beberapa hari berlalu, perusahaan yang Gulf tempati sedang mengalami kebocoran data yang Gulf sendiri baru tahu saat dirinya berada di kantor
setiap pimpinan divisi di panggil untuk meeting dengan atasan. jelas saja semuanya takut karena terakhir kalinya mereka mengalami kebocoran data, nama perusahaan langsung anjlok dan di cap jelek dengan masyarakat
Gulf berjalan melewati depan ruangan meeting, dia melihat office boy yang ragu untuk masuk memberikan minuman
"mau saya bantu?"
"tidak perlu pak, saya tidak mau merepotkan"
"tidak apa apa" Gulf mengambil salah satu plastik yang berisi minum yang di pegang oleh office boy tersebut
Gulf mengetuk pintu ruangan tersebut, lalu masuk kemudian Gulf dan office boy membagikan minuman dingin itu pada setiap orang yang ada diruangan tersebut
saat Gulf sudah selesai, salah satu yang ada disana menceletukan opininya "karyawan baru kali tuh yang ngebocorin"
Gulf terhenti karena merasa hanya dia yang menjadi karyawan baru sampai detik ini. Gulf menoleh ke sumber suara dan melihat karyawan lain sudah menatapnya curiga
"saya?" Gulf menunjuk diri sendiri dengan bingung
"iyaa, karena sebelum kamu ada disini data perusahaan aman kok"
"saya cuma karyawan biasa pak, jadi tidak mungkin saya membocorkan data perusahaan"
"karyawan biasa tidak menutup kemungkinan bahwa kamu tidak membocorkan data perusahaan"
"iya memang benar, tapi apakah tampang saya yang seperti ini terlihat bisa memiliki relasi dari perusahaan lain? yang bahkan saya sendiri tidak tahu perusahaan itu ada di kota ini"
"Gulf, apa kamu kesal dengan perlakuan seniormu yang semana mena dengan dirimu hingga kemungkinan besar kamu membocorkan data perusahaan?" senior yang pada divisinya menghampiri Gulf dan bertanya dengan lembut
"kamu bisa meninggalkan ruangan ini? saya gapapa kok" bisik Gulf pada office boy yang adil di belakangnya. lalu dia keluar dari ruangan itu
"pak sumpah, saya tidak ada niat seperti itu. saya memang lelah saat senior memanfaatkan tenaga saya tapi saya sama sekali tidak ada rasa kesal pada senior karena saya sangat bersyukur bisa bekerja disini" lanjut gulf
"kamu kembalilah ke tempatmu, saya percaya sama kamu" ucap seniornya
"baik pak"
"emang boleh sepercaya itu sama anak buah sendiri?"
"boleh, karena saya yang benar-benar tahu apa saja yang dikerjakan oleh tim saya. saya juga sampai saat ini masih mengarahkan apa saja yang akan dia kerjakan dan saya kira dengan pekerjaan yang dia lakukan serta deadline yang sebentar dia tidak akan ada waktu untuk mengorek informasi tentang data perusahaan ini"
"Gulf kemarilah" panggil ayah dari tempat duduknya
Gulf berjalan menghadap ayah yang duduk disana dan mendengarkan perdebatan dari karyawan lainnya
"iya pak?"
ayahnya menarik nafas lalu mengeluarkannya dengan kasar, dia sudah muak dengan ucapan yang menuduh Gulf dalam masalah ini. ayahnya merangkul Gulf yang membuat Gulf berdiri bersebelahan padanya
"duduk semuanya, saya tau kalian trauma dengan kejadian ini. tapi bisa saya pastikan kejadian yang lalu tidak akan terulang lagi. tadi saya sudah katakan untuk menunggu hasil dari pelacakan yang dilakukan oleh orang suruhan saya? kenapa kalian ga bisa menunggu?"
"dengan kalian menuduh anak baru ini yang melakukannya bukan berarti saya harus percaya dengan ucapan kalian. kalian tau anak baru yang kalian tuduh dan kalian tatap dengan kecurigaan itu adalah anak yang sudah saya anggap menjadi anak saya sendiri. bahkan jika kalian tau pemegang saham terbesar pada perusahaan ini adalah kakeknya dia"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙿𝚁𝙸𝚅𝙰𝚃𝙴 𝚃𝚄𝚃𝙾𝚁𝙸𝙽𝙶 [𝙼𝙴𝚆𝙶𝚄𝙻𝙵] 𝙴𝙽𝙳
Short Story[BL STORY] SHORT STORY Takdir yang mempertemukan mereka namun takdir juga yang memisahkan mereka. Itulah kehidupan, mereka hanya bisa berencana tapi hanya Tuhan yang bisa menentukannya