Happy reading ❤️
Starteu~~
-
-
-Peat telah lama tidak menggerakkan setiap sendi di tubuhnya untuk mengikuti alunan musik, sangat lama hingga dia lupa bagaimana rasanya menari itu bagi Peat.
Bagaimana bisa dia lupa pada rasa ini, pada bagaimana dia begitu suka pada menari.
Benar kata Fort, hidup telah begitu kejam padanya.
Ah! Benar Fort! Peat hampir saja melupakan yang lebih muda itu.
Ketika alunan musik berhenti, Peat menemukan yang lebih muda menatapnya dengan penuh puja.
Kemudian hanya ada sepasang mata yang saling menatap, Peat sangka itu hanya perasaannya selama ini. Namun ketika yang lebih muda itu berdiri dan berjalan kebawah cahaya, ketempat dimana dia berada. Peat tak dapat menyangkalnya, yang lebih muda itu jelas punya rasa untuknya.
Dan ketika Fort memberinya senyum bahagia diiringi tatapan memuja sambil berkata, "itu sangat indah phi Peat"
Peat hampir saja terkejut dengan ribuan kupu-kupu yang menggila di perutnya. Lalu saat sekali lagi yang lebih muda tersenyum begitu manisnya, Peat mengira waktu disekitarnya tak lagi bekerja.
Rupa-rupanya begini ya rasanya jatuh cinta, Peat hampir lupa bagaimana rasanya.
"Terimakasih" jawab Peat sebisanya, mencoba tidak terdengar malu.
Dan lagi-lagi hanya dua pasang mata yang saling menatap. Peat membiarkan dirinya tenggelam pada sepasang manik kelam milik yang lebih muda.
Batinnya bertanya, kira-kira apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa yang akan terjadi setelah ini?
"Phi Peat?"
Suara lembut Fort memasuki Indra pendengarannya, "hmm?"
Lagi-lagi yang lebih muda tersenyum lembut, menatapnya dengan hati-hati. Pipinya nampak memerah, "bisakah aku memiliki nomor telepon mu?"
Peat tak bisa menahan tawanya, benar juga. Sudah lebih dari sebulan lamanya mereka saling mengenal tapi mereka hanya sekedar tau nama. Padahal jaman telah sangat maju, konyol sekali mereka.
"Bagaimana kita masih berteman sampai saat ini hmm? Nomor saja kita tak punya"
Tawa renyah milik Fort terdengar, astaga Peat rasa dirinya benar-benar suka orang di depannya ini. Sangat suka!
Bagaimana ini, Peat tak seharusnya suka dia. Ini benar-benar akan merepotkan nantinya, Peat yakin itu.
"Jadi?" Tanya yang lebih muda.
Lagi-lagi Peat tertawa, kemudian memberi gestur meminta. Dan dengan senang hati Fort menyerahkan ponselnya.
Tak perlu waktu lama bagi Peat untuk mengetik sejumlah angka yang telah dia ingat diluar kepala.
Yang lebih muda itu menunggu dengan damai, ia bahkan tak melepaskan pandangannya dari Peat. Dan Peat tau itu. Jadi saat Peat telah selesai mengetik sejumlah angka yang dia ingat di luar kepala itu, Peat segera mengembalikan si ponsel pintar kepada pemiliknya.
Peat pikir Fort akan langsung meletakkan ponselnya di saku, tapi yang lebih muda itu justru menelpon nomor Peat sehingga ponsel milik Peat berbunyi.
Peat kembali tertawa dan yang lebih muda tersenyum lebar, "nomor ku phi, jangan lupa di simpan"
Peat tak mengerti, tak ada kalimat suka yang terucap dari kedua bibir mereka, namun malam itu terasa begitu intens. Seolah mereka telah sama-sama tau bagaimana hati dari masing-masing individu.
Dalam perjalanan pulang, Peat terus tersenyum.
Jalan pulangnya malam itu kenapa terasa berbeda ya? Padahal Peat memilih jalan yang sama seperti malam-malam yang lainnya. Jadi kenapa terasa berbeda?
Kenapa lampu-lampu jalan terasa lebih terang? Apakah lampunya di ganti dengan yang baru? Kenapa pagar-pagar rumah yang dia lewati terlihat lebih berwarna? Apakah mereka di cat ulang?
Apakah jatuh cinta memang selalu begini? Peat tak ingat jika jatuh cinta dapat membuat mu berhalusinasi seperti ini. Apa bagini rasanya saat orang-orang memakai obat-obatan terlarang?
Lalu langkah Peat berhenti tepat di bawah lampu jalan yang juga bersinar terang. Peat meraba pada area dada, di rasakan degup jantung yang lebih cepat dari biasanya itu. Kemudia menghela nafas, "sampai kapan ini akan terasa semanis ini?"
-
-
-Peat menjalani paginya seperti biasa bangun, mandi, bersiap, dan sarapan. Pagi yang selalu sama, seharusnya seperti itu. Tapi pagi itu nampaknya agak sedikit berbeda ketika ponsel pintarnya berbunyi menandakan sebuah pesan masuk. Ketika Peat memeriksanya dan membaca nama siapa yang tertera di layar ponselnya, senyum mengembang begitu saja tanpa bisa dia cegah.
Selamat pagi phi Peat :)
Kenapa anak itu lucu sekali sih!
Pagi. Balas Peat di chat.
Tak perlu waktu lama hingga yang disebrang sana membalas.
Apakah tidur mu nyenyak?
Peat baru saja akan membalas pesan itu ketika, "oyyyy ada yang tersenyum saat melihat ponselnya~~"
Peat memutar matanya malas, itu Ploy adik perempuannya. Orang paling menyebalkan yang pernah Peat kenal.
"Siapa itu hmm~~"
Lihatlah itu, ingin sekali Peat lempar wajahnya dengan segelas garam!
"Makan makanan mu dan berhenti mengoceh. Jam berapa ini? Kau akan terlambat sekolah"
Tapi bukannya berhenti, Ploy justru semakin menjadi, "uuuu ibu sepertinya kau akan segera punya menantu!"
Yang paling tua tertawa kecil, "sudah Ploy, benar kata kakak mu. Sebentar lagi kau harus berangkat sekolah"
Ploy cemberut dan Peat tersenyum bahagia, Peat beri wajah mengejek pada adik perempuannya itu.
Tapi baru saja Peat merasa bahagia...
"Kapan kau akan membawa calon menantu ibu Peat?"
Senyum Peat luntur, sepertinya terlalu cepat baginya untuk merayakan kemenangan atas adiknya itu dan semakin diperburuk dengan tawa kemenangan dari adik perempuannya, adik sialan! Bagaimana dia bisa lupa kalau ibu dan adiknya itu adalah partner in crime kalau soal membully Peat.
Baiklah Peat menyerah untuk mendapatkan pagi yang tenang.
Ponselnya kembali berbunyi,
Aku harap kau mendapat tidur yang nyenyak tadi malam :)
Dan hancur sudah, Peat ingin sekali meremas ponselnya.
Fort kenapa manis sekali sih! Batin Peat gemas. Tidak tau saja jika adik dan ibunya sedang menatapnya dengan tatapan geli bercampur curiga.
TBC.
Note :
Ini chapter fav ku sejauh ini ehehee :)
Hope u guys like it.
Saran dah kritik nya yaaa
Votmennya juga boleh :)
Bye see u next chap!
KAMU SEDANG MEMBACA
under the light | FortPeat
FanfictionFort menemukan dirinya terpukau pada sosok yang sedang menari tepat dibawah lampu jalan malam itu. Dan Peat pikir waktu seakan berhenti ketika tepat di bawah lampu jalan malam itu sosok itu tersenyum dengan sangat bahagia. Untuk nama karakter, tempa...