1; wife out!

3.2K 143 21
                                    

Catatan: Scene ini berada di Chapter 32 dari Husbandfree

Aku memikirkan masa-masa kala masih memakai baju seragam putih dengan rok mini kotak-kotak. Tubuh kecil ringkih berkacamata ini berjalan dengan segala penampilan sederhananya, agak dekil, tas usang, sepatu kotor kebesaran, tanpa aksesoris selain pita mungil di kepala yang didapat bapak saat kami berdua jalan-jalan cari angin, ibu membersihkannya dan semuanya tampak sempurna.

"Kamu cantik, Meli Sayang." Itu pujian ibu dan bapak, kepercayaan diriku naik berkali lipat.

Setidaknya otak polosku saat itu tak terlalu memikirkan tatapan sinis orang-orang yang menatap, anak-anak berpakaian bagus, rapi, tas bermerk dan sepatu mengkilap, mahal. Satu-satunya yang bisa membawaku ke jenjang ini hanyalah otakku. Beasiswa. Aku kalangan bawah, bagi mereka yang berduit.

"Eh eh, kamu!" Seorang anak perempuan beraksesoris amat imut memanggilku, aku kira dia akan jadi teman pertamaku. "Kamu itu pake pita jelek banget, agak dekil, dapet dari tong sampah ya?"

"Hehe iya, tapi masih bagus, kok. Soalnya udah dibersihin Ibuku. Aku makin cantik." Aku menjawab polos penuh percaya diri, dan mereka mendelik sejenak sebelum akhirnya tertawa. Ekspresiku membingung, tetapi aku terlalu polos memikirkan itu adalah bentuk ejekan dan malah ikut tertawa bersama mereka.

Walau kemudian, tawa mereka berhenti, dengan mata mendelik.

"Melissa, cepatlah!" Aku terperanjat akan suara yang menyadarkanku dari lamunan, spontan menoleh ke sumber suara, seorang pria tampan yang selalu jadi idolaku, si pemilik netra abu-abu tajam dan rahang tegasnya--Victor Ozora. "Kamu sudah dandan dan selesai sama Queen? Kita harus datang sebelum Zoey datang."

"Sebentar, ya." Aku menyelesaikan mengikat pita di rambut Queen, putri semata wayang kami, kemudian menatap anakku di cermin, anakku yang berpakaian modis, cantik berseri, putih bersih mirip ayahnya. Bayangan aku di masa kecil, dibandingkan Queen, aku amat bersyukur dia tak seperti itu.

"Melissa!" Kembali aku terperanjat karena suara Victor lebih tinggi.

"Ba-baik, Victor." Aku menuruti patuh, selayaknya istri pada suaminya, karena aku amat mencintai Victor, aku beruntung memilikinya karena banyak sekali wanita yang antre ingin bersanding dengannya. Sosok sempurna yang pantas berada di atas segalanya.

Dan saat ini, kami akan pergi ke rumah Arjuna dan istri sialannya itu demi menuntut balas. Karena dialah, Victor kehilangan kedudukan di perusahaan, padahal dari segi mana pun, Victor lebih pantas mendapatkannya. Dia unggul dalam segala hal, dia suamiku, dan aku sebagai istrinya harus membela priaku bagaimanapun caranya.

Aku sudah sangat percaya diri bersama suamiku, karena Arjuna tipe pria yang kecil meski badannya besar. Dia gampang berkecil hati, sungguh tak pantas dijadikan pemimpin sama sekali, beda jauh dengan suamiku yang tegas berwibawa. Keberuntungan baginya hanya punya privilege dan kemudian punya anak--pewaris keluarga Thomas. Padahal perjuangan suamiku sangat berjasa bagi perusahaan mereka.

Akan tetapi yang aku dengar, itu kecelakaan yang tak diinginkan antara atasan dan asisten pribadi, kasus yang sungguh tidak bermoral dan berpendidikan, skandal besar yang harusnya tersebar dan menghancurkan Arjuna. Terlebih padahal, Ajun juga mandul, mencurigakan untuk dikorek dan dibuka, aku yakin kaki ini akan berpijak di kepala mereka. Bisa saja faktor kesengajaan--yang diatur sedemikian rupa walau bau busuk akan tercium suatu saat nanti.

Kami pun memasuki mobil, siap sedia dengan ragam skenario menyenangkan yang sudah kami siapkan berikutnya, mobil pun dijalankan Victor.

"Zoey akan datang, bukan?" tanya Victor, fokus menyetir.

"Ya, tapi sepertinya sedikit agak telat." Aku menjawab, dia mengangguk seraya sekilas menatapku dengan sorot tajamnya.

"Ingatlah, Melissa, jadilah wanita pandai di hadapan wanita satu ini, kamu harus jauh lebih cerdik darinya karena kamu wanita cerdas." Aku tersenyum malu-malu, bagiku itu pujian termanis dari Victor, meski tak ada nada mesra ataupun hangat. Dia memang pria berkepribadian dingin, tapi itulah sisi manisnya.

"Tentu, Sayang, aku akan menunjukkan bakatku. Aku kan belajar dari ahlinya." Victor yang mengajariku banyak hal agar aku tak mudah diinjak seperti zaman dulu, dan dari logika--jika tak mau diinjak, maka jangan berada di bawah kaki orang lain.

Sebaliknya, jadilah yang menginjak!

Aku harus selalu di atas, dan di sisi Victor.

"Good, aku mengandalkanmu." Sebenarnya aku sangat ingin, setidaknya dia mengusap kepalaku lembut, tetapi aku sadar dia tengah mengemudi. Terlalu berbahaya.

Tak butuh waktu lama, kami sampai di rumah Arjuna, penjagaan terlihat lebih ketat dari sebelumnya, kami sempat kesulitan masuk tetapi syukurlah diperbolehkan saat Victor membujuk salah seorang dari mereka. Duh, pasti mereka sangat ketakutan akan kehadiran kami, lemah sekali.

Semakin tak pantas saja pengecut itu menjadi pemimpin perusahaan.

Zoey masih belum datang kala kami akhirnya dipersilakan masuk usai ragan pemeriksaan selayaknya kami ini diutus untuk melakukan pembunuhan, dan menemukan Arjuna bersama istrinya, Romansa Nugraha kalau tak salah, ternyata ada di ruang tengah, bermain bersama tiga anak kembar mereka yang aku sadari, mirip dengan foto Arjuna saat bayi--foto itu terekspos bebas di ruang tengah hingga banyak yang tahu wajah tiny Arjuna itu sebelum diungsikan entah ke ruangan mana. Aku sedikit meneguk saliva kelat, sungguh anaknya?

Tidak, tidak, perlu diselidiki lebih jauh.

Lihat juga, wajah Arjuna, si lembek itu kelihatan tak nyaman. Sementara istri nikah kilat hasil MBA itu--kelihatan santai. Aku tersenyum santai menatapnya yang sok sekali, padahal aku tahu gestur siaga pengecutnya, dia kira dia ratu hanya karena bersanding dengan beruang pemalu itu?

Dih.

Ajun si pengecut langsung bertanya kedatangan kami, ekspresinya begitu gamblang, membuatnya terasa seperti mangsa amat empuk dipermainkan. Tak pantas memiliki jabatan sama sekali.

Lalu, wanita itu pun, sok anggun sekali saat kami berkenalan, tunggu saja kedatangan seseorang yang akan meningkatkan tekanan di atmosfer mereka.

Kedatangan wanita dari masa lalu Ajun, adalah umpan terbaik yang kami punya.

Namun, awal yang aku kira akan berjalan lancar karena skenario yang disiapkan, harus hancur berantakan karena ekspekstasi tak seperti realita. Di luar nalarku ... Romansa itu, wanita yang begitu bar-bar dan agak gila.

Lalu, kebar-barannya dan kegilaannya itulah, yang membuatnya terkesan jauh lebih pandai memainkan peran antagonis licik yang lebih bagus dari siapa pun. Aku dibuat mati kutu, pun pula suamiku, termasuk Zoey yang bahkan memutuskan akhirnya kabur dari sana dengan wajah tak nyaman.

Dan karena kami tak punya rencana cadangan, akhirnya Victor memutuskan pulang, aku amat merasa bersalah ... kenapa dia lihai sekali dan aku ... aku yang ahlinya dibuat mati kutu?

"Vi-Victor ...."

"Wanita itu lagi-lagi menghajarku, secara harfiah!" Victor menghentakkan tangan ke kemudi dengan frustrasi, saat melirik ke belakang anakku tampak sedikit menjauh dari sisi belakang ayahnya. "Kenapa kamu tidak bisa menghadapinya, Melissa?! Kenapa?! Harusnya kamu sesama wanita tahu cara menghadapinya, tapi nyatanya ... memalukan!"

Aku tersentak akan ungkapan priaku itu.

Wife Out! [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang