08

56 5 1
                                    

Happy Reading!




Sejak menginjakkan kaki di dunia ini Astrella baru menyadari sesuatu. Ia jarang sekali melihat seseorang menggunakan elemen sihir.

Astrella memandang pantulan dirinya dicermin dengan pandangan rumit. "Rose apakah kau memiliki elemen sihir?"

"Pada abad ini hanya segelintir orang saja yang memiliki elemen sihir. Dan sebagian besarnya hanya keluarga kerajaan dan kekaisaran saja yang memiliki Lady." Jelas Rose kembali menyisir surai Astrella.

"Saya hanyalah seorang budak dari anak Baron Putri." Tambahnya tersenyum kecil.

"Jangan berkecil hati Rose. Aku pun sama dengan dirimu."

"Anda masih ada kesempatan Putri. Saat usia anda memasuki 18 tahun bertepatan dengan debutante anda. Pada saat itu jika anda mewarisi elemen sihir maka kekuatan anda akan bangkit."

"Jadi ditentukan saat usia 18 tahun ya."

"Benar putri"

"Apakah kita bisa memilih elemen sihir yang kita inginkan?"

"Tidak bisa putri. Tapi umumnya keluarga kerajaan dan kekaisaran dapat mewarisi elemen sihir tingkat tinggi"

"Tingkatan Elemen tingkat tinggi?"

"Benar putri, Elemen sihir kegelapan dan Elemen sihir cahaya" ucap Rose seraya  mengepang rambut coklat tersebut.

"Tinggalkan aku sendiri Rose. Aku akan pergi ke perpustakaan" Rose meangguk beranjak keluar setelah mengikat kepangan itu.

🐊🐊🐊

"Yang mulia kenapa sejak tadi anda seperti cacing kepanasan?" Pandangannya merasa sedikit terganggu melihat pria dengan bahu bidang itu mondar mandir tidak jelas. Sesekali mengetuk dagunya berlagak memikirkan sesuatu hal penting. Ben menggelengkan kepala tidak habis fikir, mengatur strategi perang saja tidak sebegininnya.

"Diam Ben. Daripada kau tidak berguna, lebih baik kau berikan stampel  semua kertas itu" kode kaisar  pada setumpuk kertas menggunung tersebut.

"Tapi bukankah itu tugas-" ketika hendak melontarkan argumennya, kalimat itu harus ia telan bulat-bulat.

"Balasan untukmu saat kau mengataiku kemarin"

"Tapi-"

"Kerjakan atau akan berlipat?" Ucap Kaisar mutlak menatap tajam pria tampak memelas pasrah mengerjakan tugasnya.

Pria berjubah merah dengan sulaman singa tersebut kembali bergerak mondar-mandir di dalam ruangan tersebut.

"Apakah anda rindu dengan gadis pujaan anda yang mulia" tebak Ben. Tampaknya memang Ben tidak bisa jika tidak cerewet.

"Bukankah dalam waktu dekat akan tiba musim dingin?" Kalimat itu tak dijawab kaisar. Tapi kaisar tetap mendengarnya.

"Berikanlah jaket atau apapun itu untuk menghangatkan tubuh. Menurut saya, perhatian kecil tersebut dapat membuat perempuan berbunga-bunga"

"Benarkah?"

"Jadi sedari tadi anda memikirkan itu" Ben menatap netra merah yang tampak menghindari tatapannya. Seperti sedang gugup tatkala tertangkap basah.

Become QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang