bagian 04

30 7 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞


Disematkan 📌

Dari Abu Dzar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jika seseorang di antara kamu mendirikan sholat maka janganlah ia mengusap butir-butir pasir (yang menempel pada dahinya) karena rahmat selalu bersamanya." Riwayat Imam Lima dengan sanad yang shahih. Ahmad menambahkan: "Usaplah sekali atau biarkan."



Selamat membaca


Alesha mondar-mandir melihat serta memikirkan strategi bagaimana mendapatkan benda itu. Sedangkan yang lain masih sibuk bertanya, memastikan apakah itu benar-benar barang Gus Farhan atau tidak.

Ide cemerlang sigap menghampiri.

Dengan antusias Rauna mengutarakan sarannya yang mungkin saja bisa membantu.

"Kalian balik duluan aja, nanti aku yang ambil"

"Ini beneran?" Dilya terlihat begitu senang namun sedikit ragu. Sedangkan Azwa geleng-geleng kepala melihat keberanian Rauna.

"Makasih loh Ra"

"Sama-sama, udah sana balik nanti aku sama Alesh yang nyari" spontan Alesha berpaling. "Kamu juga udah basah kuyup, pasti kedinginan, kan?"

"Aku?" Tanya Alesha memastikan. Bukan apa, takutnya ia salah dengar.

Rauna mengangkat kedua alisnya. "Gapapa kan?"

Alesha mengangguk.

Kenapa harus menabur duri hanya untuk diperhatikan?

"Ya udah, kalian balik. Tenang ada kita. Bilang aja aku sama Alesh sekalian nyari kayu bakar" tambah Rauna.

"Makasih loh Ra, kamu mau apa biar aku bikinin?"

Rauna menggeleng. "Gak usah"

Dilya mengangguk mengerti, keduanya pun pergi. Peralatan makan yang sudah selesai dicuci pun ikut pergi.

Setelah keduanya menghilang, Alesha berjalan lebih dulu. "Ayo pergi!" Bukan antusias, mengingat waktu terang yang akan habis membuatnya buru-buru.

"Alesh, kamu kalah kan pas di bus tadi?"

Alesha yang tadinya membelakangi Rauna spontan kembali menoleh pada sosok Rauna yang masih berdiam diri ditempatnya.

Sejenak ia berpikir tentang dirinya yang kalah dalam games yang mereka mainkan tadi. Alesha mengangguk kaku. "Iya, kenapa?"

"Soal permintaan itu" Alesha sedikit memicing, terbesit dipikirannya jika Rauna akan berkata seperti yang ia pikirkan.

"Jangan bilang..., gak mungkin deh."

⛅⛅⛅

Beberapa rombongan akhwat, tanpa sengaja menatap kedua wanita yang baru saja tiba dari arah luar area perkemahan. Sedangkan yang ditatap begitu merasa risih karena kedatangan mereka langsung dituding dengan tatapan yang mengenaskan.

"Azwa? Lekuk tubuh aku kelihatan ya?"

"Mm? Ah iya, sedikit terbentuk"

"Tolong jalan di depan aku ya? Malu kalau harus dilihat seperti ini"

Adzan Adikhallah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang