"Setelah ini, jagalah dirimu baik-baik. Aku tahu kau kuat, kau hebat dan kau bisa. Tapi tetap saja, orang yang hebat dan kuat sekalipun tidak akan bisa menang kalau dia tidak bisa membaca situasi. Jangan melamun dan terlalu banyak berpikir, fokus saja pada langkah dan tujuanmu."Naruto berbicara sesaat setelah mereka sampai pada persimpangan jalan yang akhirnya memisahkan tujuan mereka.
"Kau bisa mengirim merpati untuk mengabariku setelah kau sampai." Naruto menatap gadis di hadapannya itu dalam. "Bagaimanapun kau masih tanggung jawabku sampai nanti kau sampai di Utara, jangan salah paham." Sambungnya lagi.
Tapi justru membuat Sakura mendelik seketika. Tidak jadi merasa haru.
"Ck! Iya-iya." Balas Sakura malas.
Sakura akan melangkah, tapi tangan Naruto menahannya. "Satu lagi," Kata laki-laki itu, menarik pandangan Sakura untuk menatap matanya. "Jangan sembarangan tidak memakai apapun selama mandi di sungai atau tempat umum. Walah kau yakin kau sendiri, anggap saja ada orang dan tidak seharusnya kau bisa teledor seperti semalam."
Manik emerland Sakura sontak membulat sempurna. Ingin langsung protes, tapi tatapan serius Naruto membungkam mulutnya. Ia menunduk, merasa malu dan bersalah sekaligus.
"Tidak usah dipikirkan, aku tidak melihat apapun."
"Tapi kau diam saja semalam saat kutanya!" Saut Sakura cepat. Ingat saat Naruto diam saja saat ia bertanya dan berakhir mendapat pukulan darinya.
"Sekarang kau tahu kan? Walau semalam aku mengatakan tidak, dalam kondisimu yang sedang emosi, jelas kau menganggap aku berbohong dan cari aman saja." Jawab Naturo tenang.
Sakura mendelik lagi, kata-kata itu jelas sekali menampar egonya. Walau tetap saja, ia meyakinkan diri kalau sikapnya semalam adalah perlindungan diri.
"Hm, maaf." Cicit Sakura akhirnya. Ia memilih memandang ke bawah. Lalu tatapannya jatuh pada tangan Naruto yang masih menggenggam pergelangan tangannya.
Itu tidak lama, Naruto langsung melepaskan pegangannya. Ia menghela nafas pelan, memilih mundur dua langkah. "Sekali lagi, hati-hati, Sakura."
Sakura menganguk patuh, mengerti lirikan mata Naruto yang menyuruhnya agar pergi lebih dulu. Ia tersenyum tipis pada laki-laki itu dan mengambil langkah menuju Utara Konoha. Hingga sedikit jauh ia melompat, mengambil langkah melompati dahan-dahan pohon agar semakin cepat sampai.
Kini Sakura berada dalam jarak sepuluh meter dari gerbang yang bertulisan "SATUAN ANBU UTARA KONOHA" dalam huruf kanji. Tidak ada penjaga di luar, mungkin berada di dalamnya.
Sakura menutup matanya sejenak. Berdoa dalam hati. Semoga pekerjaannya lancar. Semoga pertemanannya aman dan tentram. Semoga dirinya tenang. Semoga urusannya selalu dipermudah. Terkahir, Sakura berdoa, semoga ia bisa menjadi lebih baik selama ada di sana.
Setelah itu ia kembali melangkah. Hingga mendekati gerbang, dua orang dengan pakaian Anbu keluar. Tidak, ternyata banyak Anbu yang sedang berdiri di sana. Apakah mereka sedang melakukan penyambutan untuknya?
"Haruno Sakura?"
Sakura mengangguk.
Kedua penjaga itu berpandangan. Lalu sama-sama meminggir, hingga sosok lain datang. Berdiri tengak dan gagah dengan jubah hitam dan pakaian khas Anbu yang begitu pas di tubuhnya. Plus tatapan datar dan aura berwibawa yang sedikit membuat Sakura merasa mulas tiba-tiba.
Ego Sakura seolah ditekan kuat-kuat hanya dengan tatapan yang diberikan laki-laki itu.
"Selamat datang di Utara Konoha. Selamat bergabung dengan kami dan semoga Anda bisa betah dan bisa bekerja sama dengan baik selama di sini."
Itu hanya sambutan singkat. Tapi Sakura merasa itu cukup. Karena suara laki-laki itu juga ternyata bisa membuatnya sedikit gemetar.
"Terima kasih." Sakura bersyukur nada suaranya tetap bisa kokoh dan terdengar jelas.
Begitu saja, kemudian orang-orang yang menyambut Sakura itu membelah diri kembali. Membiarkan laki-laki tadi berjalan dahulu dan Sakura mengikuti, lalu yang lainnya juga ikut mengikuti mereka.
Sakura dibawa menuju sebuah ruangan lebar yang sepertinya tempat di mana sering dijadikan ruang diskusi. Sangat lebar dan cukup menampung semua anggota Anbu yang ada.
Sakura di bawa ke bagian depan yang mana kursinya berhadapan dengan puluhan kursi yang lain. Ada sekitar 10 kursi dengan meja yang mungkin sebagai tempat para Kapten dan jajarannya duduk, menghadap anggota mereka.
Sakura duduk di kursi barisan paling depan khusus tempat anggota. Secara mengejutkan duduk seorang wanita yang membuat manik Sakura membulat. "Anko-senpai?" Cicit Sakura lirih.
Anko menoleh, tersenyum lebar pada gadis pink itu. Tapi ia tidak menyaut, kembali menatap ke depan. Sakura mengikuti itu. Kesepuluh kursi untuk petinggi-petinggi tadi juga sudah terisi, jadinya ia sungkan untuk mengajak Anko berbicara.
Keadaan beberapa saat kemudian hening. Menandakan semua orang sudah duduk di bangkunya masin-masing. Seorang laki-laki dengan senyum ramahnya berdiri dari salah satu kesepuluh kursi di depan itu. Orang mengenalnya dengan nama Akame No Zui.
"Sekali lagi, kami ucapkan selamat datang di Utara Konoha. Perkenalkan Aku adalah Akame No Zui, ketua devisi senjata panah." Kata laki-laki itu memperkenalkan diri pada Sakura.
Sakura merespon itu dengan anggukan dan senyum tipis.
Laki-laki disebelah Zui bergantian berdiri. "Aku Kaito Tzuma. Walau aku di jarang di sini, tapi posisiku adalah ketua penyerangan jarak dekat. Salam kenal, Sakura-chan..." Sapanya santai dan ramah.
Sakura terperangah, tersenyum canggung pada laki-laki itu. Ia ingat betul siapa sosok Kaito Tzuma. "Salam kenal juga, Tzuma-san...."
Kaito akan menyahut lagi, tapi sudah ditarik duduk kembali oleh Zui. "Jangan membuat keributan." Ancam Zui pelan, mematik raut masam Kaito.
Setelah Kaito, sosok yang juga Sakura kenal berdiri. Hyuga Neji. Ia ingat pernah bertemu laki-laki itu saat menemani Tenten dulu ke kediaman Hyuga. "Perkenalkan, Hyuga Neji. Ketua devisi serangan jarak jauh." Perkenalan diri yang singkat. Sakura juga hanya mengangguk menanggapi itu.
Berikutnya sosok perempuan satu-satunya yang ada diantara kesepuluh orang itu berdiri. Ia tidak tersenyum ramah, tapi entah kenapa Sakura malah merasa tertarik. "Aku Yuki No Hara. Ketua devisi informasi." Uhk, ternyata ini lebih singkat. Sakura merespon itu dengan senyum ramah.
Barulah sosok yang tadi sempat membuat jiwa Sakura meronta-ronta berdiri. Sosoknya berada di tengah-tengah kesepuluh orang itu. Jelas dengan jabatan paling tinggi, Sakura tahu itu. "Hatake Kakashi. Kapten Utama serta Penanggung jawab utama di sini. Segala urusanmu, akulah yang menaunginya."
Sakura menatap langsung manik yang kedua bola matanya berbeda warna. Sakura pun tahu, salah satu mata laki-laki itu adalah sharingan. Mata yang hanya dimiliki oleh clan Uchiha. Sakura juga tahu cerita di balik kepunyaan mata sharingan keturunan Hatake itu. Tatapan mata mereka sempat terkunci sejenak sebelum akhirnya Sakura lebih dulu menunduk dan membungkuk sopan sebagai sapaan paling tinggi.
Selanjutnya ada Hayate Gekko sebagai ketua divisi samurai/pedang, ada Aburame Enko sebagai ketua divisi pendukung, ada Shikamaru Nara sebagai ketua divisi strategi, ada Shimura Sai sebagai ketua divisi peperangan jalur udara, dan terakhir ada Yamato sebagai ketua divisi pertahanan.
Kesepuluh orang itu Sakura pandang bergantian. Mengenali masing-masing wajahnya. Kemudian berdiri dari duduknya, berjalan ke arah samping. Berdiri di sana agar sekaligus menghadap semua orang. Ia mengambil nafas dan menghembuskannya pelan. Menguatkan dirinya sebelum memulai perkenalan diri.
"Konnichiwa minna-san, Haruno Sakura desu. Dengan tugas langsung oleh Tsunade-sama, saya ditetapkan untuk bertugas di sini demi membantu dan menunjang kesehatan yang lebih baik untuk para Anbu Utara. Mohon bimbingan dan arahannya. Terima kasih." Setelah itu Sakura mengambil sikap bungkuk 30°.
Bersamaan dengan tepuk tangan meriah sebagai sambutan dari anggota Anbu lainnya. Sakura juga mendengar siulan-siulan mengoda yang sejak tadi saling saut-sautan. Sepertinya ini akan sangat berat.
To be continued....
Vote✨️
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CASE OF ANBU
FanfictionHaruno Sakura adalah anggota perempuan Anbu yang mendapat penempatan tugas di perbatasan Utara Konoha. Dia adalah sosok yang pendiam walau terkadang jadi sangat ekspresif saat sudah nyaman dengan orang lain. Di perbatasan, musuh yang dihadapi sangat...