'Alverissa[38]

95 4 0
                                    


Bugh

Arnold tersungkur ketika mendapatkan pukulan secara tiba-tiba. Ia memegang pipinya  dan menoleh ke orang yang memukulnya tadi yang tak lain adalah Alvero. Arnold lantas berdiri dan menatap tajam ke arah anak tirinya itu. Nafasnya tak beraturan. Ia sudah di puncak emosi. Arnold melayangkan pukulan keras kepada Alvero. Kali ini Alvero tidak diam seperti biasanya. Ia membalas pukulan Arnold. Rupanya tenaga Alvero jauh lebih besar daripada Arnold. Berkali-kali Alvero melayangkan pukulan ke beberapa bagian tubuh Arnold.

Arnold tersungkur. Dengan cepat Alvero menarik kerah kemeja Arnold. "Anda boleh menghina saya dengan cara apapun. Sampai muntah pun saya tidak akan bertindak. Tapi, saya tidak akan tinggal diam jika Anda menghina perempuan yang saya sayangi. Apa belum cukup Anda menyakiti ibu saya? APA BELUM CUKUP ANDA MELAKUKAN KEKERASAN KEPADA IBU SAYA? APA BELUM CUKUP ANDA MENJAUHKAN IBU SAYA DARI KEDUA SAHABAT PEREMPUANNYA? SAMPAI IBU SAYA DEPRESI. DIMANA LETAK AKAL SEHAT ANDA TUAN ARNOLD BASKARA?"

Bugh

Arnold melayangkan 1 pukulan lagi di rahang Alvero hingga membuat rahangnya robek. Setelah itu, ia pergi meninggalkan Alvero begitu saja. Clarissa yang ketakutan segera menyambar ke pelukan Alvero. Alvero membalas pelukan pacarnya itu lalu mengecup keningnya. "Ayo pulang,"

Alvero mengantar Clarissa sampai ke depan rumahnya. "Al, kamu masuk dulu yuk, aku obati luka kamu," ajak Clarissa.

Alvero tersenyum. "Makasih ya, tapi aku mau langsung pulang aja,"

"Beneran gapapa?"

"Gapapa sayang, aku pulang dulu ya?"

Clarissa mengangguk mengerti.

***

Arnold pulang dalam keadaan marah besar. Ia membuat Reyvan dan Claudia ketakutan dengan sikapnya. Mereka bersembunyi di kamar Reyvan. Menangis dan terus menangis. Mereka takut dan sangat mengkhawatirkan Alvero.

***

Keesokan paginya, Ervan melihat Zella yang sedang menenangkan Agatha yang menangis terisak.
"Ada apa ini?"

Zella menoleh. "Van, kita harus bertindak,"

Ervan mengerutkan keningnya. "Maksud kamu?"

Zella pun menceritakan semuanya kepada Ervan. Mulai dari Agatha yang akan dijodohkan dengan Alvero karena ayah mereka akan bekerjasama, sampai penyebab batalnya semua itu yang tak lain adalah Clarissa. Zella juga menceritakan bahwa ayah Alvero sangat membenci Alvero.
Mendengar cerita dari pacarnya, Ervan tersenyum smirk. Ia menemukan ide cemerlang. Setelah selama ini ia gagal melampiaskan dendamnya kepada Alvero, kini is merasa memiliki jalan keluar. Ervan pun menghampiri Agatha.

"Lo masih mau jadi pacar Alvero?" tanya Ervan.

"NGGAK! GUE BENCI ALVERO,"

Ervan tersenyum. "Gue bisa bantuin lo buat balas dendam,"

Agatha menoleh. "Gimana?"

"Pertama-tama, kasih gue nomor ponsel ayah Alvero,"

***

Clarissa terus-menerus bolak-balik dari ruang kelasnya dan ruang kelas Alvero. Ia panik karena Alvero tak kunjung datang. Semua pesan dan panggilan dari Clarissa pun diabaikan oleh Alvero. Bahkan ketika ia bertanya kepada semua orang ia temui di sekolah, tak ada satupun yang melihat Alvero. Padahal hari ini adalah ujian terakhir dan akan menjadi penentu kelulusan mereka. Tapi kenapa justru Alvero tidak ada?.

Di jam pulang sekolah, Clarissa masih setia menunggu Alvero. Ia yakin kalau Alvero akan menjemputnya. Ia menolak tawaran dari semua orang bahkan sahabat-sahabatnya untuk pulang bersama. Bahkan ia berbohong kepada keluarganya kalau ia ada kelas tambahan sehingga harus pulang lebih lambat.

Alverissa (Alvero Clarissa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang