1 ☪

1 1 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” Q.S Al-Insyirah : 5

 
Happy reading...

.・。.・゜✭・.・✫・゜・。.

Cuaca di pagi hari ini sangat cerah. Udara sejuk kami lalui menggunakan bis yang berangkat dari pesantren menuju salah satu tempat wisata, yaitu Pantai Depok. Satu rombongan ini menggunakan 2 bus ditambah satu mobil pribadi, akhwat dan ikhwan tentunya dipisah. Tentunya mobil pribadi tersebut diisi oleh orang penting seperti gus, Bu Nyai, Abah, dan keluarga ndalem lainnya.

Tiba di tempat tujuan, aku turun terlebih dahulu untuk membantu yang lain mengeluarkan koper karena kami akan bermalam di vila dekat sini selama beberapa hari.

“Mbak, aku bantu ya,” Ucap salah satu teman sekamarku.

“Iya ndin, yang berat-berat biar kang ndalem aja. Nanti malah encok,” kami berdua terkekeh pelan. Tak lama ada kang ndalem yang membantu kami.

“Masuk duluan mawon mbak, nanti tak antar di ruang tamu,”

“Nggih kang,”

Keesokan paginya, aku menghampiri ayah ku yang memang seorang pengajar di tempat aku mengabdi. Kami duduk di ruang keluarga dan membahas beberapa hal sambil menanyakan keadaan rumah. Tak lama ada seseorang yang menghampiri kami.

“Nduk, bantuin Umah ya. Dari kemarin ngeluh itu. Ruangan sebelah rame, Umah ndak nyaman kayak nya,” Aku yang memang lumayan dekat dengan keluarga ndalem segera ku iyakan.

Tak lama kemudian, aku membawa Bu Nyai keluar setelah selesai membantu. Setelah itu aku langsung duduk disampingi ayah yang sedang berbincang dengan teman sesama pengajar serta Abah.

“Assalamua’alaikum,” kami semua berdiri dan kompak menjawab salam tersebut.

Gus Arlan, putra sulung dari Abah dan Umah yang baru saja pulang dari Yaman untuk menempuh pendidikan S2 nya. Tapi kenapa beliau malah berjalan ke arahku? Aku semakin menundukkan kepala, gugup tak karuan. Akhirnya Gus Arlan berhenti, tapi kenapa malah disampingku?

“Abah, Umah, dan Pak Hendra, Arlan mau meminta ijin untuk menikahi gadis disampingi Arlan,”

“HAH?!,” spontan saja aku berteriak tak percaya. Ini bercanda kan? Atau aku yang salah dengar? Bukan cuman aku saja yang kaget, tapi semua orang di ruangan itu pun sama kaget nya.

“Arlan, kamu serius?”

“Serius Abah, Arlan mau menikah sekarang saja. Setidaknya Arlan sah dimata Allah,” Abah
mengangguk menyetujui ucapannya, sementara Ayah juga setuju untuk menikahkanku dengan Gus Arlan.

“Nduk, kamu mau mahar apa?” mulutku kaku, otak ku tidak bisa mencerna kejadian yang baru terjadi ini.

“Yang tidak memberatkan Gus Arlan, tapi juga ndak merendahkan saya Bu Nyai,” jantungku berdebar kencang seperti mau meledak.

Setelah itu Bu Nyai langsung menyuruh mbak dan kang ndalem untuk menyiapkan sebuah meja, Al-Qur'an, seperangkat alat sholat yang masih baru, dan lainnya. Aku dibawa ke kamar Ning Aisha untuk di dandani sedikit, cadarku diganti ke warna putih milik Ning Aisha.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hidden Love Aleana!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang