bagian 08

31 8 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞


Typonya berantakan.

Tindakan ketukan layar kalian itu sangat berarti buat aku.


Sematkan📌
Barangsiapa lupa shalat atau ketiduran maka tebusannya ialah melakukannya pada saat dia ingat. (HR. Ahmad)

Start reading




"Assalamualaikum pak Harjono?" Suara yang begitu nyaring berhasil masuk ke rungu paruh baya itu. Tidak heran lagi, karena sebelumnya mereka memang selalu seperti ini, penyapaan itu selalu begitu ketika datang ke tempatnya.

Aktivitas yang ia lakukan pun terhenti. "Waalaikumusalam, gimana kabarnya? Lama ya liburannya" salam balik.

"Alhamdulillah baik pak" jawab mereka serentak.

Dilya, Rauna dan Raya mulai berseluncur mencari target. Sedangkan Alesha masih berdiam diri sambil mengajak pak Harjono mengobrol.

"Bapak gimana kabarnya, baik?" Pak Harjono mengangguk-angguk.

"Alhamdulillah baik, ini nak Alesha mau cari genre yang sama seperti biasanya?" Tanya pak Harjono sembari membersihkan rak buku yang tak jauh dari keberadaan mereka berbincang.

Alesha mengangguk. "Iya pak, yang baru ada?"

"Banyak" jawab pak Harjono sembari mengangkat telunjuknya dan mengarahkannya pada ujung penglihatannya. "Bagian sudut kiri sana ya?"

Melihat telunjuk itu, Alesha pun berpaling ke arah sana. "Oh iya pak. Saya ke sana dulu" pak Harjono tersenyum melihat langkah Alesha yang bergegas pergi.

Jemari yang lentik dengan kuku berukuran kecil itu mengintai segala sampul buku yang ia lalui. Matanya tak berpaling dari setiap judul buku yang ia lalui. Bibirnya pun tak putus dan puas membaca banyaknya buku yang berjejeran rapi dengan judul yang berbeda.

"Ketika hutan bersaksi?"

Tiga kata yang sudah menjadi sebuah kalimat itu merenggut lembut perasaannya. Ia menggapai sampul buku itu disertai dengan senyuman yang mengembang.

"Menarik!" Simpulnya. Ia jadi teringat sesuatu.

Dengan pergerakan buru-buru ia merampas kasar buku itu dari tempat nyamannya, agar tidak diambil oleh orang lain seperti di cerita-cerita yang pernah ia baca. Tidak mungkin kan dirinya harus berdebat dulu dengan orang yang mempunyai rasa tertarik yang sama dengan buku ini. Terus melalui banyak fase untuk mendapatkan buku itu kembali.

"Astaghfirullah!" Sentak nya dengan wajah panik.

Bukannya menghindari timbulnya drama-drama, ia malah menyambutnya dengan terang-terangan tanpa sengaja. Dengan cepat, ia berjalan ke mana arah buku itu jatuh.

"Kenapa jatuhnya ke sana sih?" Benaknya melihat buku itu jatuh bukan ke depannya melainkan ke sisi lain, yakni jatuh di depan rak bagian sisi belakang.

Adzan Adikhallah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang