Keesokan harinya, Calista segera bersiap-siap untuk menemui gurunya itu di kediaman Zeryon. Ia membawa sebuah pedang dan juga memakai seragam latihan yang sesuai dengan peraturan perlengkapan kesatria. Dia juga memakai sebuah pita kuning di rambutnya. Pita rambut kuning itu merupakan hadiah ulang tahun dari kakaknya tahun lalu. Ia memutuskan memakainya untuk menjadikan hal itu pengingat akan dendamnya. Calista melacak di mana posisi kediaman Zeryon. Ia menggunakan inderanya, dan tak lagi menanyakan pada petugas di perumahan kesatria tersebut.
Sementara itu, Zeryon berada di halaman rumahnya. Ia memperhatikan beberapa muridnya yang tengah berlatih di halaman luas itu. Semua muridnya itu adalah laki-laki, dan pertama kalinya, hari ini dia akan mendapatkan murid perempuan yakni Calista, murid baru yang hampir seumuran dengannya. Tatapannya terlihat kosong dan pikirannya penuh dengan pertanyaan penting. Zeryon memandang sahabatnya yang sedang membantu murid-muridnya di halaman tersebut. Sahabatnya itu bernama Gaven, dan merupakan satu-satunya teman terbaik Zeryon sejauh ini.
Gaven telah memutuskan untuk mengabdikan dirinya kepada Zeryon. Dia menganggap Zeryon lebih dari sebagai seorang sahabat. Baginya, Zeryon adalah seorang penyelamat dan layak untuk dihormati. Gaven beberapa waktu lalu hampir saja dibunuh oleh kelompok pencari tumbal. Ia dan kedua adiknya terancam akan mati dibunuh, tetapi beruntung Zeryon yang telah menjadi kesatria saat itu langsung menyelamatkan mereka.
"Angkat kepala kalian! Jangan menunduk karena kelelahan! Ingatlah, alasan kalian ingin menjadi kesatria! Ayo!" Gaven menggertak beberapa murid yang menunjukkan raut muka yang patah semangat.
"Ayo, ayo! Ikuti yang lainnya!" Gaven berteriak sambil memberi instruksi latihan.
Gaven terlihat sangat kasar, tetapi hatinya begitu lembut. Ia merasa kasihan dengan murid-murid Zeryon yang menjalani latihan melelahkan tersebut. Namun, ia berpikir bahwa mereka semua haruslah memiliki fisik yang kuat agar tidak ditindas dan dibunuh lagi. Ia berharap murid-murid itu menjadi kesatria sama seperti dirinya dan Zeryon, agar mereka dapat melindungi banyak nyawa di luar sana. Gaven memiliki kondisi fisik yang cukup unik. Seluruh bagian tubuhnya, yakni kulit, rambut, dan bola mata, semuanya berwarna putih pucat. Ia terlahir sebagai seorang albino. Kedua adik Gaven terlahir normal. Mereka masih hidup saat ini, dan tinggal bersama di sebuah tempat aman.
"Tuanku, ini teh hijau untukmu," ucap seorang wanita yang mengejutkan Zeryon yang tengah termenung.
Zeryon menatapnya dan tersenyum tipis. Ia segera membalas, "terima kasih, Sekya."
Gadis bernama Sekya itu mengangguk cepat. "Aku juga membawakan kue kesukaanmu, silakan dinikmati!"
"Baiklah. Ngomong-ngomong, jangan lupa buatkan untuk Gaven juga."
Sekya mengangguk lagi-lagi. Ia meletakkan kue itu di atas meja kecil di samping Zeryon. Ia tersenyum senang karena melihat Zeryon menikmati masakan buatannya. Sesungguhnya, Sekya menyukai Zeryon, dan bahkan ia telah menyampaikan perasaan ini pada Zeryon secara langsung. Namun, Zeryon tak merespon balik perasaan cinta itu. Zeryon hanya memberi jawaban pada Sekya, bahwa Zeryon tidak ingin berurusan lagi dengan cinta seumur hidupnya.Gadis bertubuh pendek yang mengalami penolakan itu tak menuntut banyak hal dari Zeryon. Ia mengerti bahwa Zeryon trauma akan masa lalunya. Sekya memutuskan untuk melayani Zeryon walau pemuda idamannya itu tak membalas cintanya. Sekya hampir mirip dengan Gaven yang diselamatkan Zeryon karena hampir dibunuh. Ayah Sekya sebelumnya rupanya bergabung dengan kelompok pencari tumbal. Sekya hampir dibunuh untuk dijadikan tumbal oleh ayahnya sendiri, akan tetapi ia berhasil diselamatkan oleh Zeryon.
"Aku datang!" Tiba-tiba Calista muncul dan menyapa dari pintu pagar kayu di halaman rumah Zeryon. Gaven yang mendengar suara langsung menoleh ke arah Calista, begitu pula dengan Zeryon.
"Kamu siapa? Ada apa kemari?" tanya Gaven pada Calista.
"Oh, hai. Namaku Calista. Aku murid baru Kak Zeryon. Bolehkah aku bertemu dengannya?" tanya balik Calista pada Gaven.
Gaven menatap Calista dengan tatapan heran. "Murid baru, ya? Hm, seorang wanita. Baiklah, silakan mendekatinya. Itu dia!"
Gaven menunjuk ke arah Zeryon yang tengah menyeruput tehnya. Calista lalu menatap ke arah yang ditunjuk oleh Gaven. Ia melihat Zeryon dan langsung mendekatinya. Calista berlari menuju ke arah Zeryon sambil melambai penuh senyuman. Sementara Gaven kembali fokus untuk mengarahkan para murid lain untuk berlatih.
"Eh, eh! Kembali fokus! Jangan hanya seorang gadis, konsentrasi kalian hilang!" Gaven membentak para murid yang tadinya kehilangan fokus akibat melihat Calista yang datang.
Calista langsung menyapa Zeryon. "Hai, Kak. Aku datang tepat waktu, kan?"
Zeryon menatap gadis itu dan mengangguk. "Ya, kau tepat waktu."
Sekya yang berada di sana langsung kembali ke dapur. Ia tidak ingin menganggu pembicaraan pribadi Zeryon dengan orang yang tak ia kenal itu. Sekya merasa gadis berpita kuning yang datang itu seumuran dengannya. Sekya memutuskan untuk melanjutkan pekerjaan di dapur, dan membuatkan makan siang untuk para murid-murid.
"Jadi, Kak, apa kita akan memulai latihannya sekarang?" tanya Calista kepada Zeryon.
"Hm, iya! Kita akan mulai saat ini juga. Namun, sebelumnya, aku ingin menanyakan sesuatu hal padamu. Jadi, jawablah dengan sungguh-sungguh!" Zeryon berucap dan Calista menyimaknya.
"Apa kau benar-benar yakin menjadi muridku? Kau yakin untuk menjadi seorang kesatria?" lanjut Zeryon dengan sebuah pertanyaan.
Tanpa berpikir panjang, Calista langsung mengangguk cepat. Wajahnya penuh tekad dan keseriusan yang mendalam. Dia menjawab dengan suara lantang. "Ya, Kak! Aku ingin menjadi kesatria! Aku ingin menjadi muridmu!"
Melihat semangat besar yang terpancar dari diri Calista, membuat Zeryon kehilangan keraguan dan kecemasannya. Ia terkekeh pelan, lalu berujar. "Baiklah, Calista. Mulai detik ini kau adalah muridku. Kau akan menghadapi latihan yang sulit, tetapi setelah menjalani semuanya, aku jamin kau akan mendapatkan kekuatan yang kau cari itu."
Vote and Follow to next chapter.
IG:Okuta_06
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesatria Dandelion
FantasyBacalah dongeng ini di malam berhias purnama. Ingatlah dongeng ini ketika menatap aurora di langit, atau ketika melihat sekuntum bunga dandelion kuning ataupun putih. Di dalam dongeng ini hanya bercerita tentang seorang wanita dan sesosok kesatria d...