Bruk!
Arkin terjatuh duduk pada lantai kamar di domainnya, napasnya tersengal dan dadanya sakit Arkin tidak menyangka ini harga yang harus dibayar karena bertemu (Name) dengan tubuh aslinya.
"Kau lemah," sosok berjubah mengangkat Arkin dalam gendongan, Arkin meringis matanya terpejam satu saat yang lain menatap sayu.
"Cerewet! Ini juga kesalahanmu, andai dulu kau tidak ceroboh, putriku dan anak sialmu tidak akan begini!"
Sosok bertudung tertawa, perlahan meletakan Arkin di ranjang.
"Masalalu biarlah berlalu, aku akan menebusnya sekarang. Tidak seperti dulu."
"Ya kau harus! Karena mu, putriku sial terus dan aku harus terikat denganmu, Death!" ujar Arkin kesal, matanya melotot tajam pada sosok bertudung yang adalah Dewa kematian.
Biarlah Arkin marah-marah sepuasnya dengan tenaga terakhirnya jika bisa, Arkin ingin memukul sosok didepannya ini.
Kematian terkekeh, menarik selimut lalu menunduk mengecup kecil kening Arkin. Yang, menghasilkan tatapan jengah dari sang Dewa Siodona.
"Istirahatlah, kau tidak bisa menggunakan tubuh ini untuk dua tahun kedepan."
Arkin mendengus, matanya terpejam akan usapan pada surainya.
Kali ini, Arkin akan melupakan kemarahannya dulu pada Death. Arkin lelah, tubuh aslinya butuh istirahat. Arkin telah banyak melanggar aturan dunia untuk mendatangkan sesuatu yang sudah mati kembali kedunia ini terlebih, itu dari dunia lain. Tubuhnya sekarang sedang dibatasi oleh aturan itu sendiri.
Tapi, setidaknya dia senang karena bisa membuat putrinya memiliki harapan lain dengan kedatangan dua sosok itu nanti.
"Aku tahu, lagipula aku sudah memprediksikan hal ini akan terjadi. Jadi aku sudah mempersiapkan semuanya." bisik Arkin dengan senyuman tipis, sebelum jatuh kedalam tidur panjangnya.
Death mendengus kecil akan ucapan Arkin.
"Yang bodoh disini aku atau kau? Terlalu memaksakan diri." gumam Death sebelum menghilang dari domain Arkin.
Meninggalkan sang Dewa Siodona yang sedang tertidur lelap dalam tidur kebadaiannya yang sementara.
.
.
.
.
«❀»Sraak
Sraak
Krak!Jantung (Name) berdegup kencang saat mendengar suara itu, dimana itu adalah suara gesekan daun dan ranting pada langkah dari sesuatu.
' Apakah itu hewan buas? ' pikir (Name).
Semak belukar yang bergoyang membuat (Name) was-was, diambilnya kayu asal untuk pertahanan diri.
Sraak
"(Name)...?"
Napas (Name) tercekat, dia lega juga terkejut akan kedatangan Alberu.
Yang keluar dari semak belukar adalah sosok Alberu yang masih mengenakan setelan formal putra mahkota.
Terlihat jelas jika Alberu sangat cemas saat mendengar kabar menghilangnya (Name). Alberu bahkan langsung meninggalkan ruangan rapat, dengan membabi buta sangat mahkota mencari putri di istana dan ibukota.
Tapi tidak ada satupun tanda bahwa (Name) pernah disana. Saat akan menyerah karena hari sudah malam, Alberu mengingat tempat pertama dirinya bertemu (Name).
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
Teen Fiction"Senja selalu mengingatkan ku akan warna rambutmu, Begitupun malam. Mereka senyap dan damai, sama seperti saat kau mendengarkan keluh kesah ku."