bagian 15

21 2 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞


Typonya berantakan!

Selamat membaca ✨

Setelah pulang dari sholat isya berjamaah. Kini Alesha melanjutkan belajarnya. Jika tidak, mungkin saja semester ini nilainya bisa turun.

Raya kini sudah tepar. Ia begitu lelah karena tadi sebelum sholat subuh ia harus mencuci pakaiannya. Jadi waktu istirahatnya tidak cukup.

Sedangkan Rauna dan Dilya kini sedang asik mengobrol. Sudah beberapa topik yang mereka bicarakan selama perjalanan menuju asrama, tapi rasanya tidak cukup. Nyatanya sampai sekarang ada saja pembahasan yang tidak membuat mereka berhenti bicara.

"Aku sampai lupa tanyain kamu Ra"

"Soal apa?"

"Tamu Abah yang dari pesantren Darul Hikmah. Gimana, ada tambahan koleksi lagi?" Dilya menaikturunkan alisnya menatap Rauna.

"Nggak ada, kamu ini. Kemarin yang datang ada kiyai Ahmad, kiyai Ridwan dan para ustadz ustadz lainnya. Gak kenal banyak cuma ingat ustadz Zaki, Yusuf, Azrul. Selebihnya gak tau" papar Rauna mengingat hari itu.

Dilya mengangguk paham. "Sebenarnya anak santri baru itu udah kamu liat? Kelas berapa?"

"Oh iya, hari itu sempat liat. Kamu tau? Eh Alesh kamu tau? ..." Alesha tidak berpaling, tapi itu tidak membuat Rauna berhenti bicara.

"... Itu laki-laki yang aku liat di perpustakaan, pas buku kamu jatuh ke dia" mengarah pada Alesha.

"Yang kita liat di samping pesantren pas Alesh dihukum itu loh. Kamu ingat kan Dil?" dilya mengangguk kecil mengingatnya.

"Sumpah ganteng banget kalau dilihat deket." Rauna rasanya ingin sekali tidak berpaling dari laki-laki itu. Tapi saat itu keadaannya tidak begitu pas.

"Kayaknya laki-laki itu udah lulus deh, mungkin juga dia tinggal di ndalem. Aku liat dia naik ke atas, seharian di sana, nggak turun turun. Yang lebih anehnya lagi kok pindahan pas udah ujian? Apa dia dikeluarin dari sekolah lamanya?"

"Iya ya? Apa mungkin dia keluarga Abah atau Ummah? Jadi mudah keterima. Gak mungkin diterima gitu aja, kan?" Rauna mengangguk menanggapi ucapan Dilya.

"Ganteng banget. Tampangnya sih cuek juga, sama kayak Gus Farhan" Rauna melemas. Kenapa banyak yang ganteng tapi cueknya minta ampun. Semahal itu ya interaksi mereka?

"Jadi pilih mana? Gue Farhan atau santri baru itu?"

"Tetep Gus Farhan"

"Aku suka bingung dengan kamu. Tipe kamu kan yang ganteng, romantis, humoris, hangat. Kok suka sama Gus Farhan? Ya emang dia juga ganteng, tapi kok bisa? Bukan tipe ideal kamu banget" Dilya jadi pusing sendiri.

Adzan Adikhallah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang