang lalu.
Karena jelas orang-orang menyadari bahwa gaun Atria dan Mimosa sama hanya beda warna. Bahkan Atria sudah bisa mendengar bisik-bisik tentangnya dan berbagai lirikkan penasaran ke arahnya. Atria jadi merasa gugup, dia cukup jarang menjadi pusat perhatian seperti ini karena dia memang tidak menyukainya. Terasa aneh saat semua orang menatap ke arah dirinya seorang.
"Nona Alpheratz, Grand Duke memanggil anda," ucap Iota membuat Atria tersentak dari lamunannya.
"Iya."
Atria dan Iota pun berjalan beriringan, sepanjang itu pula orang-orang menatap mereka penasaran. Sampai akhirnya mereka sampai didepan Albari, Mimosa dan Zosma, Iota pamit undur diri setelah memberi salam bersama Atria.
"Kau begitu cantik malam ini, Atria," puji Mimosa sambil mengusap lembut pipi Atria membuat gadis itu bersemu malu.
"Terimakasih Nyonya Besar. Anda juga begitu cantik hari ini, saya seperti melihat seorang dewi turun ke bumi," balas Atria memuji kembali perempuan paruh baya itu hingga dia tertawa ringan.
Mimosa mencubit hidung Atria---kebiasaannya ketika merasa gemas pada Atria---membuat para tamu semakin penasaran dengan hubungan sigadis bergaun putih dengan Mimosa dan keluarga Scheat.
"Kau benar-benar pandai memuji, yah," ucap Mimosa.
"Tidak Nyonya, itu kenyataan," ucap Atria yang langsung disetujui oleh Zosma.
"Istriku memang secantik dewi, bahkan aku tidak yakin ada dewi yang lebih cantik dari istriku." Zosma merangkul pinggang Mimosa lalu mengecup pipi istri tercintanya itu.
Atria begitu menyukai interaksi romantis antara pasangan itu. Dia juga sangat berharap bahwa suatu saat nanti dia akan menua bersama pasangan yang seperti Zosma. Laki-laki yang amat mencintai dan menghormati wanitanya. Lalu Atria menatap Albari, apakah kelak Albari akan seperti Zosma jika sudah beristri?
Atria kembali menatap Mimosa dan Zosma, dia menyerahkan buket bunganya yang terdiri dari beberapa macam bunga yang Atria tidak tau namanya. Bunga berwarna merah muda, biru dan putih. Bunga-bunga itu cukup asing bagi Atria, tapi mereka sangat indah. Iota memberitaunya bahwa bunga-bunga itu melambangkan cinta, kesetiaan, kelembutan, keanggunan, ketulusan, kehormatan, dan umur yang panjang.
"Darimana kau mendapatkan rangkaian bunga seindah ini Atria?" tanya Mimosa. Dia menatap rangkaian bunga itu cukup lama, lalu menatap Atria.
"Saya menemukannya dihutan belakang kediaman saat saya sedang berjalan-jalan, Nyonya. Bunga-bunga itu begitu indah, sangat sayang jika saya melewatkannya begitu saja. Jadi saya merangkainya menjadi karangan bunga sebagai hadiah untuk kalian. Maafkan saya karena hadiah saya begitu sederhana Nyonya, tapi saya benar-benar merangkai bunga itu dengan sepenuh hati dan berharap Nyonya mau menerimanya," ucap Atria sambil tersenyum canggung.
Jujur saja melihat para tamu lain membawa hadiah yang begitu mewah membuat Atria sedikit malu untuk memberikan karangan bunga sederhananya. Namun, dia menguatkan tekad, Scheat adalah bangsawan rendah hati nan sederhana yang tidak akan membuang hadiahnya seperti jika dia memberikan hadiahnya pada bangsawan congkak.
"Ini hadiah yang begitu indah Atria. Kemewahan seribu barang bahkan tidak akan sebanding dengan sebuah barang yang dibuat dengan ketulusan dan cinta," ujar Mimosa dengan senyuman khasnya yang amat menenangkan. Kedua tangannya memeluk buket itu dengan raut gembira membuat Atria ikut tersenyum bahagia.
"Bunga-bunga ini memiliki makna yang indah, tidakkah kau juga ingin memberikannya padaku? Setidaknya yang berwarna merah muda itu," celetuk Albari membuat Atria menoleh padanya.
"Maksud anda? Apa anda menginginkan saya menyatakan perasaan kepada anda?" tanya Atria dengan senyum jahil. Tentu Atria tahu mengapa Albari menginginkan bunga merah muda itu. Lihat saja sekarang, wajahnya seketika memerah. Albari salah tingkah.
"A--apa maksudmu?"
"Bunga berwarna merah muda itu melambangkan cinta, ketulusan, dan kesetiaan. Jika seseorang memberikannya pada seorang lainnya, bukankah itu seperti sebuah pernyataan cinta yang tersirat?" Atria tersenyum semakin lebar, kemudian dia mencondongkan tubuhnya ke arah Albari. "Lalu ... mengapa tidak anda saja yang memberikannya kepada saya?"
Mata Albari membulat. Dia menutup mulutnya dan wajahnya semakin memerah. Bisik-bisik disekitar mereka terdengar semakin banyak. Sepertinya mereka amat penasaran apa yang dilakukan si gadis berambut hitam sampai-sampai membuat si Grand Duke Muda wajahnya memerah karena malu.
Albari memalingkan wajahnya lalu berdehem beberapa kali, sementara Atria berusaha untuk tidak tertawa keras saat ini. Atria terus menatap Albari, tapi laki-laki itu terus mengalihkan pandangannya lalu dia pun menyerah kemudian kabur dengan alasan menemui temannya.
Mimosa yang merasa gemas melihat interaksi Atria dan Albari langsung mencubit pelan pipi Atria begitu Albari pergi. Atria terlihat meringis kemudian menyengir lebar pada Mimosa membuat Mimosa menggelengkan kepalanya.
"Kau ini suka sekali menggoda Albari," ucap Mimosa membuat Atria hanya terkekeh.
Atria memang suka menggoda Albari karena reaksi laki-laki itu tiap mendapatkan godaan begitu menggemaskan dimata Atria. Jelas sekali laki-laki itu menyukainya, tapi Atria malah seolah memberi harapan. Atria akui Atria juga menyukai laki-laki itu, bahkan mungkin perasaannya dan Albari sama.
Namun, Atria tahu perasaannya tidak boleh dipertahankan karena begitu misinya selesai dia akan kembali ke dunianya dan melupakan semua yang ada didunia ini.
Bersambung ....
Sebenarnya tuh, pengen banget cepet namatin nih cerita, tapi yah gitu deh, ide suka banget macet :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally entered another world
FantasiaMendaki gunung sampai puncak ❌ Mendaki gunung sampai dunia lain ✔ Gara-gara teman jahil yang mengganti petunjuk jalan, Atria malah sampai ke dunia lain. Begitu sampai disana malah bertemu makhluk sombong yang suka menghina, bahkan mengaku sebagai ma...