Perempuan itu benar-benar konyol. Pagi-pagi, Jared melihatnya panik saat Adel menyalakan suara sirine kebakaran yang hanya simulasi. Perempuan itu pontang-panting kebingungan sampai heel-nya yang kelewat tinggi itu membuatnya tersandung dan terkilir.
Lagi pula, untuk apa sih kerja pakai heels setinggi itu? Dia sedang tidak fashion show, kan?
Saat Kimmy diberikan tugas pertama, yaitu membaca dan memahami, perempuan itu malah menguap, mengerjap-ngerjap, menggeleng-geleng, bahkan kepalanya sampai jatuh di atas meja yang membuat Jared kehilangan fokus.
Jared yakin, Kimmy sempat kehilangan kesadaran selama beberapa detik sebelum akhirnya dia mengajak tidur bersama. Dia menahan senyum saat mengatakan itu, sungguh. Jared, mana suka dengan perempuan macam Kimmy? Sudah wajahnya mirip-mirip orang Asia Timur versi berkulit gelap, dadanya kecil pula!
Astaga. Kenapa malah itu yang diingat Jared? Tapi sungguh, itu membuatnya tidak bisa tidur.
" Hah, grup apa nih?" Kimmy bergumam sendiri dengan ponselnya.
Jared yang mendapat notifikasi di whatsapp segera membuka ponselnya. Ia tidak yakin dengan apa yang barusan dibacanya.
Adelia telah menambahkan anda.
Matanya melihat tulisan di atasnya, yang diketik dengan huruf kapital : GRUP MAKAN SIANG
Adelia
Selamat datang untuk penghuni baru Moora, Pak Jared Moorati dan Ibu Kimmy Anastasia. Selamat bergabung di Moora.
Grup ini khusus untuk pesan makan siang atau kalau mau titip-titip apa gitu ke Mang Radi. Oke?Radi Radiohead~
Salam kenal bos Jared dan Mbak Kimmy. Kalau butuh apa-apa, chat saya aja ya. Saya ready delapan jam. Lewat dari itu ada biaya tambahan.Galih Haryadi
Bos, kapan nih kita ngopi-ngopi?Feli Felaaa
Salam kenal untuk tim baru Moora. Perkenalkan saya Felicia dari tim Continous Improvement. Maaf, tadi belum sempat kenalan.Jared meletakkan ponselnya di atas meja. Ia tidak berniat membaca percakapan di grup itu lebih lanjut. Bukannya sombong, ia sangat sibuk di hari pertamanya berkerja.
Jared berusaha kembali fokus dengan Instruksi kerja yang teorinya harus ia pahami sebelum jam makan siang tiba. Tetapi, suara cekikikan di depannya membuyarkan konsentrasinya lagi.
Kimmy mengetikkan sesuatu di ponselnya, lalu cekikikan lagi. Begitulah saat Jared memperhatikannya selama kurang lebih dua menit.
Lelaki itu mengembuskan napas, bagaimana Mama bisa sepercaya itu dengan sekretaris tanpa manner seperti ini? Jared berpikir, ia tidak akan cocok bekerja dengan orang yang suka berleha-leha seperti Kimmy. Perempuan itu sangat tidak bisa menghargai waktu dan... sialan. Mata Jared kenapa jadi memandangi dada Kimmy yang sama sekali tidak menarik itu lagi?
" Kalau kamu mau main handphone, jangan di depan saya," ucapan Jared sembari membuang muka ke arah lain.
Kimmy yang sedari tadi fokus pada ponselnya, kini mengangkat kepala dan memandang Jared yang masih memandang ke arah lain.
" Pak Jared mau titip kopi? Kalau mau biar saya pesenin ke Mang Radi. Dia lucu loh, Pak."
Jared berdehem, " boleh. Espresso, tanpa gula. Large."
" Oke," jawab Kimmy, lalu mengetik kan pesanan Jared di grup makan siang. Kebetulan Felicia membuat list pesan kopi.
" Sudah pesannya?" Jared berusaha tenang dan menghilangkan pikiran ngawurnya dengan cara memandangi dokumen di atas mejanya.
" Sudah, Pak." Kimny meletakkan ponselnya di atas meja.
" Jadi..." Jared mengangkat kepalanya, memandang Kimmy karena ia ingin mengajak perempuan itu berdiskusi, " jelaskan instruksi kerja yang barusan kamu pelajari."
Kimmy mulai menjelaskan apa yang ia pahami dari apa yang ia baca sembari menahan kantuk. Cukup lancar dan semoga saja tidak ada yang salah. Meskipun ia baru baca setengah dari sebundel dokumen itu.
Jared berusaha mendengarkan dengan serius meski matanya selalu mengarah ke sana. Lantaran kesal, Jared memutuskan mendengarkan dengan memejam. Ia dengarkan penjelasan Kimmy yang rumit, mudah dipahami dan masuk akal. Itu artinya, Kimmy tidak mengada-ada. Dia benar-benar mempelajari dokumennya.
" Pak? Tidur ya?"
Jared membuka mata, " saya dengar."
" Kalau Bapak ngantuk bilang saja. Saya jagain supaya tidak ke gap." Usul Kimmy, padahal dia senang kalau Jared tidur. Paling tidak ia bisa berleha-leha sebentar sambil menunggu jam makan siang.
Jared tidak mendengarkan tawaran Kimmy. Ia justru menjelaskan apa yang ia pahami dari dokumen yang barusan ia pelajari.
" Kamu paham apa yang saya jelasin?"
Kimmy mengangguk.
" Kalau begitu, setelah makan siang kita cek sama-sama realita di lapangan. Apakah Instruksi kerja itu benar-benar sesuai atau tidak." Lelaki itu menjelaskan, lalu berdiri. " Kamu lanjut pelajari sisanya. Saya ke ruangan HRD sebentar untuk urus kontrak kerja kamu," ucapnya lalu pergi meninggalkan Kimmy sendirian di ruangan dingin, bersama lagu yang membuat ngantuk itu.
***
Kimmy harus membaca sisanya? Setengah bundel lagi?
Tuhan. Meskipun Kimmy dapat menangkap materi ini dalam waktu kurang dari setengah jam, tapi membaca sebanyak ini ia tidak sanggup.
Sejak kecil Kimmy sangat benci membaca, kecuali membaca curhatan anonim di tembok kamar mandi sekolah. Atau membaca pesan singkat dari gebetan-gebetannya semasa sekolah. Selain itu, Kimmy benci membaca. Padahal, Kimmy bisa memahami tulisan dua kali lebih cepat dari orang kebanyakan. Entah inikah yang disebut otak fotografis, atau yang lainnya. Karena bagi Kimmy ini anugerah, jadi dia tidak pernah memeriksa kondisinya ke Dokter.
Oke, Kimmy. Sedikit lagi. Tinggal setengah bundel lagi. Tapi, Kimmy tidak bisa jika harus ditemani lagu-lagu aneh selera Jared. Ia lantas berjalan memutar menuju komputer Jared, lalu mengganti lagunya menjadi lagu-lagu koplo.
Kembali ke kursinya, Kimmy mulai membaca baris demi baris. Otaknya terpecah menjadi dua antara bersenandung dan membaca. Setengah jam kemudian, Kimmy selesai. Ia merapikan dokumen yang habis ia baca. Menumpuk dokumen itu dengan dokumen yang dibaca Jared.
Pintu terbuka. Kimmy menoleh. Menampakkan Jared yang jangkung berjalan masuk, menuju kursinya, membawa ampop cokelat. Lelaki itu duduk bersedekap, melirik komputernya yang layarnya menampilkan website berbagi video sedang memutar lagu aneh dan berisik. Tapi ia tidak menghiraukan itu. Ia meletakkan amplop cokelat itu di atas meja, menggesernya ke arah Kimmy.
Perempuan itu menerima amplop cokelat itu. Membukanya. Di dalamnya terdapat beberapa lembar kertas yang diklip menjadi satu.
Di lembar pertama ada formulir karyawan yang harus ia isi. Kimmy pikir hanya satu lembar, sampai halaman lima.
Ck. Aneh banget. Lalu setelah Form Karyawan, ia membaca judul Perjanjian Kerja di PT Moora Harum Jaya. Ia baca pelan-pelan dan matanya sontak melotot saat mendapati kata training selama tiga bulan.
" Ini maksudnya apa?" Kimmy tidak berpikir lebih lama untuk menanyakan kejanggalan kontrak kerja ini.
" Kamu akan saya training selama minimal tiga bulan. Kalau oke saya lanjut, kalau tidak saya lepas atau kalau Mooraties masih mau terima kamu, boleh."
Dia kejam sekali. Padahal di Mooraties, Kimmy sudah menandatangani kontrak sebagai Karyawan Tetap sembilan bulan yang lalu.
" Kalau setuju kamu tanda tangan di atas materai itu, kalau tidak setuju kamu boleh pergi sekarang."
Jared benar-benar kejam.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mooraty's Secretary
ChickLitMeskipun cerewet, banyak mau dan sering menceramahi Kimmy, kematian bosnya sangat mengejutkan. Entah harus sedih atau bahagia, yang jelas Kimmy tidak perlu lagi mengantar berobat, membuatkan teh dan mengepel ruangan bosnya setiap pagi. Memangnya Kim...