Ya ampun, Kimmy... kata Adel kamu jatuh?" Jeane yang baru masuk ke ruangannya sejak tadi. Berjalan cepat ke arah Kimmy yang sudah duduk satu sofa dengan Jared, di dalam ruangannya.
" Ini nggak apa-apa kok, Kak," ucap Kimmy sembari masih mengurus kakinya.
" Beneran nggak apa-apa?" Jeane bertanya lagi sambil menarik kursi beroda dan duduk menghadap Kimmy.
Kimmy mengangguk, lalu memutar pergelangan kakinya, seolah menunjukkan jika dia baik-baik saja. Dan Kimmy terkejut saat kakinya memang baik-baik saja. Ia bahkan tidak merasakan sakit sama sekali.
Mungkinkah karena Jared? Sembari masih menunjukkan kakinya yang baik-baik saja, Kimmy melirik Jared yang duduk di sebelahnya. Lelaki itu tampak santai dan tidak peduli dengannya maupun Jeane.
" Syukurlah, kalau memang nggak apa-apa. Kenapa bisa jatuh, sih?"
Kimmy tidak merasa jatuh, " cuma terkilir, Kak. Kebakarannya nggak sampai merambat kemana-mana, kan?"
Mendengar pertanyaan itu, sontak saja Jared yang awalnya tidak peduli dan Jeane saling pandang.
Jeane tertawa, " maksud kamu simulasi kebakaran?"
Kimmy melongo mendengarnya, jadi tadi dia panik sampai terkilir hanya karena simulasi?
" Sebenarnya ini ide Jared. Karena Departemen Produksi on dua puluh empat jam, dan di jam lima sampai jam tujuh pagi karyawan yang bekerja shift tiga sedang ngantuk-ngantuknya, jadi Jared mau coba untuk mengadakan simulasi sebelum karyawan shift tiga pulang." Jeane menjelaskan.
Kimmy diam saja. Masih tidak mengerti apa tujuan mengadakan simulasi jika karyawan-karyawan mereka sedang mengantuk dan fokusnya tidak on minimal sembilan puluh persen. Bisa-bisa ada yang mengalami kecelakaan kerja karena mereka kaget dan panik!
Memangnya, Jared ini bersekolah di mana sih sampai punya ide tapi tidak memikirkan risikonya?
" Oh... Jadi kamu kira itu kebakaran beneran?"
Kimmy mengangguk. Ia malu karena tidak memahami sistem kerja perusahaan manufaktur. Jelas saja, ia berkuliah jurusan Ilmu Komunikasi. Mana ada matakuliah mengenai simulasi di perusahaan Manufaktur. Pun setelah lulus, ia bekerja di kantor Mooraties yang terpisah dengan pabrik. Mana paham Kimmy soal itu. Tapi, tetap saja, itu sangat berisi ko kecelakaan kerja.
Jeane tertawa lagi melihat ekspresi polos Kimmy. " Enggak lah, Kim. Amit-amit jangan sape deh!"
Kimmy ikut tertawa melihat ekspresi dan intonasi Jeane. Ia baru sadar kalau Jeane bicara tidak formal dengannya kali ini.
" Jadi, di sini saya tetap jadi Sekretaris, kan?" tanya Kimmy kemudian dengan nada bercanda.
" Oh iya, hampir lupa! Maaf, saya ingetnya kamu kesini sama Mama." Jeane berdiri, berjalan ke arah mejanya, mengambil sesuatu di laci dan kembali duduk di depan Kimmy dengan membawa paper bag bertuliskan Dior. " Ini dari Mama. Sebagai ucapan terimakasih."
Kimmy tercengang melihat tulisan Dior. Ia sampai tidak berkedip jika saja Jeane tidak menyadarkannya.
" Ambil. Ini buat kamu."
Kimmy yakin ini mimpi. Berhubung cuma mimpi, akhirnya Kimmy menerimanya. " Terimakasih banyak, Kak."
Terimakasih banyak Bos Katrina Moorati, ucap Kimmy dalam hati. Ia tidak menyangka jika Almarhum bosnya sebaik ini terhadapnya.
Semoga saja bosnya masuk surga. Amin.
" Oh ya, soal kontrak kerja, posisi dan jobdesk kamu, nanti tanya-tanya aja sama Jared. Oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mooraty's Secretary
ChickLitMeskipun cerewet, banyak mau dan sering menceramahi Kimmy, kematian bosnya sangat mengejutkan. Entah harus sedih atau bahagia, yang jelas Kimmy tidak perlu lagi mengantar berobat, membuatkan teh dan mengepel ruangan bosnya setiap pagi. Memangnya Kim...