bagian 01

146 27 104
                                    


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Kita usaha sholawat dulu ya?
Mana tau dengan sholawat ini, menjadi salah satu amalan yang bisa membantu kita menuju surga-Nya Allah SWT.

۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞



Dunia

Beat irama lagu terdengar semakin asik, ketika seseorang menggabungkannya dengan lampu warna kelap kelip. Suara riuh dari berbagai sumber pun membuat suasana semakin panas.

Berbagi model rambut dan stylish mewah dari berbagai seluruh dunia bercampur baur menjadi satu di dalam ruangan ini.

"Aku tidak bohong!"

Empat orang anak remaja yang tengah asik berbincang, spontan menoleh ke arah sumber suara yang kini menjadi titik tuju orang-orang sekitar.

Suaranya begitu tinggi sampai berhasil mengambil alih musik yang sedang dinikmati orang-orang.

"Ini ulahmu! Kamu yang berjanji akan bertanggung jawab. Sekarang apa?"


"Stop!"

"Tapi ka—"

"Kita bicarakan di tempat lain!"

"Ya, nggak gitu. Gue nggak percaya aja, mana bisa lo lompat dari jendela. Mengingat kamar lo kan, gak mungkin" cakap sahabatnya itu, Azilyan Siregar.

"Nyatanya berhasil, kan?" balasnya dengan wajah sombong seraya mengangkat kedua bahu.

Memang sebelum ia tiba, teman-temannya tidak percaya kalau dirinya akan hadir di acara ini. Mengingat ia di sekap di kamarnya cukup membuat mereka tidak berharap lebih.

Namun kehadirannya yang telat ini cukup membuatnya senang karena bisa hadir di acara terpenting ini.

"Jadi?"

Rivaldi sejenak berpikir. "Telat! tapi ada sesi, mau?" dengan cepat ia mengangguk seraya berdiri penuh semangat.

"Yaudah ayo!" seru Rifal tak kalah semangat.

Plak!

Rifal meringis kala kulit lengan kanan yang tadinya bersuhu normal menjadi tinggi. Sentuhan tangan Alvi berhasil menciptakan rasa panas dan kemerahan.

"Sakit Vi astaga! kalau mukul kira-kira, ini kulit!" gerutu Rifal pada laki-laki disampingnya.

"Kebiasaan, kenapa malah setuju tanpa diskusi? Pokoknya gue gak izinin!" bentak Azil, salah satu sahabat yang terbilang cukup normal dari mereka.

Memutuskan sesuatu tanpa berdiskusi adalah hal yang selalu Rifal lakukan. Maka menurut Alvi bogeman selalu menjadi pilihan terbaik untuk menghukumnya.

Rifal menampilkan wajah masamnya pada Azil.

"Duduk!" pinta Azil tegas.

"Gue juga ngga bakal ikutan, ingat orang tua lo di rumah! Udah di kurung bukanya tobat ini malah menjadi-jadi!" imbuh Alvi berpihak pada Azil.

"Ngga bakal terjadi apa-apa, gue jamin!" ucapnya menyakinkan kedua sahabatnya. Seraya duduk setelah menyadari Rifal sudah dari tadi duduk.

Adzan Adikhallah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang