4: North With The Uchiha Clan

273 35 2
                                    


"Sasuke? Aku tidak tahu kau datang."

Kakashi menyambut sosok keturunan Uchiha yang begitu dibanggakan Konoha melebihi seorang Uchiha Fugaku. Ia adalah Uchiha Sasuke, putra terakhir dari pasangan Fugaku dan Mikoto sekaligus Adik dari Uchiha Itachi.

Sosoknya tampak duduk tegak di kursi tamu yang selalu tersedia di ruangan besar milik Kakashi. Dengan tatapan datar dan juga raut wajah tidak ada ekspresi khasnya. Jangan lupakan jubah yang selalu dipakai oleh laki-laki itu, kini tergeletak di kursi lainnya.

"Apa perjalanmu kemari lancar?"

"Tentu."

"Baguslah kalau begitu." Saut Kakashi begitu ia ikut duduk di hadapan Sasuke.

"Apa ada sesutau? Kupikir perjalananmu mengelilingin dunia lebih menarik dari yang ada di sini."

"Aku mendengar ada kabar kedatangan anggota baru. Apakah aku tidak bisa lagi ikut penyambutan?" Tanya Sasuke balik.

Sontak membuat Kakashi mendengus, merasa geli. "Ada apa dengan semua orang? Kenapa penasaran sekali dengan anggota baruku, hm? Apa dia seterkenal itu?" Kakashi memasang tampang berpikir.

"Kau tidak kenal dia? Haruno Sakura?" Sasuke memandang seniornya itu tidak yakin. "Kau tidak mengenal dia? Kenapa aku ragu?"

"Tidak, sama sekali tidak."

Jawaban yang semakin membuat Sasuke bingung. Tumben sekali seniornya itu tidak kenal dengan sosok yang bisa ia katakan penuh drama kehidupan itu.

"Ck! Kau tidak percaya sekali."

"Bukan," Sasuke menggeleng. "Dia cukup terkenal saat di akademi dulu. Walau kami beda angkatan, tapi aku yakin empat angkatan yang ada saat itu hampir mengetahui dirinya."

"Apa dia cantik? Seksi? Atau suaranya seindah alunan angin pagi?" Tanya Kakashi lalu tertawa keras saat raut Sasuke berubah masam.

"Aku serius, Sasuke. Bahkan saat Kaito menceritakan sosok gadis itu semalam, tetap aku tidak ingat dan yakin sekali belum pernah mendengar kisah gadis itu." Kata Kakashi meyakinkan.

"Kalau begitu lupakan." Celutuk Sasuke membalas malas.

Kini keduanya diam.

"Aku ada kerjaan. Kalau kau ingin mengikuti penyambutan, terserah. Tapi jangan kecewa kalau waktunya tidak menentu karena dari semalam kami sudah bersiap tapi gadis itu belum juga sampai." Kata Kakashi sebelum ia beranjak dan menuju meja kerjanya.

Sasuke mengangguk, tanpa pamit keluar dari ruangan Kakashi. Langkah kakinya membawa laki-laki itu menuju tempat biasa ia melihat para Anbu di tempat ini berlatih berpedang. Tempat yang juga menjadi favoritnya dulu semasa masih menjadi anggota bagian tetap Anbu penjaga Utara Konoha.

"Oii, lihat siapa yang datang? Hahahha..." Sautan keras itu mengambil atensi semua orang di kawasan itu. Menatap bersamaan sosok Sasuke yang mendekat dengan wajah datarnya.

"Apa kabar sobat?" Sapa Neji, sambil berpelukan singkat dengan Sasuke.

"Hn, baik."

Sosok lain mendekat, mamanya Tamuji, menepuk pundak Sasuke akrab. "Kukira kau akan kemari setidaknya lima tahun lagi!" Katanya menyapa ringan, disambut tawa oleh teman-teman mereka.

"Seharusnya lebih lama. Aku di sini juga hanya sebentar." Balas Sasuke santai, sambi menyalami teman-temannya yang lain, serta senior-senior yang masih seangkatan dengan Kakashi. Walau ia terlihat dingin, semua orang tahu Sasuke adalah sosok yang mudah berbaur.

"Apa karena anggota baru?" Celutuk Anko dari tempatnya. Sontak lagi mendapat siulan menggoda dari yang lain.

Sasuke hanya mendelik, tidak menanggapi itu. Ia mendekati Anko, memeluk singkat sosok senior sekaligus perempuan yang sudah seperti kakak untuknya selama di sini dulu.

"Kau semakin banyak tahu saja." Balas Sasuke malas.

"Tentu. Apalagi yang membuatmu jauh-jauh ke sana kemari kalau bukan karena hal ini, kan?" Balas Anko.

Keduanya menepi ke sebuah bangku panjang di pinggir arena berpedang. Sementara yang lain sudah kembali fokus pada sesi latihan mereka.

Anko dan Sasuke duduk bersisian di sana, memandang luas ke depan.

"Apa dia telibat, Sasuke?" Tanya Anko memulai obrolan.

"Entahlah."

"Kau sendiri tidak yakin, kenapa repot-repot kemari untuk menemuinya?"

"Aku harus memastikannya, Nee-Chan." Jawab Sasuke tegas. Kini menatap Anko, "Aku hanya tidak ingin salah langkah lagi."

Anko balas menatap manik onky Laki-laki itu. Menyelami kegelapan mata Sasuke yang seperti gelapnya malam. Hingga ia menyerah dan kembali memandang ke depan.

"Itachi jelas tidak akan menyukai sikapmu yang seperti ini. Kita jelas sama-sama tahu kalau dia sudah tidak mau membahas masalah itu dan tidak mau mengungkitnya lagi. Kenapa kau masih bersikeras?"

"Kenapa?" Sasuke bertanya getar, "Jelas-jelas kau sudah tahu jawaban pertanyaanmu itu! Jangan bahas si pengecut itu! Dia adalah orang paling bodoh yang pernah kukenal." Sentak Sasuke marah. Langsung berdiri dan berlalu meninggalkan sosok Anko yang memandang kosong kepergiannya.

"Berakhir buruk lagi?"

Anko menoleh, mendapati Neji yang berdiri cukup dekat dari posisi mereka tadi. Kini melangkah mendekatinya dan duduk di tempat Sasuke sebelumnya.

"Kau terlalu mengurusi mereka. Apa kau sadar itu, senior?" Tanya Neji tenang.

"Huh! Kau tahu apa?" Balas Anko sengit. Memandang tidak suka pada Neji.

"Anak kecil sekalipun tahu kau terlalu memaksakan diri." Saut Neji tetap tenang. "Kau terlalu cinta pada Itachi dan membela laki-laki itu sedemikian rupa di hadapan sosok yang jelas-jelas membencinya."

"Jangan sok tahu tentangku, Neji!" Sentak Anko sekali lagi, berdiri dari duduknya dengan tatapan tajam pada Neji.

"Aku salah?" Beo Neji bingung.

Anko terkekeh remeh, tahu kalau sedari tadi Neji hanya sedang menguji kesabarannya. Ia semakin yakin kalau dari tadi Neji memang memperhatikan mereka sejak Sasuke membawanya duduk ke pinggir.

"Seharusnya kau yang sadar diri. Menjadi teman Sasuke bukan berarti kau bisa seenaknya begini. Mungkin kau merasa bangka karena sudah bisa masuk ke sini, tapi apa kau ingat itu karena siapa?" Anko mendekat, menunduk sedikit. "Itu karena Itachi dan Sasuke. Kau jelas tidak ada apa-apanya dulu sehingga dilirik saja aku yakin tidak oleh Tsunade-sama." Bisiknya pada laki-laki itu.

Tangan Neji mengepal di sisi tubuh laki-laki itu. Merasa direndahkan oleh Anko. Ia menatap wanita itu datar, tapi jelas penuh dendam.

"Sekarang sadar, kan? Siapa diantara kita yang tidak sadar diri?" Tanya Anko remeh, lalu terkekeh setelahnya.

Wanita itu kembali menegakkan posisi tubuhnya. Membalas tatapan Neji dengan remeh. Kemudian ikut berlalu pergi dari sana, sementara sosok Neji masih berdiam diri di temapatnya.

"Sial!"

To be continued....

Vote✨️

THE CASE OF ANBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang