04

70 10 1
                                    

Happy Reading!



"Untuk memberi hormat posisikan kaki dibelakang kaki yang lain, tekuk lutut, tundukkan kepala sedikit, dan membungkuk lebih dalam dengan tempo sedikit lama"

"Lakukan seperti yang saya contohkan lady" titahnya setelah memperagakannya.

Astrella mendengus. Namun tetap melakukan perintah guru tata krama tersebut tapi saat membungkuk ia melakukannya lebih dalam dari yang diajarkan.

"Saya harap pada kesempatan lain, Lady dapat melakukannya dengan benar"

"Selanjutnya perbaiki cara berjalan anda. Berdiri dengan tegap. Pandangan kedepan dan berjalan lah dengan anggun."

"Jangan sampai lilin di kedua sisi tersebut padam Lady" Astrella mengangguk mengerti lalu mulai melangkahkan kaki ke depan.

"Bagaimana?" Tanya Astrella dengan tersenyum tanpa merasa bersalah. Jangan kira Astrella akan patuh seperti anak baik ya.

Guru etiket itu hanya bisa menghela nafas pasrah. Perempuan yang saat ini tersenyum itu melakukannya dengan tidak benar. Semua lilin pada kedua sisi tersebut dibuat padam.

"Ikuti saya" Astrella mengikutinya. Lalu sampailah ia pada sebuah ruangan yang berisi beraneka macam makanan. Tanpa menuggu waktu lagi ia langsung duduk dan segera menyantapnya. Perlu kalian ketahui, Astrella merupakan perempuan maniak makan garis keras.

"Tunggu Lady" wanita itu mencekal tangan Astrella ketika hendak mengambil makanan di meja.

"Turunkan kaki anda. Tidak sopan saat ingin makan kaki anda terangkat satu" Astrella acuh sehingga membuat guru itu geram dan menurunkan kakinya paksa agar bersila, Astrella tetap menaikkan kakinya kembali. Bukan bermaksud tidak sopan, tapi inilah kebiasaan pada dunianya yang tak dapat diubah.

Guru etiket itu menghembuskan nafas berulang kali agar emosinya tidak meledak. "Baiklah"

"Cara makan yang benar sesuai etiket bangsawan adalah anda harus-" ucapannya tergantung saat melihat perempuan dengan netra zambrud itu makan menggunakan tangan. Sama sekali tidak mencerminkan seorang putri.

Senyum kemenangan mencuat saat netranya menangkap wajah tertekan dan tanpa sepatah kata, guru tata krama yang dikirimkan ayahnya pergi.

🐊🐊🐊

"Kamu tau apa kesalahanmu?" Tanyanya mentatap putrinya tajam namun tetap terselip kelembutan disana.

"Maaf.." akunya salah dengan menjewer kedua telinganya. Ia paling tak berdaya jika sudah dihadapkan dengan kemarahan sang ayah. Sekecil apapun itu.

"Tapi Astrella tidak ingin guru tata krama lagi. Aku bisa melakukannya dengan baik" lanjutnya dengan menatap netra ayahnya yakin.

"Tapi-"

"Lihat ayah" setelahnya Astrella mempraktekkan beberapa etiket bangsawan dengan benar tanpa kesalahan sedikitpun. Ini sangat mudah baginya. Karena semasa sekolahnya dulu dijejali materi sejarah begitu banyak.

Pria paruh baya itu mengerutkan kening bingung. Apa yang ia lihat sekarang berbanding terbalik dengan apa yang disampaikan guru tatakrama Astrella. Tapi ia tak memusingkan hal itu. Mungkin memang guru yang ia kirim tidak profesional. Pandangannya teralih pada sang putri tampak ingin mengemukaan sesuatu.

"Sebenarnya ayah, daripada ayah mengirim guru tata krama, aku tertarik pada sesuatu"

"Jika baik, maka akan ayah kabulkan"

"Aku ingin belajar memanah, berkuda, dan berpedang"

Sang ayah terperangah. Ia sedikit ragu untuk mengiyakan. Mau bagaimanapun putrinya tersebut adalah harta berharga satu-satunya yang ia miliki. "Apa kamu yakin" Astrella mengangguk yakin.

Become QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang