'Alverissa[39] <END>>

223 8 6
                                    


Alvero dan Ervan masih saling bertatapan. Mereka berdua sama-sama mengingat kejadian masa lalu. Masa dimana gang nya dibubarkan.

"Lo masih ngungkit masalalu, Van?"

"Gue gaakan pernah lupain itu semua dan gue nggak akan pernah berhenti benci sama lo!"

"Cih! lo pikir gue nggak benci juga sama lo?"

"Lo yang bubarin gang kita egoo,"

"Gue lakuin itu karena kalian udah nggak sesuai misi awal, "

"Lo ilangin semua kebahagiaan gue,"

"Kebahagiaan? jadi kebahagiaan lo itu mabuk-mabukan? inget, Van. Dari awal elo yang nyetujuin candaan anggota lain. Dan latar belakang dibalik semua perubahan mereka itu juga lo!"

Bugh
Ervan memukul rahang Alvero.

"Gue dulu udah cegah lo buat bubarin gang itu. Gue udah bilang kalo mereka bisa berubah, Al! GUE UDAH BERUSAHA YAKININ LO! TAPI APA BALESAN LO? LO BUBARIN MEREKA, LO ILANGIN KEBAHAGIAAN GUE!! LO ILANGIN RUMAH TERNYAMAN GUE, AL!"

Mulut Alvero terkunci. Ervan pun melanjutkan kalimatnya. "Kalo gue gabisa bahagia, gue juga gaakan biarin lo bahagia, dan gue bakalan nyingkirin lo dari kehidupan gue. Selamanya!"

Bugh

Bugh

Bugh

Krak

Srett

Ervan memukul Alvero secara membabibuta. Ia juga memutar tangan Alvero hingga menimbulkan bunyi tulang patah. Selain itu, ia juga menyayat beberapa bagian tubuh Alvero menggunakan pisau kecil.

Clarissa yang melihat itu pun berontak berusaha melepaskan diri dari ikatan tali yang sangat kuat. Mulutnya di plester sehingga ia tak bisa berteriak. Melihat kebrutalan Ervan dan kepanikan Clarissa, mereka yang ada disana pun tertawa puas sambil bertepuk tangan seolah-olah sedang berpesta.

Setelah Ervan sudah puas melampiaskan emosinya, Ia membuka ikatan Alvero yang sudah tak berdaya itu. Zella juga membuka plester dan ikatan Clarissa. Tanpa aba-aba, Clarissa langsung berdiri. Ia hendak berlari menghampiri Alvero. Namun, rencana jahat mereka tak sampai disitu. Agatha melempar sebuah balok kayu ke arah Clarissa sehingga ia jatuh tersungkur dan kepalanya menghantam lantai. Mereka semua menertawakan Clarissa. Clarissa berusaha berdiri walaupun darah segar mengalir dari dahinya.
Clarissa berlari menghampiri Alvero. Ia memeluk Alvero sebentar lalu membantunya berdiri.

Hujan deras mengguyur malam kota Jakarta. Malam minggu yang seharusnya menjadi malam paling santai dan cocok untuk kencan, berubah menjadi malam yang sunyi. Sepasang muda mudi berdiri berhadapan di dalam sebuah gedung terbengkalai dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Luka di sekujur tubuh mereka, luka dalam hati mereka seolah menyatu dengan suara petir menyambar dan hujan yang tak kunjung reda sedari pukul 17.00.

"Gue nggak bakalan nyerah clar, gue bakal terus berjuang demi hubungan kita" Alvero mencoba menghibur Clarissa yang sudah menangis sedari tadi.

"Aku takut al, aku takut"

"Jangan takut, gue disini dan bakal selalu disini. Gue nggak akan biarin mereka nyakitin lo kayak gini lagi. Gue bakal lindungin lo"

"Kamu nggak takut sama ancaman mereka?"

"Nggak ada yang bisa bikin gue takut, nggak ada yang bikin seorang Alvero goyah. Percaya sama gue, Clarissa" Alvero meyakinkan kekasihnya

"Al?"

"Gue pengen bebas clar. Dari kecil gue udah dikurung keinginan seseorang yang bahkan gaada hubungan darah sama gue. Gue capek dikekang clar, mulai sekarang gue harus lakuin apapun yang bisa bikin gue bahagia"

Alverissa (Alvero Clarissa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang