16. Takzir

2K 76 8
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

°°°
"Ambil tanggung jawab dan inisiatif untuk diri sendiri. Berhentilah menyalahkan keadaanmu pada apa yang dapat kamu ubah"

°°°

°

°

°

"KURANG AJAR BANGET LO JADI ORANG!! LO NGADUIN GUE SAMA ARGA KE GUS HANIF? CEPU BANGET SIH LO! KALAU BERANI LAWAN GUE!! JANGAN BERANINYA MAIN DI BELAKANG!! DASAR PENGECUT!!!" teriak Haura

Setelah bertemu dengan Jihan dan memastikan bahwa Dena ada di dalam kamar, Haura menghampiri Dena yang sedang tengkurap di ranjang sambil membaca novel dan menarik jilbab Dena dari belakang dengan kencang. Haura benar-benar marah. Ia tidak senang jika ada yang berani mengusik dirinya dari belakang

"Aww sakitt" lirih Dena sambil memegang tangan Haura yang menarik rambutnya. Jilbabnya sudah terlepas akibat tarikan Haura yang terlalu kasar dan membuat jarum pentulnya jatuh entah kemana

Dena tak tinggal diam. Ia membalas Haura dengan menarik jilbab Haura dan menjambak rambutnya. Alhasil keduanya pun saling jambak-menjambak

"Astaghfirullah hal adzim, mbak Haura berhenti" lerai Jihan. Ia memegang bahu Haura agar berhenti menjambak Dena

"DIAM LO!! INI URUSAN GUE SAMA SETAN SATU INI. PERGI!! JANGAN GANGGU GUE!!" Haura menyikut tubuh Jihan dengan sangat keras dan membuat Jihan tersungkur jatuh

"Aku harus cari Arsila" Jihan berlalu pergi untuk mencari Arsila. Ia adalah ketua kamar tersebut, Jihan berharap semoga Arsila dapat melerai mereka berdua. Ia tak berani untuk mengadu ke keamanan pesantren, ia takut nanti masalahnya tambah semakin runyam kalau keamanan ikut andil dalam menyelesaikannya

"JAWAB SETAN!! LO KAN YANG NGADU KE GUS HANIF TENTANG GUE SAMA ARGA!! DAN LO JUGA YANG NGASIH SURAT DARI ARGA KE GUS HANIF!!"

"JANGAN SEMBARANGAN LO KALAU NGOMONG!! GUE GAK NGELAKUIN ITU!! GAK GUNA GUE SIMPAN SAMPAH MURAHAN DARI ARGA BUAT LO!! SAMPAH TEMPATNYA DI TEMPAT SAMPAH. BUAT APA GUE SIMPAN!!"

"MASIH GAK MAU NGAKU LO SETAN!!" Haura menjambak rambut Dena semakin keras, begitupun dengan Dena membalas menjambak Haura

"Aww" rintih keduanya

"Astaghfirullah hal adzim, mbak Haura, mbak Dena berhenti" ucap Arsila yang melerai keduanya. Ia berusaha untuk melepaskan tangan keduanya yang saling menjambak

Ia tadi sedang berada di perpustakaan, lalu Jihan menghampirinya dan menceritakan tentang masalah yang terjadi

"Tenang mbak, kita bicarakan baik-baik. Jangan sampai keamanan tahu. Nanti satu kamar bisa kena hukuman"

"Persetan dengan hukuman!! Gue gak peduli! Dia cari masalah duluan ke gue! Oke gue jabanin" jawab Haura

"Lo pikir gue takut HAH?!!" ucap Dena

Jihan berdiri di luar kamar dan menjaga pintu kamar asrama, ia takut ada keamanan yang berkeliling

"Waduh ada ustadzah Laila" gumam Jihan ketika melihat ustadzahnya keluar dari kamar asrama lain dan berjalan menghampiri Jihan

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam ustadzah" jawab Jihan sambil mencium tangan Laila

"Apa Arsila ada di dalam? Saya ingin bicara"

"Emm... itu ustadzah anu.." Jihan menggaruk kepalanya, ia bingung harus menjawab apa

'Aduhh harus jawab apa ini. Nanti kalau bilang ada, pasti ustadzah bakal masuk kamar. Ketahuan deh kalau mbak Haura sama mbak Dena lagi berantem' batin Jihan

GUS HANIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang