2. Ladang Dandelion

8 5 1
                                    

Zeryon terus berdiri di tengah bunga-bunga dandelion sambil mengenang masa lalu kelamnya. Ia menunduk pelan sambil melihat busur di tangannya. Semuanya terdengar hening. Hanya desiran angin yang dapat didengar saat ini, dan beberapa suara hewan kecil di sekelilingnya. Zeryon menikmati keheningan sesaat itu untuk menenangkan pikirannya. Angin yang berembus perlahan membuat Zeryon semakin merasa tenang dan damai.

Tiba-tiba, seseorang datang dan memecah keheningan. Akan tetapi, suara lembut itu masih menyatu dengan suara alam di sekitar Zeryon. Zeryon langsung menoleh ke arah pemilik suara dan menatapnya. Ia melihat seorang gadis cantik berlari mendekatinya sambil melambaikan tangan. Gadis tersebut mengukir sebuah senyuman cantik yang membuat Zeryon teringat akan seseorang. Namun, Zeryon merasakan sedikit kepalsuan dalam senyuman gadis yang mendekatinya itu.

"Kak Zeryon, kau di sini rupanya!" Gadis itu berhenti melangkah tepat setelah berada di samping Zeryon.

"Oh, kau yang pendatang baru kemarin, ya?" tanya Zeryon.

Gadis itu mengangguk. "Ya, itu aku. Ngomong-ngomong, namaku Calista."

"Baiklah, Calista. Ada apa gerangan menemuiku kemari? Dari mana kau tahu aku ada di sini?" tanya Zeryon lagi.

Calista tersenyum. "Ah, tadi aku menemui Tetua Kesatria. Aku memutuskan untuk menjadi salah seorang Kesatria untuk melawan para orang-orang tak bertanggung jawab itu. Tetua menyarankan aku untuk berlatih memakai senjata sebelum turun tangan menghadapi musuh. Ia juga menyarankan, agar aku berlatih denganmu, Kak. Jadi, begitulah! Aku ingin menjadi muridmu, Kak! Jadilah guruku!"

"Ah, iya, tadi Kak Zeryon menanyakan tentang bagaimana aku mengetahui keberadaan kakak di sini. Jadi, aku punya kekuatan indera yang cukup baik. Kemarin, aku sempat bertemu kakak ketika pertemuan di lapangan latihan. Itu berarti, aku sempat mencium bau kakak, dan mendengar suara kakak. Aku mengingatnya, dan menggunakan itu untuk melacak keberadaanmu, Kak. Begitu ...," lanjut Calista lagi.

"Oh, begitu. Kau sangat hebat!" Zeryon mengangguk pelan. Ia tersenyum kecil ke arah Calista.

Calista sedikit tersipu dengan pujian kecil itu. "Ah, Kak, itu bukan apa-apa," katanya.

Zeryon hanya mengangguk sebagai respon kepada Calista. Keduanya terdiam sesaat. Calista memandangi ladang dandelion yang luas itu sambil menunggu jawaban dari Zeryon. Bunga-bunga itu melambai pelan ditiup angin sepoi. Calista merasa sedikit lebih damai setelah inderanya menikmati keindahan alam itu. Ia lalu menatap sebuah bunga dandelion yang dipetik oleh Zeryon. Ia tersenyum lebar dan teringat akan sang ayah yang dulu sering menanam bunga di halaman rumahnya.

"Kak Zeryon, bunga dandelion itu, kau suka bunga dandelion? Wah, aku juga suka bunga. Semua bunga aku suka! Mereka memiliki warna yang cerah, aku menyukainya!" Calista tersenyum sambil menatap bunga dandelion lagi.

"Hei, Calista. Kenapa kau ingin menjadi kesatria? Kau masih muda, dan jangan mati sia-sia," ujar Zeryon yang mengejutkan Calista.

Calista menghela napas panjang. Ia menunduk sesaat dan berusaha untuk menjawab pertanyaan itu. "Aku hanya ingin balas dendam, Kak. Keluargaku dibantai oleh mereka. Lagi pula, sebelumnya, ayahku juga seorang kesatria sepertimu. Dia meninggal karena tua, dan akhirnya keluarga kami di serang karena pelindung kami telah pergi. Ah, seandainya saja waktu itu aku kuat seperti ayah, mungkin saja ibu dan saudara-saudaraku tidak dibantai. mungkin saja sekarang kami masih bersama. Aku selamat karena kakak tertuaku menyuruhku untuk berlari. Seharusnya, kami berdua bisa selamat, tetapi mereka masih serakah. Mereka mengejar kami, dan kakakku harus berkorban untuk keselamatanku. Aku pun lalu ditolong oleh beberapa kesatria saat itu."

Calista menjelaskan sedikit panjang kepada Zeryon. Ia ingin menceritakan semua isi hatinya, semua dendam dan rasa sedih dalam dirinya terpendam beberapa saat. Kini, setelah menceritakan semua itu, rasanya ia ingin menangis. Namun, sebagai calon kesatria, Calista memutuskan untuk tidak menangis. Ia mengepalkan kedua tangannya dan menguatkan diri sendiri.

"Menangislah, tidak apa-apa. Namun, kau jangan sampai menyerah." Zeryon berucap sambil memberikan bunga dandelion di tangannya pada Calista.

Calista tersenyum dan menerima bunga itu. Ia menghapus air matanya yang sempat mengalir di pipinya. Ia berkata kemudian, "lalu, kakak juga masih muda, dan kenapa ingin menjadi kesatria?"

"Karena kita punya alasan yang sama, yaitu dendam. Dendam dan amarah besar ini telah memberiku kekuatan. Aku akan menghabisi makhluk-makhluk kejam itu, seperti mereka menghabisi orang yang aku sayangi," balas Zeryon. Ia melangkah pergi dan meninggalkan Calista di sana.

"Eh, Kak! Tunggu sebentar! Apa kakak bersedia menjadi guruku? Aku berharap bisa dilatih olehmu, Kak. Apa aku bisa jadi muridmu?" tanya Calista dengan nada berteriak.

"Baiklah! Besok di siang hari, kau ke kediamanku. Aku akan melatihmu besok di sana! Jangan lupa membawa hal yang mungkin kau butuhkan. " Zeryon membalas tanpa menoleh.

Calista tersenyum senang. Ia menatap dandelion di tangannya sambil menarik napas lega. Ia menatap langit biru dan akhirnya memutuskan untuk berbaring di atas bunga-bunga dandelion itu. "Ibu, kakak, aku akan membalaskan dendam atas kematian kalian! Calista berjanji, akan melanjutkan perjuangan ayah sebagai seorang kesatria."

Ladang dandelion adalah tempat kesukaan Zeryon untuk menenangkan diri. Hari ini, di tempat kesukaannya itu, ia bertemu seorang gadis. Seorang gadis bernama Calista, yang memiliki senyum dan suara seperti seseorang di masa lalunya, Rora. Zeryon sedikit khawatir akan keputusan Calista yang ingin menjadi kesatria. Bekerja sebagai kesatria tak akan menguntungkan hidup, itu hanya akan mengancam nyawanya. Zeryon menoleh sebentar ke belakang, dan mendapati Calista berbaring di ladang dandelion itu.

"Aku akan melindungimu. Kau masih sangat muda untuk menjadi pahlawan kesiangan. Nyawamu begitu berharga. Kakakmu melindungimu dan mengorbankan nyawanya untukmu. Itu artinya, kau sangat berharga."




Vote and Follow to next chapter!
IG: Okuta_06

Kesatria DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang