malam terakhir

226 17 8
                                    

Happy reading ❤️

Starteu~~

-
-
-

P

eat menjadi begitu gugup di bawah tatapan wanita paruh baya didepannya ini. Wanita itu tersenyum tipis, tapi itu sama sekali tidak menghilangkan gugup yang Peat rasakan

"Tidak usah takut nak Peat, aku tidak menggigit" ucapnya sambil menyesap teh hijau yang sejak 5 menit lalu di sajikan oleh pelayan di rumah teh itu.

"Tidak suka teh?"

Peat menggeleng, bingung ingin menjawab apa. Bagaimana dia mengatakan kalau dirinya merasa sangat terintimidasi oleh sosok didepannya ini tanpa menyinggung?

Dosa apa yang sebenarnya kulakukan di kehidupan yang lalu?

Dengan gugup dirinya membawa segelas teh Jasmine itu untuk dicicipi. Rasa teh dengan bau bunga melati memenuhi mulutnya. Peat tak mau tau berapa harga segelas teh ini.

"Maaf nyonya, tapi bisakah aku tau kau ini siapa?"

Wanita itu kembali membawa kedua sudut bibirnya ke atas membentuk kurva. Dan Peat merasa bersalah karena telah bertanya.

Jika boleh jujur, Peat telah memiliki beberapa bayangan tentang siapa sosok didepannya ini.

"Oh aku sungguh tidak sopan, bagaimana aku lupa untuk memperkenalkan diri. Namaku Boonsri Sengngai"

Sengngai. Dan Peat terdiam, maniknya menatap segelas teh Jasmine di depannya. Dia tau hari ini akan datang.

"Dari ekspresi wajahmu, sepertinya kau tau siapa aku"

Yang lebih muda hanya mengangguk sebagai jawaban. Jika Peat tidak salah, maka orang di depannya ini adalah keluarga Fort. Peat tau Fort memiliki seorang kakak perempuan, tapi mereka hanya berbeda beberapa tahun. Jadi orang didepannya ini kemungkinan adalah ibunya Fort.

"Aku akan langsung ke intinya, tinggalkan Fort"

Peat membeku, dia tau, sangat tau bahwa ini akan terjadi. Tapi siapa sangka bahwa ini ternyata lebih menakutkan dari yang ia bayangkan.

"Aku tau kau anak yang baik nak Peat. Aku juga tau bahwa hubungan kalian saat ini murni karena cinta tapi.." nyonya Sengngai men jeda kalimatnya, tangannya mengelus pinggir cangkir keramik berisi teh miliknya.

"...kau tidak berpikir bahwa hubungan kalian akan bertahan selamanya bukan?"

Peat masih diam. Kemudian helaan nafas memasuki indra pendengaran miliknya.

"Aku harap tidak, karena percayalah anak muda. Hubungan kalian saat ini hanya akan menjadi masalah nantinya, bagimu, juga bagi Fort. Aku tau bahkan saat ini kau memiliki hidup yang sulit"

Kalimat itu membuat Peat mengeratkan genggamannya pada cangkir teh miliknya.

"Kau memata-matai ku?" Peat mencoba untuk tidak terdengar marah saat ini. Oh mungkin lebih tepatnya dia mencoba untuk tidak terlihat malu.

"Tentu, apa yang kau harap aku lakukan. Fort adalah satu-satunya pewaris yang ku punya Peat. Tentu aku ingin tau siapa yang anak ku saat ini kencani. Apakah mereka pantas atau tidak"

Dan Peat tidak perlu mendongak untuk tau bahwa sosok didepannya ini sedang memandang rendah kepadanya.

"Tenang saja nak Peat. Ini tidak seperti informasi hidupmu se-berharga itu untuk ku jual"

Peat menggertakkan giginya. Kemudian helaan nafas kembali terdengar dari lawan bicaranya.

"Biar kukatakan ini nak Peat. Kehidupan orang-orang seperti kami tidak seindah yang terlihat...."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

under the light | FortPeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang