Happy Reading!
•
•
•
•
Astrella memacu kudanya menuju pelosok kota. Ia senang akhirnya dapat menghirup udara segar setelah sekian lama terkurung di istana. Namun ia sadar ayahnya melakukan itu karena semata-mata tidak ingin sesuatu hal buruk terjadi padanya.Selama diperjalanan Astrella dibuat terkagum-kagum dengan pemandangan yang ia lihat. Tampak sungai dengan air yang sangat jernih ketika ia menyebrangi jembatan. Ia dapat menangkap jelas ikan didalam sana.
Ia kembali memacu kudanya setelah puas menikmati keindahan tersebut. Jika dikota tempat tinggalnya dulu yang ia sering temui adalah gedung pencakar langit. Serta padatnya kendaraan.
Tempat tinggal bagi penduduk pada abad ini cukup unik dan keren menurutnya. Bangunan sederhana berukiran Naga pada setiap pilarnya. Pada setiap sisi rumah terdapat beraneka tanaman yang asing dimatanya tapi indah . Lalu kendaraan yang digunakan adalah kereta kuda.
Kuda hitam itu semakin dipacu saat telinganya mendengar riuhnya suasana kota. Setelah sampai Astrella turun lalu mengikat kuda hitam itu pada sebuah pohon. "Diam lah disini ya Max. Aku akan kembali membawa apel untukmu" titahnya seraya mengusap kepala kuda tersebut. Setelah memastikan ikatan kuat ia segera beranjak dari sana.
"Pertama kita pergi terlebih dahulu mencari makan tentu saja" langkah kakinya menuntun pada stand makanan yang sangat menarik perhatiannya ketika tiba pertama kali.
Seseorang pria terkekeh melihat perempuan itu tampak berbinar di sebuah kedai makanan. "Apakah perut kecil nya itu mampu menampung semua makanan itu?"
"Saya kira bertugas untuk menemani anda melakukan inspeksi atau hal penting lainnya" decaknya kesal pada pria yang saat ini memusatkan pada perempuan berhanfu hijau yang sedang memakan sebuah makanan dengan lahap.
"Ini adalah tugas penting dari ayah mertua, Ben."
"Jika kau masih mengeluh dan menggerutu lagi maka akan kusuruh dirimu menemani Zeus bermain" peringatnya tanpa mengalihkan pandangannya pada objek.
Ben menggeleng panik bergidik ngeri. "Tidak yang mulia, terima kasih" masih teringat jelas sejak terakhir kali ia dipaksa menemani sang kaisar bermain dengan zaus yakni singa kesayangan. Betapa mengerikannya saat hewan tersebut menggeram.
Pandangannya seketika menajam melihat banyak orang yang menatap gadisnya dengan tatapan tidak suka. Namun gadis itu tampak tidak peduli. "Apakah kita perlu menyingkirkannya yang mulia?"
"Selama mereka tidak menyakiti Ratuku maka biarkan saja" Ben manggut-manggut mengerti.
Sedangkan perempuan yang sedari tadi diperhatikan itu sangat menikmati makanan yang ia beli. "Makanan disini enak sekali. Tapi bagaimana dengan makanan yang tidak habis ini?" Pandangan sedih tersorot pada sebagian plastik berisi makanan belum tersentuh sama sekali. Ah! Dia tau akan diapakan makanan ini.
Astrella beranjak menuju suatu tempat tidak jauh dari sini. Setelah sampai ia menghampiri anak-anak kecil tersebut. Pakaian kumuh dan kotor. Serta tubuh yang amat kurus.
Ketika langkah kakinya semakin dekat dengan anak kecil tersebut. Mereka mundur tampak terlihat takut. Astrella mengerti. Pasti karena banyak rumor buruk beredar tentangnya.
Dengan pandangan hangat, Astrella mendekat dan mensejajarkan diri pada mereka lalu memberikan makanan yang ia bawa. Mereka tampak ragu untuk menerimanya. "Kalian tidak perlu takut, aku tidak akan melakukan hal buruk pada kalian" tuturnya lembut.
"Bagaimana bisa kami yakin anda tidak akan menyakiti kami?" Sahut salah satu diantara mereka.
"Apakah wajahku ini terlihat seperti penjahat?" Tanya Astrella cemberut. Mereka menggelengkan kepala polos.
"Wajah kakak terlihat cantik" ucap salah satu anak laki-laki paling kecil diantara mereka dengan menyembulkan kepala malu-malu dari para abang nya yang terlihat seperti melindungi. Astrella terbahak melihat ekspresi menggemaskan itu.
"Ambilah." Bujuk Astrella lagi.
"Bukankah tempat ini ramai? Jika aku menyakiti kalian maka kalian bisa berteriak meminta tolong"
Mereka manggut-manggut membenarkan. "Perut Anzel lapar kak" celetuk si paling kecil. Salah satu diantara mereka mewakili menerima makanan di dalam keresek tersebut.
"Dan ini aku ada sesuatu lagi untuk kalian" Astrella memberikan sebuah kain kecil berisi koin emas kepada mereka.
Mereka terperangah melihat uang itu. Tangannya bergetar memegang uang itu. Seumur-umur mereka belum pernah memegang uang sebanyak itu. "Tapi.. kami tidak tau harus membalas kakak bagaimana?" mereka tersedu tanpa kata semuanya memeluk Astrella.
Astrella membalas pelukan tangan kecil itu tanpa jijik. Orang-orang yang berlalu lalang melihat itu tak percaya. Beberapa orang melontarkan pujian kepadanya.
Sepertinya rumor yang beredar tidak benar. Perempuan cantik dan baik hati seperti ini tidak mungkin begitu. Pikir mereka.
"Terima kasih kakak cantik" Astrella tersenyum hangat.
"Sangat cocok menjadi permaisuriku." Siul nya bangga.
🐊🐊🐊
"Apakah menyenangkan?"
"Tentu saja ayah! Aku membelikan ini untuk ayah" Astrella menyodorkan sebuah jaket berbulu dengan sulaman naga.
"Pekan depan akan tiba musim dingin. Kenakanlah itu agar tubuh ayah hangat" Astrella senang ketika Ayahnya tampak menyukai pemberiannya.
"Putriku ini manis sekali. Apa yang sedang kau inginkan hm?"
Astrella cengengesan ketika niat terselubungnya diketahui. "Aku ingin pergi ketempat kediaman kaisar ayah"
"Apakah kau sekarang sudah tertarik dengannya?" Tanya sang ayah menggoda.
"Huh! Tentu saja tidak. Dia sangat menyebalkan. Pelatihan terakhir yang dia berikan harus di kediamannya ayah" elaknya bersunggut-sungut.
"Apakah kau tidak tertarik padanya setelah dua pekan ini menghabiskan waktu bersama?" Sang ayah tersenyum geli tatkala melihat gelagat putrinya. Menundukkan kepala menutupi rona kemerahan pada kedua pipi putihnya.
"Astrella letih ayah, aku akan pergi ke kamar untuk istirahat" pamitnya spontan menghindari pertanyaan yang membuatnya malu serta tatapan menggoda ayahnya. Sungguh ia tidak sanggup lagi berada di sana.
Setelah keluar dari ruangan itu Astrella meraup oksigen sebanyak-banyaknya. "Asli malu banget Anjir" pekiknya mengibas-ngibas tangan didepan wajah.
"Anjir itu apa putri, saya baru mendengarnya" tanya seorang pelayan muda yang ia tunjuk kemarin menjadi pelayan pribadi.
"Apakah kau sangat penasaran Rose?" Tampak pelayan itu mengangguk dengan tatapan polosnnya.
Sekali kali jail tidak apa-apa kan. "Anjir itu artinya keren. Tapi kalimat itu tidak boleh kau ucapkan pada sembarang orang"
"Baik putri, saya akan mengingatnya"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Become Queen
FantasyAstrella Xiosen merasakan penyesalan diakhir kehidupannya. Pilihan salah yang ia buat menghantarkan dirinya pada takdir buruk. Pada acara sakral tersebut ia bersumpah untuk diberikan kehidupan kedua untuk membalas rasa sakit yang ia terima. Sumpah i...