Menjelang tengah malam, grup whatsapp kantornya yang bernama Mooraty's satu ramai sekali. Kimmy yang baru saja sampai apartemen, tidak berminat membuka pesan yang sudah mencapai seratus dua puluh delapan dan masih terus bertambah banyak.
Kimmy mengabaikan pesan-pesan itu, karena ia tidak ada urusannya sama sekali. Yang harus ia perhatikan hanya satu nama; kontaknya ia namakan Ibu Bos Katrina Moorati.
Wanita itu merasa aneh. Bosnya sama sekali tidak mengiriminya pesan, atau menelponnya sama sekali. Padahal, Katrina Moorati sangat perfeksionis, pekerja keras dan tidak pernah tahu waktu. Apalagi saat hari senin besok mereka akan meeting di luar dengan customer baru yang mewakili departemen store paling besar dan ada embel-embel Tbk di ujung nama perusahaanya.
Ia mengangkat bahu, lantas meletakkan ponselnya di atas ranjang. Baguslah jika dia tidak diganggu weekend begini. Lagipula, besok Sabtu. Ia libur. Lusa Minggu. Ia juga libur. Bukankah Kimmy seharusnya senang saat waktu liburnya tidak mendapat gangguan apapun?
Melepas heels, meletakkan benda itu di rak sepatu, berjalan ke kamar mandi untuk mengelap badannya yang sedikit lengket, menggosok gigi, mencuci muka dan kaki, Kimmy kembali duduk di ranjang. Sekali lagi ia cek ponselnya, ada dua panggilan tak terjawab dari nomor tidak dikenal.
Kimmy mengernyit lagi. Mungkinkah itu nomor Katrina Moorati? Tidak mungkin. Sudah tiga tahun ia bekerja sebagai Sekretaris Katrina Moorati, tidak pernah sekalipun Bosnya menelponnya dengan nomor baru. Lagi pula, Katrina punya ponsel dua dan nomor ponsel tiga. Semuanya Kimmy simpan dan tidak pernah sekalipun dia menelpon dengan nomor lain selain salah satu dari ketiga nomornya.
Berjalan ke arah meja rias, Kimmy membuka pakaiannya. Ia berniat memakai lotion dan mengganti pakaian ketatnya dengan pakaian yang lebih longgar dan nyaman. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Kimmy segera mengambil ponselnya di atas ranjang, mengangkat panggilannya dan meletakkan ponselnya di telinga tanpa melihat nama pemanggilnya.
" Halo?" sapa Kimmy sembari membuka bra-nya. Ia tidak pernah sekalipun tidur menggunakan Bra.
Lantaran repot harus mengambil pakaian di lemari, Kimmy meletakkan ponselnya di atas meja rias. Mengambil pakaian di lemari, memakai lotion, memakai skincare, lalu memakai daster longgar. Semuanya ia lakukan dengan kilat, karena ingin segera merebahkan diri di atas ranjangnya yang empuk.
" Sudah selesai?" tanya suara dari ponselnya.
Kimmy mengerjap. Ia melirik ponsel yang layarnya menampakkan wajah seorang lelaki asing tapi tampan. Namun masalahnya bukan itu. Kimmy mengingat-ingat, sudah berapa lama panggilan video itu berlangsung?
" Kamu nggak liat apa-apa, kan tadi?" pertanyaan itu keluar dengan susah payah dari mulut Kimmy.
" Saya kira kamu sengaja nunjukin dada yang besarnya nggak seberapa itu." balasnya dengan intonasi datar.
Kimmy tersinggung, sungguh. Namun, rasa malunya yang mendominasi membuatnya mengalihkan pembicaraan, " kamu siapa?"
" Perkenalkan, saya Jared Moorati...."
Kimmy lemas setelah mendengar nama Moorati. Ia tidak dengar apa-apa lagi. Ia melupakan rasa malunya, mengambil ponselnya, duduk di ranjang, lalu memposisikan ponsel di depan wajahnya.
" .... Jakarta."
" Maaf, bisa tolong ulangi sekali lagi, saya belum paham instruksinya." jawab Kimmy asal. Ia tidak dapat menangkap informasinya dengan benar karena sangat sibuk barusan.
" Instruksi apa? Kamu tidak dengar saya?"
Kimmy terdiam. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan itu, karena memang tidak dengar.
" Siapa nama kamu? Saya lupa."
Lupa? Memangnya mereka sudah berkenalan tadi?
" Kimmy Anastasia."
" Ah iya. Kimmy. Mama minta jasadnya kamu yang mandikan."
" Heh?" Kimmy kaget dan tidak mengerti maksud Jared. Ia sangat yakin mendengar kata Jakarta tadi. Bukannya jasad... Astaga. Kimmy menutup mulutnya dengan telapak tangan, jangan-jangan... " Ibu Katrina kenapa?"
" Mama berpulang, jam setengah dua belas tadi." Suara Jared terdengar melunak, pun dengan ekspresinya. " Besok kamu naik kereta paling pagi ya. Turun di stasiun Senen, Jakarta. Nanti ada yang jemput."
Kimmy menganggukkan kepala lemah. Otaknya masih belum bisa mencerna perkataan Jared barusan. Ia yakin tidak minum sampai mabuk di kelab tadi. Ia juga masih bisa mengendarai mobilnya dengan aman dan selamat sampai apartemen.
Tetapi, apakah informasi yang barusan ia dengar itu bukan mimpi? Jared Moorati, anak dari Katrina Moorati menyampaikan kalau Kimmy diminta untuk memandikan jasad Mamanya. Artinya, Jared Moorati adalah anak Katrina Moorati. Dan, Katrina Moorati... sudah meninggal?
Kimmy masih tak yakin. Ketidakpercayaan ini membuat Kimmy lupa mengenai apakah Jared melihat dadanya atau tidak. Wanita itu membuka grup whatsapp Mooraty's Satu. Ia baca pengumuman kematian Katrina Moorati di sana, beberapa menit yang lalu. Lalu ratusan pesan sisanya adalah ucapan bela sungkawa dan hal-hal tidak penting lainnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mooraty's Secretary
ChickLitMeskipun cerewet, banyak mau dan sering menceramahi Kimmy, kematian bosnya sangat mengejutkan. Entah harus sedih atau bahagia, yang jelas Kimmy tidak perlu lagi mengantar berobat, membuatkan teh dan mengepel ruangan bosnya setiap pagi. Memangnya Kim...