Dalam beberapa hari, Cale selalu tegang dan sibuk, bahkan tidak ada waktu untuknya menyesuaikan diri dengan keluarganya yang masih hidup.
Dan hari itu datang, sesuatu yang dikhawatirkan olehnya,
"Kau bilang apa Ron?"
"Saya akan pergi bersama Count-nim untuk menemaninya dalam pertemuan penguasa wilayah."
Cale tertegun sejenak sebelum memijat pelipisnya, Ron menatap hal itu dengan alis terangkat satu.
"Tenang saja Tuan muda, Count-nim akan membawa tuan muda Basen, jadi anda bisa bersantai dan beristirahat."
Cale menatap dalam Ron, dia memberikan isyarat agar Ron keluar.
"Pergilah,"
Setelah melihat kepergian Ron, Cale meluruh di sofa dengan tangan menutupi mata dan mulut bergumam getir.
"Pertemuan penguasa wilayah, Ron pergi bersama Ayah... lalu, kematian Caelan yang misterius pada saat itu." Cale mendesah lelah, menyingkirkan tangannya mata coklat kemerahan itu menatap teduh pada lampu gantung kamar. "Aku tidak tahu putraku diracuni dengan cara apa, jadi aku hanya menyiapkan dua rencana saja."
Cale melirik pada pohon bunga yang berbentuk kuncup berduri berwarna hijau dan pada bagian paling atas dari bunga itu berwarna ungu berduri yang terkadang terbuka dan menutup. Itu termasuk tumbuhan sihir yang dapat mendeteksi racun dan mana mati, nama bunga itu adalah Lophiolepis.
Dia hanya berharap,
"Semua akan baik-baik saja... "
«❀»
•Istana Ragweed
Prang!
Amber membanting cangkir, dia mengacak-acak meja yang tersaji manisan kecil. Seharusnya ini adalah waktu minum tehnya dengan santai, tetapi berita yang dibawa membuatnya kesal tak kepalang.
"Kau bilang apa? Gadis murahan itu melahirkan cucu pertama Raja?!" mata biru itu menatap tajam pada pelayan wanita yang menyampaikan berita. "Bagaimana bisa?!!"
Sraak
Prang!"Kenapa gadis itu selalu menghancurkan semua rencanaku? Kenapa?!! Aku hanya ingin Alberu, itu saja!"
Prang!
"Kenapa cucu pertama Raja harus darinya?! Seharusnya itu anakku dan Alver! ARGHH!"
Prang!
Sang pelayan bergetar melihat tuan putri yang biasanya terlihat cantik dan anggun di depan publik menjadi begitu mengerikan. Amber menghancurkan segalanya, terlihat sangat..
‘ Tidak waras. ’
"Kau!"
"Ya---Ya putri?!"
Amber berbalik berjalan menuju pelayan itu, dia mengambil surai pirang kotor sang pelayan dan memutarnya dijari. Mata birunya menatap dengan kegilaan pada coklat hitam sang pelayan.
"Kau tahu apa yang harus dilakukan, bukan?" tangan yang berdarah karena tergores oleh benda pecah itu mengantongi sesuatu pada pelayan, "Bunuh anak haram itu, buat kematiannya seburuk mungkin."
Pelayan itu menggeleng,
"Apa? Tidak bisa?" Amber berpikir, kekesalan berputar-putar di mata nya. "Begitu, Artinya kau merelakan keluargamu mati hmm... "
"Tidak! Tunggu putri, bukan begitu maksud saya!" sang pelayan berlutut, dia memohon, keputusasaan pada mata itu membuat Amber menyeringai.
"Lalu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
Teen Fiction"Senja selalu mengingatkan ku akan warna rambutmu, Begitupun malam. Mereka senyap dan damai, sama seperti saat kau mendengarkan keluh kesah ku."