Catatan: Scene ini berada di Chapter 32, 34, 35, 37 dari Husbandfree
Sepanjang perjalanan pulang, Victor tak henti-hentinya mengomeli kebodohanku hingga selama itu juga aku hanya menunduk sendu penuh rasa bersalah sambil memaki diri sendiri dalam benak. Benar, aku istri tak berguna, harusnya aku bisa mengalahkan wanita gila itu, bagaimanapun caranya. Bukannya bungkam karena fakta yang dia putar-putar sedemikian rupa hingga tak ada celah mencela, dia mengukung pergerakan lidah kami dengan membongkar segalanya tanpa ragu.
Aku harus bisa mengalahkannya!
Ini semua demi suamiku tercinta.
Demi keluargaku tercinta.
Aku tak mau kami diinjak, lagi dan lagi.
Tak akan.
"Melissa si miskin, ayahnya cuman pemulung, ibunya pengangguran, orang tua sama rumahnya dekil banget makanya dia juga jelek dan bau! Iuh!" Ejekan demi ejekan itu terbayang di kepalaku, gadis kecil polos yang dulu ceria karena merasa hal-hal sederhana indah dari orang tuaku sudah cukup bagiku.
Jatuh ke dasar jurang karena ungkapan demi ungkapan mereka. Hinaan, cacian, segalanya ....
Mereka bahkan membuatku sempat membenci keluargaku, nasibku, dan diriku sendiri akan hal itu. Aku yang selalu ingin bersekolah di sekolah elite, semakin minder, meski otakku begitu encer, terinjak, terludahi, terhina.
"Aku akan berusaha jadi lebih baik, Victor. Aku bakalan nyari cara buat ... menghadapi wanita itu," kataku penuh keyakinan setelah ia selesai mengomeliku. Namun, dia hanya diam, aku tahu dia pasti sangat kecewa jadi aku berjanji tak akan mengecewakannya.
Mobil berhenti, aku dan Victor keluar mobil duluan, dan membiarkan Queen dijemput pengasuhnya. Aku harus fokus dan belajar menaikkan skill-ku. Demi Victor karena dialah sosok paling berjasa di masa lalu.
Saat dulu, masa-masa terburukku di sekolah, dia mengulurkan tangan padaku dan memberikanku banyak harapan, oh tak hanya harapan, pula bantuan, selayaknya pangeran berkuda putih yang membawa putri yang terjebak di menara bersama naga jahat di dalamnya. Dia memberikanku banyak hal, tak hanya padaku, pada orang tuaku dan kehidupanku, taraf kami naik signifikan menjadi sosok berada. Timbal baliknya hanya satu, aku memberikan segala kejeniusanku pada Victor demi mengalahkan sepupunya yang cupu itu.
Aku sangat dekat dengannya sedari kami sekolah dasar, dia sosok anak laki-laki yang entah kenapa amat cerdas dan dewasa tak seperti anak kebanyakan, dia juga amat baik, hingga aku amat kagum padanya sampai saat ini. Berada di sisinya, mencium aroma tubuhnya, dan paling aku banggakan kala kami bersanding di pelaminan dan bercinta di ranjang. Walau sakit karena dia kasar, tapi tak sebanding dengan bahagiaku saat itu juga terlebih kami dikaruniai Queen, walau kami sebenarnya sangat ingin anak lelaki.
Sudah sepantasnya aku jadi istri sempurna untuknya yang juga sempurna.
Mempersolek diri, belajar ragam hal, keseharianku menjadi istri super untuk Victor.
"Aku berencana ingin membuka toko kue," kata Victor tiba-tiba saat aku baru saja meletakkan makanan yang aku masak di hadapannya.
Sebagai istri sempurna, luar dalam, aku harus pandai dengan segala hal itu. Termasuk keseharian IRT yang melayani suaminya, wanita cerdas adalah salah satu faktor paling bagus.
Namun, kembali ke pernyataan suamiku itu, aku mengerutkan kening. "Toko kue?"
"Aku rasa percuma sudah, perusahaan itu tak akan kembali padaku, Om dan Tante tak akan menanggapi permainan kita. Namun, kalau aku berhasil di satu ini, adalah hal bagus."
"Mommy, where is my food?"
"Queen, diamlah saat orang tua tengah bicara, ambillah punyamu sendiri." Aku menatap anakku yang hanya diam sambil menuju ke meja tempat makanan berada, dia harusnya mengerti orang tuanya tengah berbicara hal penting. "Setahuku, Romansa itu wanita karier yang punya usaha sampingan toko kue ...."
"Ya, aku ingin menyaingi wanita itu, wanita itu berada di atas Ajun, dia pantas menjadi saingan," kata suamiku, tersenyum penuh arti, dan jujur saja aku cemburu dengan pujiannya. "Dia wanita yang sama sekali tak pantas bersama Arjuna, dia terlalu hebat untuk pria itu."
Kembali, batinku tercabik karena ucapan priaku tersebut.
"Tidak seperti yang aku punya saat ini, tak berguna." Aku menahan air mata yang ingin keluar saat dia mengatakannya, perih sekali, sesak.
Tidak, jangan katakan hal seperti itu lagi, apa Victor ingin meninggalkanku?
"Victor, aku akan berusaha melebihi wanita itu, aku pasti bisa karena dia ... dia cuma wanita gila."
"Then try harder." Victor menatap datar padaku yang menatapnya penuh keyakinan. "Keyakinan tak ada gunanya, buktikan kamu istriku dan pantas bersaing dengan wanita hebat itu."
Aku bisa merasakan mataku berembun, Victor tampak tersenyum dan aku segera membuang pandangan.
"Tangisan tak berguna, Melissa. Tangisan tak menyelesaikan masalah." Aku masih terdiam, sementara Victor mulai menyantap makanannya.
Aku pun duduk di tempatku, mulai menikmati makanan kami, sampai aku sadar Queen tak kembali dari mengambil makanannya di meja dapur dan pergi entah ke mana. Ya sudahlah, dia mungkin bersama pengasuhnya, dan aku hanya perlu fokus mengisi otakku dengan pelajaran demi pelajaran yang ada. Selayaknya aku anak kuliahan.
Sementara aku terus belajar dan menjadi ibu rumah tangga nan baik, aku juga mengekori Victor untuk menolongnya membuka usaha terbaru dengan modal tabungan kami. Tentunya, aku wanita penggaet calon klien kerja sama, investor, dan aku rasa aku sangat baik melakukannya karena Victor memujiku.
"Kerja bagus kali ini." Victor mendekatiku dengan senyum manisnya, wajahnya lalu mendekat padaku, aku kira akan ada ciuman setelah itu. "Dan akan lebih baik kamu bisa juga merendahkan wanita hebat itu suatu saat nanti, jangan sampai sebaliknya."
Deg!
Jantungku mencelus, benar, masih ada batu loncatan yang harus kami urus, tetapi tak akan lama itu akan selesai.
Berikutnya, pesta pernikahan Arjuna dan Romansa, kami memamerkan usaha baru kami dan Arjuna tampak gelisah. Romansa mungkin akan biasa saja, tetapi nanti lihat saja, persaingan ini akan mudah kami menangkan.
Setidaknya, itu yang aku ekspektasikan.
"Arghhh! Sial sial sial!" Usaha Victor tak terlalu berjalan lancar, omzetnya di bawah perkiraan dan ternyata memang tak semudah itu memiliki usaha sendiri. Priaku mengamuk di kamar dan aku hanya bisa diam memandanginya yang mulai menghamburkan sekitar. Kamar kami jadi porak-poranda dan sungguh, aku sangat ketakutan.
Lalu berikutnya, dia menunjuk wajahku. "Kamu, andai saja yang saat ini Romansa di sini, mungkin dia sudah bisa membantuku! Kamu sama sekali tak membantu, kamu menghancurkan segalanya! Dasar istri tak berguna! Argh!"
Usai makian itu, Victor keluar dari kamar dan menghempaskan pintu, tubuhku terkesiap karena suara hempasan itu yang amat kencang. Tentunya, perasaanku kembali sakit, perih teriris karena dikatakan gagal mengalahkan wanita itu, wanita yang selalu dipuji hebat oleh suamiku bahkan terang-terangan bilang menginginkan wanita itu bersama dia, bukannya aku.
Hati wanita mana yang tak sakit akan ungkapannya?
Mataku mulai basah, meski aku mewanti karena tangisan--tak ada gunanya. Namun, aku tak tahan, sudah terlalu lama aku menahan emosi ini, emosi yang sebenarnya dimiliki dan pantas digunakan oleh manusia ....
![](https://img.wattpad.com/cover/248836956-288-k367667.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife Out! [tamat]
Romance[21+] Bucin itu bisa membuat GOBLOK! Seperti kebanyakan memakan micin, itulah yang Melissa Isaac--atau yang sekarang Ozora--sadari setelah hampir 9 tahun pernikahan ia dan seorang Victor Ozora. Pria ambisius yang sangat menginginkan berdiri di atas...