Keesokan harinya, lagi-lagi Calista masih bersikeras untuk terus berlatih. Ia menghampiri gurunya, Zeryon, untuk meminta tugas lagi sebelum menjadi kesatria yang sesungguhnya. Lukanya cukup pulih setelah Gaven membantunya mengobati luka tersebut. Ia melihat Zeryon yang termenung sendirian di teras rumah. Sekya tiba-tiba muncul dan menyambut kedatangan Calista.
"Calista! Wah, kau datang lagi hari ini? Padahal lukamu masih belum sembuh, lho," kata Sekya sambil merangkul Calista.
Calista tersenyum dan menjawab, "haha, iya, aku baik-baik saja kok."
"Kau memang sangat hebat, ya, Calista!" Sekya menepuk bahu Calista dan membawanya pergi ke dapur.
"Sebelum kau latihan, lebih baik kau makan dulu, yuk," lanjutnya.
Calista menyetujui dan segera mengikuti Sekya ke dapur. Dia begitu terkejut karena di atas meja masih banyak makanan dan sepertinya belum dimakan sama sekali. Sekya lalu menyuruh Calista untuk duduk dan makan. Sekya lalu menyeduh teh untuk Calista. Calista menatapnya raut wajah Sekya yang terlihat sedih.
"Ada apa, Sekya? Kau kelihatannya sedih hari ini," ujar Calista.
"Ah, kau memperhatikan itu? Iya, aku sedang sangat sedih hari ini ...," jawab Sekya dengan suara kecil.
"Kenapa kau bersedih? Kau bisa ceritakan padaku. Ada apa, Sekya?" tanya Calista.
"Begini, kau lihat makanan ini di atas meja? Aku memasak makanan kesukaan Zeryon dan Gaven hari ini, tetapi lihatlah! Mereka bahkan tidak mau makan pagi ini. Ini begitu menyebalkan karena mereka tak bisa menghargai makanan. Namun, yang lebih menyebalkan adalah hari ini mereka sama sekali tak berbicara satu sama lain," jawab Sekya lagi-lagi.
"Oh, ya? Maksudmu, Kak Zeryon dan Kak Gaven bertengkar?" tanya Calista lagi.
Sekya menjawab, "iya, karena kejadian racun kemarin sore, mereka sampai saat ini tidak mengobrol lagi."
"Ini semua gara-gara aku, ya?" tanya Calista dengan nada bersedih.
"Eh! Bukan, bukan! Sebenarnya sih, iya. Eh, tapi jangan pikirkan itu! Sekarang makanlah!" perintah Sekya sambil memberikan secangkir teh pada Calista.
"Baiklah, terima kasih. Aku sangat bersemangat untuk makan masakanmu. Semuanya kelihatan sangat enak!" Calista mulai menyantap masakan Sekya.
"Ngomong-ngomong, Sekya, kau sangat baik, ya! Aku senang bisa mengenalmu. Mari berteman! Aku ingin menjadi temanmu," ungkap Calista.
Sekya tercenung. Ia menatap Calista sambil terpikirkan akan masa lalunya.
"Ah, kalau kau mau, kita bisa berteman," jawab Sekya sambil tersenyum."Semangatmu itu mengingatkan aku pada temanku dulu. Dia meninggal karena dibunuh. Dulunya dia juga kesatria. Dia perempuan yang penuh dengan semangat, sama sepertimu," sambung Sekya.
"Itu pasti menyakitkan bagimu," kata Calista dengan raut wajah yang sedih.
"Bolehkah aku menceritakannya? Hah, sebelum Gaven datang, saya dan temanku, bernama Lili, adalah murid Zeryon. Awalnya, Zeryon yang dulu hanya melatih laki-laki, ditugaskan oleh Tetua untuk melatih kami. Karena kami perempuan, maka Zeryon keberatan untuk melatih kami. Zeryon tidak menginginkan jika perempuan menjadi kesatria. Baginya perempuan terlihat sangat lemah, dan harus dilindungi. Namun, Lili pada saat itu bersikeras untuk menjadi kesatria sama sepertimu. Lili punya dendam dengan kelompok pencari tumbal, karena keluarganya telah dibantai oleh mereka."
Calista terdiam sambil mendengarkan cerita Sekya.
"Akhirnya, Zeryon bersedia melatih kami. Namun, dia memberi kami latihan yang berat. Latihan yang begitu berat, sampai-sampai aku saat itu hampir kehilangan fungsi paru-paruku. Dia ingin kami menyerah dari latihan, agar kami tidak bisa menjadi kesatria. Dia menyuruh kami untuk bekerja di bagian medis saja, dari pada harus menggunakan senjata berbahaya di lapangan. Aku saat itu menyerah, tetapi Lili tidak kehilangan semangatnya. Dia terus berlatih karena ambisinya begitu kuat untuk membalaskan dendam keluarganya. Dia akhirnya menjadi kesatria, tetapi sayangnya, dia meninggal ketika pertarungan. Sejak saat itu, Zeryon tidak lagi ingin menerima murid perempuan. Ia tidak ingin perempuan menjadi pelindung atau petarung. Aku di sini, dia tugaskan untuk menjadi petugas medis saja. Sebuah keajaiban dia menerimamu menjadi muridnya. Aku berharap, nasibmu tidak akan sama dengan Lili," lanjut Sekya cukup banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesatria Dandelion
FantasyBacalah dongeng ini di malam berhias purnama. Ingatlah dongeng ini ketika menatap aurora di langit, atau ketika melihat sekuntum bunga dandelion kuning ataupun putih. Di dalam dongeng ini hanya bercerita tentang seorang wanita dan sesosok kesatria d...