BAB 4- Kepercayaan

14 1 0
                                    

" Maaf kak saya nggak bermaksud..."

Mendengar suara lembut perempuan, Kimmy membuka mata. Ia melihat seorang perempuan yang tidak asing. Jelas, perempuan itu cantik sekali. Masih muda. Tidak terlalu tinggi. Kulitnya putih dan bersih.

" Loh, Kimmy?" Perempuan itu terkejut melihat Sekretaris itu ada di sini.

Kimmy lega saat tahu siapa yang memanggilnya. Ia berdiri dan mengatur napas sebentar, menenangkan dirinya yang nyaris mati kena serangan jantung.

" Kok kamu sendirian di sini? Jared mana?" tanya perempuan itu lagi. Matanya mengamati seluruh area, tapi tidak melihat Jared di manapun.

" Kak Jeane. Astaga. Untung saya nggak punya penyakit jantung," ucapan Kimmy sembari mengelus dadanya.

Jeane Moorati adalah satu-satunya anak Katrina Moorati yang Kimmy kenal. Dia berusia dua puluh delapan tahun, empat tahun lebih tua dari Kimmy. Jeane pula satu-satunya keluarga Moorati yang benerapa kali ia temui. Karena produk wewangian Moora dikelola olehnya sejak awal berdiri.

" Jared mana? Kok kamu ditinggal sendirian?" dia bertanya lagi.

Kimmy terdiam sejenak, bingung mau memanggil Jared dengan sebutan Bapak atau Kakak, " pergi tadi. Katanya mau panggil pemandi jenazah."

Jeane manggut-manggut. Ia kemudian mensejajarkan berdirinya dengan Kimmy dan memandangi jenazah mamanya. Ia membuka kain penutup di bagian kepala Katrina. Menampakkan wajah keriput itu yang tidak tampak seperti biasanya.

Wajah itu tampak pucat pasi. Rambutnya yang nyaris semuanya putih tertiup angin pagi, membuat anak-anak rambutnya bergerak-gerak. Dadanya tidak naik turun. Katrina Moorati benar-benar sudah tiada dan Kimmy mendadak merasa sedih.

Bagaimanapun, menjadi sekretaris Katrina adalah pekerjaan pertamanya sejak lulus kuliah. Sosok tak bernyawa itulah yang mengajari Kimmy tentang menghargai waktu. Mengajarkan menenai ketelitian. Kesabaran. Anti putus asa. Dan... menjadi manusia mandiri.

Katrina Moorati mengajarinya itu semua. Meskipun dia cerewet, tidak tahu waktu dan sangat menyebalkan, tapi itulah yang membuat Kimmy menyadari jika di tempat kerja ia punya Ibu kedua.

Tanpa sadar, mata Kimmy panas dan buram. Lalu, sesuatu yang hangat keluar dari korneanya. Membasahi pipi Kimmy yang tirus. Dada Kimmy ikut-ikutan bergemuruh. Mengingat tiga tahun menyebalkan bersama wanita tua itu.

" Mama minta dimandikan kamu kalau meninggal, kamu tahu artinya?" Jeane bertanya tanpa menoleh. Pandangannya lurus ke arah wajah pucat di atas meja. " Karena Mama percaya sama kamu."

Mendengar itu, Kimmy jadi sesunggukan, tangisnya mengeluarkan suara.

" Mama tidak suka keributan, jadi sebisa mungkin perkecil suara kamu."

Kimmy menoleh saat mendengar suara itu. Di belakangnya, ternyata ada Jared dan seorang perempuan paruh baya.

Kimmy tidak menjawab. Ia hanya berusaha memperkecil suara tangisnya dengan berjongkok dan menenggelamkan wajahnya pada telapak tangan. Kimmy sedih sekali menyadari jika Katrina begitu mempercayainya saat wanita tua itu sudah tiada.

***

Kimmy lega saat Jeane mengatakan kalau memandikan Katrina cukup sekali siraman saja. Karena itu wasiat, dan sekali pun sudah cukup agar wasiatnya terpenuhi.

Mata Kimmy bengkak dan sembab. Hidungnya merah. Perasaannya campur aduk. Untung kewajibannya untuk memandikan Katrina sudah berakhir. Kimmy memutuskan untuk menjauh dari jasad Katrina, bersama Jeane yang sedari tadi berdiri di sebelahnya.

" Kimmy, saya mewakili Mama mau ngucapin terimakasih yang sebesar-besarnya buat jasa kamu selama ini," ucap Jeane sembari berjalan sejajar di sebelah Kimmy.

Perasaan Kimmy yang perlahan-lahan mulai lega karena telah menjauh dari mayat Katrina, mendadak takut. Wanita itu bukannya takut jika tiba-tiba mayat bosnya bangkit lagi. Ia justru takut jika dengan ucapan Jeane yang seolah-olah akan mengakhiri kontrak kerja Kimmy.

" Saya tahu kalau Mama terkesan cuek sama kamu. Tapi percayalah, kamu yang terbaik dari semua Sekretaris yang pernah kerja sama Mama."

Kimmy masih tidak tahu kemana arah pembicaraan Jeane. Yang jelas, setelah mendengar semua pengakuan Jeane perasaan Kimmy semakin tidak enak.

" Duduk di sini aja, Kim." Jeane menunjuk teras rumahnya. Entah mengapa, padahal ada banyak kursi di halaman.

Kimmy menurut. Duduk di ujung teras, bersebelahan dengan Jeane.

" Di halaman terlalu ramai. Jadi, kita di sini aja ya."

Seolah mendapat jawaban dari pertanyaannya, Kimmy mengangguk. Padahal Jeane tidak sedang memandangnya.

" Saya mau tanya sesuatu deh Kim sama kamu," Jeane memandang lurus ke depan, tanpa menoleh.

" Tanya apa, Kak?" tanya Kimmy. Ia sudah terbiasa memanggil Kak Jeane, karena baginya Jeane terlalu muda untuk dipanggil 'Mbak' atau 'Ibu'. Ditambah, Jeane mengaku jika dirinya tidak suka dipanggil dengan sebutan 'Mbak' apa lagi 'Ibu'.

" Kamu betah kerja sama Mama?" Kali ini, Jeane memandang Kimny tepat di mata. Seolah ingin mencari kejujuran dari sana.

Jujur saja, menurut Kimmy itu bukan pertanyaan yang mudah dijawab. Karena jelas motivasi Kimny bekerja adalah karena butuh uang. Jika ditanya betah atau tidak, semua tergantung dari kebutuhan Kimmy sendiri. Selama ia butuh uang, mau tak mau ia harus betah bekerja.

" Betah, Kak." Kimmy menjawab sekenanya. Ia tidak bisa menjawab tidak betah saat Jeane berkata seolah kontrak kerja Kimmy akan segera berakhir karena bosnya sudah meninggal dunia.

Pandangan Jeane melunak. Ia lantas tertawa, untuk mencairkan suasana. Tapi tawa Jeane justru terdengar terpaksa karena tidak ada yang lucu. " Kamu jangan tegang gitu. Saya nggak akan pecat kamu, kok."

Penyataan Jeane barusan membuat Kimmy akhirnya lega. Ia ikut mengulas senyum.

" Kalau kamu pindah jadi Sekretaris di Moora, mau?" Jeane bertanya lagi.

Tanpa berpikir, Kimmy segera mengangguk mantap. Ia tersenyum lebar. Kimmy senang jika harus pindah ke Moora karena ia akan bekerja untuk Jeane yang rendah hati, muda dan baik. Paling tidak, Jeane tidak semerepotkan Katrina. Yang Kimmy suka, pasti mereka akan menjadi tim yang cocok karena punya pemikiran muda.

" Saya senang, kamu bekerja di Moora. Terimakasih, Kimmy." Jeane tersenyum amat lebar, lalu memeluk Kimmy.

Pelukan itu membuat Kimmy terkejut. Belum lagi Jeane yang mengucapkan terimakasih berkali-kali.

***

The Mooraty's SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang