"Menurutku kita tidak perlu berkemah. Apa kau membawa alas tidur?" Tanya Naurto sesaat setelah mereka berhenti di tepian hutan, sedikit dekat dengan aliran sungai."Tentu."
Naruto mengangguk, menurutkan ranselnya lebih dulu dan meletakkannya bersandar pada sebuah batang pohon lumayan besar. "Kalau begitu, aku akan mencari ikan, kau bisa mencari kayu bakar, kan?"
"Hm." Saut Sakura setelah meletakkan tasnya juga di dekat tas Naruto. Ia menatap sekeliling dengan cermat.
"Tidak perlu terlalu jauh, ambil seadanya saja." Beritahu Naruto lagi lalu beranjak menuju arah sungai.
Mendengar itu Sakura sedikit mendelik. Entah kenapa ia seperti anak perempuan yang diberikan arahan oleh Ayahnya sendiri. Ia menghela nafas pasrah, ikut beranjak menuju kearah selatan dari posisi mereka. Pohon-pohon di sana cenderung lebih kecil dan penuh ranting. Berbeda dengan pohon-pohon di tempat mereka akan tidur nanti malam, cenderung besar dan tidak beranting.
"Apa disini habis hujan? Kenapa rantingnya basah?" Guman Sakura mulai bingung mengambil kayu yang mana.
Sekeliling tempat ini cukup lembap, menambah keyakinan Sakura bahwa tempat ini baru dituruni hujan. Bahkan dedaunannya masih meneteskan air.
"Urkhh, Shannaro! Aku benci tempat lembap." Guman Sakura lagi memprotes.
Ia mengambil beberapa kayu yg lumayan kering, tapi tidak begitu banyak. Bibirnya sudah maju memayun sejak tadi, merasa kesal dan juga geli bersamaan melihat lumut-lumut yang menempel pada kayu-kayu di sekelilingnya.
"Sudah?"
"KYAAAAAAAA!!!!"
Sakura melompat kaget, membuang semua kayu di tangannya begitu saja. Juga dengan sosok Naruto yang ikut termundur kaget.
"KENAPA SUARA KAKIMU TIDAK ADA SHANNARO????!!!" Teriak Sakura gusar. Jantungnya sudah menggila di dalam sana.
Naruto mendelik sinis, merasa aneh dengan pertanyaan Sakura. "Kau pikir aku hantu? Jelas-jelas kakiku melangkah dengan suara! Kau saja yang melamun!" Balasnya sengit.
"Apa kau bilang? Aku bahkan bisa mendengar suara air menetes dari daun! Memang kau saja yang seperti hantu!" Balas Sakura tak kalah sengit.
"Baka!" Saut Naruto pelan. Jelas hanya ia yang dengar, membuat Sakura ikut mendengarnya hanya akan semakin memanaskan suasana mereka.
"Ambil lagi kayumu! Cepat!" Titah Naruto ketus sebelum berbalik badan dan meninggalkan Sakura.
"Dasar rubah!" Umpat Sakura dengki, lalu mendesah kesal sambil mengambil kembali kayu-kayu yang sempat ia buang tadi. "Gara-gara si rubah itu kayunya jadi semakin basah! Ukhh sialan!!!!!" Umpatnya lagi masih mendendam.
Begitu kayu yang ia bawa cukup, Sakura kembali ke tempat mereka beristirahat. Ada Naruto yang tengah memasukkan ikan ke dalam kayu panggangan. Tampak fokus dan tidak melirik sama sekali padanya.
Sakura tidak mempedulikan itu. Ia memilih menata kayu dan membuat api unggun serta tempat panggangan ikan nanti. Walau beberapa menit kemudian rasa kesal mulai ia rasakan karena kayu-kayu itu tidak kunjung bisa terbakar.
"Bahkan tatapanmu lebih panas dari api itu."
Celutukan ringan datang dari belakang Sakura. Naruto membawa dua kayu panggangan panjang dengan masing-masing berisi dua ikan ke dekatnya. Menyodorkannya pada Sakura yang langsung disambut oleh gadis pink itu walau dengan perasaan dongkol. Jangan lupakan raut wajah kusut dan bibirnya yang mengatup rapat-rapat.
Sakura memperhatikan gerak-gerik Naruto dengan cermat. Mulai dari saat laki-laki itu mengubah susunan kayu dan mulai mematik api. Entah pakai mantra apa hingga tidak sampai satu menit kayu itu sudah terbakar dan api menyala dengan baik.
"Ck! Memang kayunya sudah kering saja!" Cetus Sakura merasa Naruto akan berbicara padanya. "Tadi kayunya memang basah, ya!" Lanjutnya tetap membela diri walau raut Naruto semakin datar.
"Katakan saja kau tidak bisa." Senggah Naruto. Mengambil lagi ikan tadi dari tangan Sakura dan meletakkannya di sisi kanan dan kiri api unggun. Melirik sekilas gadis pink itu kian memasang raut wajah masam.
"Mau ke mana?" Tanya Naruto saat Sakura berdiri dari posisinya.
"Ke sungai." Jawab Sakura singkat. Tidak mau menatap Naruto, memilih melangkah menuju tas mereka berada. Mengambil sebuah kain. Menutup tasnya kembali dan membawa kain itu menuju sungai. Tanpa menyadari tatapan tajam Naruto yang terus mengawasinya.
Suasana hutan malam hari jelas tidak pernah mengecewakan. Sunyi, senyap dan mencengkram. Udara dinginnya kerap membuat merinding, ditambah setelah hujan turun, hawanya terasa sangat berbeda.
Sakura bukan tipe penakut. Ia sering mendapat misi sendiri di tengah-tengah hutan dalam jangka waktu yang tidak singkat pula. Hanya saja, Sakura benci hujan. Ia benci saat air-air yang turun itu menghalangi pandangan matanya dan menghambat aktivitasnya. Sakura benci suasana lembap yang tercipta saat hujan sudah selesai. Sakura juga benci rasa dingin yang tertinggal oleh hujan itu.
Bukan berarti itu juga bisa menghalanginya untuk menyentuh air. Sakura tetap suka mandi air dingin walau sedingin saat hujan sekalipun. Sensasi yang ia dapatkan saat berendam di air dingin adalah yang ternikmat sampai saat ini, juga ketika kakinya mulai masuk ke dalam sungai dan menciptakan getaran halus sampai ke puncak kepalanya.
Perlahan tubuh sakura setengahnya sudah berada di dalam air. Sakura tidak terlalu jauh, ia hanya mencari batu yang bisa dijatikannya tempat duduk tapi merendam semua tubuhnya hingga menyisahkan kepalanya saja yang di atas air. Tapi tidak ketemu, air sungai yang mengalir lumayan deras memang sergolong dangkal.
Akhirnya Sakura hanya mengambil posisi jongkok. Ia menutup matanya, merasakan ketika aliran sungai sedikit mendorong tubuhnya mengikuti arus. Merasakan dinginnya air yang membuat alisan darahnya terasa begitu lancar. Tubuhnya seketika rileks. Rasa kelas, marah, takut dan juga cemas yang sempat ia rasakan sebelumnya turut hayut terbawa arus.
Sakura menikmati hal ini.
"Berendam memang termasuk terapi merilekskan tubuh yang dianjurkan. Tapi bukan berarti kau berendam di sungai dengan suhu air sedingin itu. Aku tidak akan peduli kau sakit besok, perjalanan akan tetap berlanjut."
Suara laki-laki rubah itu lagi-lagi mengusik telinga Sakura. Secara cepat mengembalikan rasa kelas yang ia rasakan. Sekarang Sakura mulai tidak menyukai sikap baru Naruto. Lebih baik laki-laki itu diam dan hanya hm-hm-hm saja jawaban yang ia terima.
"Kau menyebalkan!" Seru Sakura begitu menoleh dan bertatapan langsung dengan manik biru safir Naruto.
"Itu lebih baik daripada kau merepotkanku besok." Balas Naruto acuh. Berbalik badan dan pergi.
Sakura menggeram, mengepalkan tangannya di udara seolah hendak meninju Naruto. Percuma saja ia berendam kalau biang masalah yang mengganggu pikirannya itu tetap ada di dekatnya. Terkutukla kau rubah!
Namun, saat Sakura akan naik ke permukaaan, tubuhnya seketika mematung. Ia baru menyadari kalau tubuhnya sedang polos alias tidak memakai sehelai benangpun.
"KYAAAAA RUBAH BAJINGAN! APA YANG KAU LIHAT!! SHANNAROOOO!!!"
BRAK!!!!
Satu pohon di dekat sungai patah terbelah begitu saja.
To be continued....
Vote✨️
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CASE OF ANBU
FanficHaruno Sakura adalah anggota perempuan Anbu yang mendapat penempatan tugas di perbatasan Utara Konoha. Dia adalah sosok yang pendiam walau terkadang jadi sangat ekspresif saat sudah nyaman dengan orang lain. Di perbatasan, musuh yang dihadapi sangat...